SEMARANG - Indonesia
merupakan salah satu negara agaris yang kualitas produktivitasnya tidak
terlepas dari penggunaan pupuk. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk
Indonesia (APPI), sepanjang 2018 konsumsi pupuk di Indonesia selalu mengalami
peningkatan. Dari pupuk urea tumbuh 5% dari 5,97 juta ton pada 2017 menjadi
6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik 7,88% dari 2,60 juta ton menjadi
2,80 juta ton. Peningkatan konsumsi pupuk ini menunjukkan bahwa permintaan akan
pupuk juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Penggunaan slow release menjadi
populer untuk menghemat konsumsi pupuk dan meminimalisasi pencemaran lingkungan
(Tomaszewska dan Jarosiewicz, 2010). Beberapa material organik yang telah
digunakan untuk pembuatan pupuk SRF yaitu zeolit alam dan kitosan.
Carbon Nanotubes (CNT) adalah
salah satu jenis dari karbonnanostruktur yang telah banyak digunakan di
berbagai bidang. Berbagai metode sintesis CNT yang pernah dilakukan diantaranya
metode spray pirolisis (Vega et al., 2017), chemical vapour deposition
(Alleidini et al., 2015). Namun kelemahan dari metode spray pirolisis dan
metode chemical vapour deposition adalah CNT yang dihasilkan masih mengandung
zat-zat pengotor seperti logam katalis, karbon amorf yang menyebabkan rendahnya
kemurnian CNT (Subagio, dkk., 2013).
Salah satu metode yang mampu
menghasilkan CNT dengan tingkat kemurnian yang tinggi yaitu metode laser
ablation. Metode laser ablation dapat menghasilkan CNT dengan kemurnian lebih
dari 90% dengan ukuran diameter nanotubes rata-rata 1,4 nm (Szabo, 2010). Oleh
karena itu, inovasi tertersebut diciptakan oleh mahasiswa UNDIP, Lina Apriliana,
Inayah Mumpuni Budiati, Ranti Aulia. Dengan Dosen Pembimbing Dr. Eng. Ali Khumaeni, S. Si, M. Eng.
Hasil penelitian ini menunjukkan SWCNT ditemukan memiliki
diameter sekitar 133 nm yang tersebar pada 60 menit waktu ablasi dan sekitar 99
nm yang tersebar pada 120 menit waktu ablasi. Selanjutnya, efek SWCNTs terhadap
kinerja pupuk NPK diamati dengan memantau pertumbuhan tanaman. Pekerjaan ini
dapat digunakan untuk menghasilkan kinerja pupuk yang lebih baik dan
meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi.