SEMARANG - Mahasiswa
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro (Undip) menciptakan
pupuk organik dari limbah peternakan dan pertanian.
Tim yang diketuai oleh Oktaviana
Limbong (S1 Agroekoteknologi) serta dua anggotanya Oktavianus Barus (S1
Peternakan) dan Septian Dwi Sulistiono (S1 Peternakan), di bawah bimbingan Dr. Ir. Eny Fuskhah, M.Si., menciptakan
inovasi tersebut untuk meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus mengurangi
dampak kerusakan tanah akibat pupuk penggunaan anorganik.
Inovasi tersebut di latar belakangi
karena kebutuhan pupuk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Namun pupuk yang
biasa digunakan oleh petani adalah pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik
secara terus menerus akan mengakibatkan menurunnya tingkat kesuburan tanah yang
akan berpengaruh pada produktivitas tanaman di masa yang akan datang.
Disisi lain, limbah peternakan dan
pertanian merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Limbah yang
jarang dimanfaatkan namun memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah bio-slurry, cangkang telur, bonggol
pisang dan tandan kosong kelapa sawit. Bio-slurry
merupakan limbah sisa biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Kandungan nitrogen (N) yang tinggi akan
menggemburkan tanah serta mudah mengikat nutrisi dan air ditambah dengan
penggunaan cangkang telur sebagai sumber kalsium (Ca), abu tandan kosong kelapa
sawit sebagai sumber kalium (K) dan MOL bonggol pisang sebagai sumber fosfor
(P).
BOOF Complete (Bio-slurry Organic Fertilizer) yaitu
pupuk dalam bentuk pellet sebagai alternatif pupuk organik yang memiliki unsur
hara komplit serta dapat dikembangkan di daerah sentra kelapa sawit. BOOF Complete memiliki kandungan utama
N, P, K dan Ca ditambah kandungan mikro lain yang sangat dibutuhkan tanaman. Dengan
adanya inovasi petani dapat lebih memilih pupuk organik, karena kandungan unsur
hara yang lebih lengkap dibanding pupuk anorganik dengan harga lebih murah dan
berasal dari limbah sekitar.
Beberapa tahap yang telah dilaksanakan
yaitu pembuatan pupuk, analisa kandungan di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Tengah dan pengaplikasiaan ke tanaman cabai. Tanaman
cabai dipilih karena tanaman tersebut dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia tanpa memperhatikan tingkat sosial serta permintaannya yang meningkat
dari tahun ke tahun.
Kemeterian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi juga mendukung kegiatan tersebut dengan pendanaan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Eksakta 2019.