11 Warna Bendera

Representasi dari 11 fakultas di Undip

Patung Diponegoro (Pangeran Diponegoro)

Icon-nya Kampus Universitas Diponegoro

Tugu Bundaran Kampus Undip Tembalang

Pintu gerbang utama masuk kampus Undip Tembalang

Ruang Terbuka Hijau Kampus Undip

Menuju Kampus Undip yang Asri dan Sejuk untuk Aktivitas Mahasiswa dan Masyarakat Sekitar

Gedung Prof. Soedarto S.H

Pusat Kegiatan Seminar, Workshop, Seni, Verifikasi-Registrasi, dll

Gedung ICT Centre dan Laboratorium Terpadu

Pusat Informasi Dalam dan Luar Negeri, IT, dan Laboratorium Penelitian

Masjid Kampus (Maskam) Undip

Pusat Kegiatan Islam Mahasiswa (Kajian, Wisata Ruhani, Wisata Ilmu, Mentoring, TPQ, Muslimah Training, dll)

Rusunawa Undip

Fasilitas Tempat Tinggal yang disediakan Pihak Kampus Bagi Mahasiswa

SPBU Undip Tembalang

Stasiun Pengisian Bahan Bakar yang Terintegrasi di Dalam Area Kampus. Satu-satunya di Jawa Tengah

Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND)

Rumah Sakit Universitas Milik Undip Berstandar Nasional. Satu-satunya di Jawa Tengah

'Futsal Indoor Stadium' Undip

Stadion Futsal Kampus Undip Berkelas Internasional. Satu-satunya di Jawa Tengah

Bendungan Waduk Undip

Mega Proyek Pembangunan Waduk Kampus Undip. Satu-satunya di Jawa Tengah

Waduk Undip (Waduk Pendidikan Diponegoro)

Area Konservasi, Wisata Pendidikan dan Penelitian Mahasiswa, Pembangkit Listrik, dll. Satu-satunya di Jawa Tengah

Stadion Sepakbola Undip

Pusat Kegiatan Olahraga Sepakbola di Kompleks Gelora Undip Tembalang, Semarang

Upacara PMB di Stadion Undip

Lebih Dari 50 Ribu Mahasiswa Menimba Ilmu di Kampus Undip

Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru di Stadion Sepakbola Undip

Menerima rata-rata 10 Ribu Mahasiswa Baru Tiap Tahun

Widya Puraya

Salah Satu jantung Kampus Undip Tembalang (UPT Perpustakaan, LP2MP, Posko KKN, Lapangan Upacara, dll)

Tingkatkan Efisiensi Pupuk SRF, Tim PKM Undip Gunakan Metode Laser Ablation


SEMARANG - Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang kualitas produktivitasnya tidak terlepas dari penggunaan pupuk. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), sepanjang 2018 konsumsi pupuk di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Dari pupuk urea tumbuh 5% dari 5,97 juta ton pada 2017 menjadi 6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik 7,88% dari 2,60 juta ton menjadi 2,80 juta ton. Peningkatan konsumsi pupuk ini menunjukkan bahwa permintaan akan pupuk juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Penggunaan slow release menjadi populer untuk menghemat konsumsi pupuk dan meminimalisasi pencemaran lingkungan (Tomaszewska dan Jarosiewicz, 2010). Beberapa material organik yang telah digunakan untuk pembuatan pupuk SRF yaitu zeolit alam dan kitosan.

Carbon Nanotubes (CNT) adalah salah satu jenis dari karbonnanostruktur yang telah banyak digunakan di berbagai bidang. Berbagai metode sintesis CNT yang pernah dilakukan diantaranya metode spray pirolisis (Vega et al., 2017), chemical vapour deposition (Alleidini et al., 2015). Namun kelemahan dari metode spray pirolisis dan metode chemical vapour deposition adalah CNT yang dihasilkan masih mengandung zat-zat pengotor seperti logam katalis, karbon amorf yang menyebabkan rendahnya kemurnian CNT (Subagio, dkk., 2013).

Salah satu metode yang mampu menghasilkan CNT dengan tingkat kemurnian yang tinggi yaitu metode laser ablation. Metode laser ablation dapat menghasilkan CNT dengan kemurnian lebih dari 90% dengan ukuran diameter nanotubes rata-rata 1,4 nm (Szabo, 2010). Oleh karena itu, inovasi tertersebut diciptakan oleh mahasiswa UNDIP, Lina Apriliana, Inayah Mumpuni Budiati, Ranti Aulia. Dengan Dosen Pembimbing Dr. Eng. Ali Khumaeni, S. Si, M. Eng.


