SEMARANG - Kepadatan penduduk di Indonesia telah mencapai 234.641.326
jiwa. Hal ini menyebabkan meluasnya lahan untuk rumah. Luas lahan daratan
Indonesia adalah 1.904.569 km2 dengan luas lahan pertanian hanya pada kisaran
41.500 km2. Luas lahan holtikultura sendiri hanya seluas 5000 km2. Penyusutan
lahan ini terjadi karena adanya alih fungsi menjadi pemukiman rumah dan bidang
industri. Penyusutan lahan pertanian 1000 km2/tahun atau 71,4% setiap tahunnya. Untuk menanggulangi masalah
penyusutan ini maka muncul Urban Farming.
Hidroponik merupakan salah satunya. Dengan hidroponik semua
orang bisa bertani walaupun pada kondisi lahan yang sempit. Disamping itu
hidroponik juga lebih modern dengan media tanamnya yang tidak menggunakan tanah
melainkan air nutrisi yang membuat tanaman bisa lebih baik dalam
penutrisiannya. Namun bercocok tanam dengan hidroponik ini perlu adanya
penanganan, perawatan serta pemantauan yang lebih dibandingkan dengan bercocok
tanam dengan cara konvensional. Hidroponik yang ada masih menggunakan sistem
manual dalam perawatan serta
pemantauannya sehingga relatif mahal dalam segi waktu.
Melalui PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa). Lima
mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip), yaitu: Muhammad Rizky Ananda (Fisika
2016), Isnaeni Nurrahmawati (Matematika 2015), Muhammad Yusuf Yasin Thohari
(Kimia 2016), Trianto (Fisika 2016) dan Riko Kurniawan (Fisika 2016) dengan
bimbingan dari Dr.Dra. Sunarsih, M.Si. menawarkan solusi untuk mengatasi masalah ini dengan merintis
seni baru dalam bertani di era modern seperti ini dengan sebutan “SMARTGARDEN”,
yaitu produk portable hidroponik dengan sistem auto-hidroponik. SMARTGARDEN
menggunakan sistem automasi untuk monitoring dan pengontrolan hidroponik.
Sistem kendali merupakan kunci pada solusi ini. SMARTGARDEN
menggunakan sistem monitoring suhu dan nutrisi pada tanaman hidroponik disertai
dengan adanya kontrol otomatis pada sistem penutrisian dan penyiraman tanaman
hidroponik ini sehingga kondisi tanaman hidroponik bisa terjaga walaupun tidak
dijaga secara langsung oleh petani.
Selain itu SMARTGARDEN menggunakan model sistem bongkar
pasang pada rangka hidroponik-nya sehingga sangat portable dan bisa dibawa kemana-mana. Sistem kendali dibuat dengan
model sederhana namun modern sehingga mudah digunakan oleh orang awam
sekalipun. Desain model hidroponik yang ditawarkan juga beraneka ragam, modern
dan sangat bisa diterapkan dimanapun. Kebun, ruang tamu atau kamar sekalipun
tidak menghalangi SMARTGARDEN untuk berinovasi.
Dengan adanya SMARTGARDEN, kelima mahasiswa ini berharap
mereka bisa menjadi salah satu pioneer atau awal terbangunnya semangat bagi
para petani di Indonesia yang hampir tenggelam di era modern saat ini agar
tidak berhenti bertani walaupun lahan semakin menyusut. Karena sampai kapanpun,
petani memang harus ada dan terus bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan di
Indonesia tercinta ini.