Hasil penelitian ini menunjukkan SWCNT ditemukan memiliki diameter sekitar 133 nm yang tersebar pada 60 menit waktu ablasi dan sekitar 99 nm yang tersebar pada 120 menit waktu ablasi. Selanjutnya, efek SWCNTs terhadap kinerja pupuk NPK diamati dengan memantau pertumbuhan tanaman. Pekerjaan ini dapat digunakan untuk menghasilkan kinerja pupuk yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi.

Pendaftar SBMPTN 2019 Undip Terbanyak ke-3 di Indonesia


SEMARANG – Universitas Diponegoro (Undip) menjadi kampus dengan jumlah pendaftar terbanyak ke-3 di Indonesia pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) tahun 2019.

Hal itu sebagaimana disampaikan Prof. Ahmad Yunus, sebagaimana dilansir dilansir okezone.com. Untuk peringkat pertama adalah Universitas Brawijaya (UB). Lalu Universitas Sebelas Maret (UNS) di posisi ke-2.

Pada tahun 2019, Undip menyediakan 4.850 kursi untuk mahasiswa baru jalur SBMPTN.



Dilansir medcom.id, pada Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Undip 2019, prodi Farmasi menjadi persaingan paling ketat untuk kelompok saintek. Sedangkan prodi Ilmu Komunikasi menjadi persaingan prodi terketat untuk kelompok soshum.

Sitajir, Sistem Pendeteksi Bencana Banjir Terintegrasi Media Sosial


SEMARANG - SITAJIR (Sistem Pendeteksi Bencana Banjir) terintegrasi dengan media sosial dapat digunakan untuk sistem akuisisi data permukaan air menggunakan sensor ultrasonik.

Menggunakan mikrokontroler SOC Wi-Fi memastikan pengukuran yang lebih efektif.

Sistem yang dikembangkan di sini sederhana sehingga tidak memerlukan rangkaian yang rumit dan menghabiskan daya lebih sedikit.

Data yang diambil dari mikrokontroler Wi-Fi nantinya dikirim ke social media Twitter melalui Thingspeak setiap jamnya tanpa adanya operator atau secara otomatis.

SITAJIR merupakan hasil Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) KC Universitas Diponegoro (Undip) beranggotakan Rizky Pratama Putra, Nurul Luayli Musoffiyah, dan Akbar Romadhoni dengan Pembimbing Dr. Suryono, S.Si, M.Si.

Atasi Perubahan Suhu, Mahasiswa Undip Ciptakan Automatic Water Heater


SEMARANG - Budidaya perairan merupakan kegiatan mengolah, memanfaatkan dan memproduksi yang dilakukan pada biota perairan atau ikan secara umum dalam wadah atau kondisi yang terkontrol. Kegiatan budidaya memiliki dua tujuan, antara lain untuk menunjang ekonomi dalam memenuhi kebutuhan pribadi dan mendukung ketersediaan biota perairan di alam. Salah satu faktor yang mendukung kemajuan kegiatan budidaya yaitu industri akuakultur.

Suhu merupakan salah satu variabel penting untuk organisme akuatik. Suhu pada perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya, cuaca, iklim dan lain – lain. Suhu rendah menyebabkan penurunan metabolisme yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan. Menurut Emaliana et al. (2016), bahwa semakin dingin, maka nafsu makan dan pertumbuhannya justru melambat. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas benih ikan sehingga dibutuhkan water heater untuk mengatasi hal tersebut.


Water heater yang sudah beredar saat ini dinilai kurang efektif, kurang efisien dan tidak meratanya distribusi pemanasan dikarenakan konsep teknologi pemanasan air dengan logam sebagai heating element menyebabkan pemanasan hanya terjadi di sekitar permukaan logam.

Berdasarkan permasalahan tersebut, melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), tim peneliti Universitas Diponegoro (Undip) yang terdiri dari Nurul Aulia Syafitri (Akuakultur 2016), Widya Dwi Wijayanti (Akuakultur 2016), dan Agus Danangjoyo (Teknik Mesin 2016) di bawah bimbingan Alfabetian Harjuno Condro Haditomo, S.Pi, M.Si. menciptakan AWARE (Automatic Water Heater) : Pemanas Konveksi Berbasis Microcontroller yang mampu meningkatkan angka produksi ikan melalui stabilitasi suhu air kolam secara otomatis dengan menggunakan metode forced convection heat transfer sebagai solusi terhadap rendahnya nilai kelulushidupan benih ikan akibat suhu yang berpengaruh terhadap nilai kualitas dan kuantitas produksi ikan.

Perubahan suhu air yang sering terjadi secara drastis akan memengaruhi variabel kualitas air lainnya dan menyebabkan ikan stress dan berkaibat terhadap penuruna kekebalan tubuh ikan sehingga menyebabkan lebih mudah terserang penyakit hingga kematian. AWARE sebagai solusi atas rendahnya nilai kelulushidupan benih ikan akibat suhu yang berpengaruh terhadap nilai kualitas dan kuantitas produksi ikan.

Persea Soap, Sabun Setipis Kertas Karya Mahasiswa Undip untuk Traveller


SEMARANG - Universitas Diponegoro (Undip) tidak hanya menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya, tetapi juga menghasilkan entrepreneur yang bergerak dalam bidang industri kreatif.

Kali ini karya mahasiswa Undip Semarang patut mendapat apresiasi, karena inovasinya dalam menghasilkan produk kesehatan yang ramah lingkungan dengan strategi selling dan branding yang baik sehingga dapat menjangkau target market yang benar.

Salah satu contoh kreasi mahasiswa Undip Semarang adalah sabun kesehatan “Persea Soap”. Dalam kurun waktu kurang dari setahun, 3 mahasiswanya yakni, Iftitania Ardita Putri Utami, Tri Ningrum, dan Adelia Dian melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) mampu membuat inovasi sabun kesehatan dengan bahan-bahan natural yaitu daun alpukat dan minyak kelapa.

Berawal dari ide Iftitania, melihat pasar sabun organik yang sedang berkembang di dalam negeri. Mereka mencoba cara produksi hingga melihat potensi pasar untuk penjualan sabun organik di Indonesia. Setelah mengetahui peluang pasar yang belum banyak kompetitor yang bermain di bagian itu, mulailah mereka berdua untuk mencoba memproduksi hingga memasarkan sabun buatannya. Awalnya hal ini dilakukan melalui pengedaran tester dan penjualan satuan untuk mengetahui reaksi pasar.

Salah satu hal mendasar yang memotivasi mereka untuk mengembangkan produk ini adalah dampak positif atau testimonial positif yang telah diterima dari pelanggan, teman dan keluarga yang memakai  sabun organik tersebut.

Mereka berkeinginan untuk menggantikan produk sabun komersial yang biasa dipakai dengan sabun organik ini. Karena mereka menyadari bahwa bahan kimia yang terdapat dalam sabun dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada kulit misalnya kandungan triclosan pada sabun komersil akan menyebabkan iritasi, kulit kering, hingga mengganggu sistem hormon tubuh.

Selain itu limbahnya dapat mencemari lingkungan karena membutuhkan waktu lama untuk dapat terurai serta dapat menyebabkan kanker apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Mereka mengganti Triclosan dengan senyawa flavonoid yang memiliki fungsi antibakteri seperti Triclosan tapi aman digunakan dalam jangka waktu panjang. Sehingga mereka memformulasikan sabun dengan bahan aktif flavonoid daun ketepeng cina. Dimana daun alpukat memiliki kandungan flavonoid cukup tinggi.

Undip Juarai Kontes Robot Indonesia 2019


SEMARANG - Undip Robotics Development Center (URDC) berhasil meraih JUARA 3 pada KONTES ROBOT INDONESIA 2019 tingkat Nasional yang diselenggarakan di Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, 20-23 Juni 2019 kategori Pemadam Api Berkaki.

TIM ROBOTIK UNDIP yang berhasil memperoleh juara 3 tersebut adalah:

Robot Pemadam Api Berkaki (EWS ANDROMEDA)
1. M. Fahmi Yusuf (T. Elektro 2016) [Ketua Tim]
2. Ro'ad Baladi Al Komar (T. Elektro 2016)
3. Aan Aria Nanda (T. Elektro 2017)
+Seluruh team support

URDC JUARA!
UNDIP JAYA!

#URDCjuara
#UndipJaya
#KRI2019

Sign-Me, Aplikasi Inovatif Karya Mahasiswa Undip Bagi Penyandang Tuli


SEMARANG - Tingginya angka bayi yang lahir tuli di Indonesia menyebabkan tingginya angka anak-anak yang nanti akan tumbuh namun belum dapat mengenal berbagai macam huruf karena terbatas dengan kemampuan fisiknya. Prevalensi tuli kongenital di seluruh dunia dilaporkan berkisar antara 1–3 kejadian dari 1000 kelahiran. 

Sedangkan, berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2005, tuli kongenital di Indonesia diperkirakan sebanyak 214.100 orang bila jumlah penduduk sebesar 214.100.000 orang. Jumlah ini akan bertambah setiap tahun dengan adanya pertambahan penduduk akibat tingginya angka kelahiran sebesar 0,22%. Sehingga, untuk membantu mengenalkan huruf secara lebih luas, efektif, dan efisien diperlukan adanya inovasi teknologi terbaru, salah satunya adalah aplikasi pengkonversi gambar berisi teks menjadi bentuk teks dan diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat.

Dan salah satu cara untuk merealisasikannya adalah dengan pembuatan aplikasi SIGN-ME ini. Dalam pembuatan aplikasi berbasis android ini, digunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) dengan menggunakan Tesseract sebagai engine dari OCR (Optical Character Recognition) untuk pengenalan karakter atau huruf.

Melalui program PKM-KC (Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta), tiga mahasiswa Universitas Diponegoro, yaitu : Juan Adhiasta Pratama (Teknik Komputer, 2017), Pradipta Sekar Ayu Putri Wulandari (Teknik Komputer, 2015), dan Pradipta Nimas Ayu Putri Wulandari (Biologi, 2017) dibawah bimbingan Kurniawan Teguh Martono, S.T., M.T. berhasil mengembangkan aplikasi penerjemah, bernama SIGN-ME. Dan aplikasi ini dilengkapi dengan teknologi OCR (Optical Character Recognition)  yang dapat mengkonversi gambar berisi teks berbahasa asing ke dalam tulisan lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan lagi ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Dengan harapan, dapat membantu penyandang tuli kongenital untuk dapat membaca dan memahami tulisan atau teks bahasa asing dengan lebih cepat dan efisien, tanpa harus mengetik ulang tulisan ke dalam aplikasi penerjemah lainnya.

Teknologi OCR (Optical Character Recognition) yang digunakan dalam pembuatan aplikasi SIGN-ME ini memungkinkan untuk melakukan konversi gambar yang dipindai dari karakter tercetak menjadi teks atau informasi lain yang diinginkan pengguna menggunakan ponsel android. Teknologi OCR (Optical Character Recognition)  menggunakan tiga fase pertama adalah Pemindaian dokumen sebagai gambar optik. Berikutnya adalah Pengakuan yang melibatkan konversi gambar-gambar tersebut ke aliran karakter yang mewakili huruf kata yang dikenal dan elemen terakhir yang digunakan untuk mengakses atau menyimpan teks yang sudah dikonversi. Teks yang dikonversi tidak lain adalah teks yang diekstraksi. Ketika, pengguna memulai menangkap gambar menggunakan kamera ponsel yang berisi teks. Sebagian besar sistem pengenalan karakter akan dikenali melalui gambar input dengan perangkat lunak komputer. Teknologi OCR ini memudahkan pengguna untuk meng-scan gambar berisi teks yang kemudian dikonversi ke dalam teks.

Sebelum melanjutkan lebih lanjut tentang aplikasi SIGN-ME ini, ada baiknya mengenal lebih dalam terlebih dahulu dengan BISINDO ata Bahasa Isyarat Indonesia. BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) sendiri adalah suatu sistem komunikasi yang praktis dan efektif untuk penyandang tunarungu Indonesia dikembangkan oleh tunarungu Indonesia digunakan sebagai komunikasi antar orang yang mendengar. BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) sendiri berawal dari bahasa awal / bahasa ibu tunarungu, dimana penggunaan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) sendiri menyesuaikan dengan pemahaman bahasa tunarungu dari berbagai latar belakang tunarungu tanpa memberikan struktur imbuhan bahasa Indonesia. Namun, dalam perkembangannya di Indonesia, tiap-tiap daerah memiliki bahasa isyarat yang sedikit berbeda dengan daerah lainnya, dalam menginterpertasikan suatu makna.

Salah satu alasan pembuatan aplikasi SIGN-ME ini adalah dikarenakan masih sedikit orang tuli yang berminat untuk mempelajari BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) terutama di sekolah-sekolah formal. Tidak hanya itu, tidak sedikit pula, anak yang lahir tuli memiliki orang tua yang merupakan orang dengar, sehingga sedikit sulit bagi orang tua yang ingin berkomunikasi dengan anaknya jika belum paham betul mengenai BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia)  ini. Hal tersebut juga terjadi pada anak-anak yang memiliki orang tua penyandang tuli. Oleh karena itu, untuk mempermudah komunikasi dan sebagai media alternatif dalam belajar (Bahasa Isyarat Indonesia), tim SIGN-ME ini mencoba mengembangkan kembali aplikasi penerjemah berbasi OCR (Optical Character Recognition)  untuk penyandang tuli.

Pembuatan aplikasi SIGN-ME ini dimulai dengan pembuatan desain halaman utama aplikasi. Setelah desain halaman interface dibuat, maka akan dibuat proyek baru dengan basis android dan memanfaatkan teknologi OCR (Optical Character Recognition)  yang menggunakan Tesseract sebagai engine. OCR (Optical Character Recognition) akan mengkonversi gambar yang berupa tulisan ke dalam bentuk teks yang selanjutnya akan dihubungkan dengan Web Translator seperti Microsoft (Bing) Translate dan Google Translate. Teks (Output) akan muncul terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Output teks pertama ini akan dilanjutkan untuk diterjemahkan ke dalam BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dengan menginput database file berformat .GIF dari server. Maka akan menghasilkan keluaran berupa file .GIF yang menerjemahkan Bahasa Indonesia per kata ke dalam BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia).

Pembuatan database sebagai komponen utama dalam pembuatan aplikasi SIGN-ME ini dilakukan dengan bantuan seorang pengguna BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia), yang akan memperagakan gerakan isyarat BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) yang kemudian akan direkam dan dijadikan dalam format .GIF untuk kemudian dijadikan sebagai output dari aplikasi SIGN-ME. File yang sudah dibuat akan disimpan ke dalam server, dikarenakan akan memakan banyak kapasitas ruang apabila diletakkan dalam aplikasi. Dalam pembuatan database ini, Tim SIGN-ME berkerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia di Semarang (GERKATIN SEMARANG) yang juga turut memfasilitasi dan ikut menyebarkan pengetahuan mengenai BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dengan kesediaannya menjadi model dalam pembuatan database.

Tiap-tiap kata yang diartikan ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) akan dikelompokkan sesuai fungsi penggunaan kata-kata tersebut. Dalam penggunaan aplikasi ini, user akan dipermudah dalam memilih kelompok kata yang ingin diterjemahkan ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Kelompok kata-kata itu sendiri terdiri atas Warna, Nama-nama Hari, Anggota Tubuh, Kalimat Sapaan, Alfabet, dan masih banyak lagi. Dengan adanya pengelompokan kata per kata ini, diharapkan user mampu lebih mudah untuk memahami arti dari suatu kata ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Dalam pengembangannya, Tim SIGN-ME berusaha agar terus memperbarui database kosakata Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) agar pengguna dapat mempelajari lebih banyak kosakata secara efisien dan efektif.

Teknologi yang sudah diterapkan saat ini dengan menggunakan teknologi OCR adalah pembuatan “Aplikasi Penerjemah Bahasa Inggris-Indonesia dengan Optical Character Recognition Berbasis Android” yang dirancang oleh Utami, dkk. pada tahun 2016 dan dipublikasikan pada Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer Vol. 4 No. 1:167-177. Aplikasi yang dibuat sudah cukup baik, namun aplikasi ini hanya mampu menerjemahkan gambar berisi teks bahasa Inggris yang akan dikonversi menjadi tulisan lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aplikasi tersebut masih belum menyediakan terjemahan ke dalam bahasa isyarat yang dapat dimengerti oleh penyandang tuli.

Dari teknologi yang sudah ada sebelumnya, Tim SIGN-ME mencoba memberikan pengembangan dari aplikasi yang sudah ada, berupa pembuatan aplikasi berbasis android yang menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) yang akan membantu mengkonversi gambar berisi teks berbahasa asing ke dalam tulisan lalu diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan lagi ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Dengan harapan, dapat membantu penyandang tuli kongenital untuk dapat membaca dan memahami tulisan atau teks bahasa asing dengan lebih cepat dan efisien, tanpa harus mengetik ulang tulisan ke dalam aplikasi penerjemah lainnya. Selain itu, membantu penyandang tuli untuk dapat belajar mengenai bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) baik secara formal maupun non formal.

Aplikasi ini juga diharapkan memiliki fungsi dan manfaat sebagai pemberi solusi pada penyandang tuli terutama tuli kongenital di Indonesia yang ingin mempelajari bahasa asing dengan huruf non alfabet, yang saat ini pengembangannya masih berupa Huruf Hijaiyyah saja, sehingga nantinya dapat membantu mempermudah penyandang tuli yang ingin mempelajari arti Al-Qur’an dengan lebih efektif dan efisien.

Selain itu, aplikasi ini diharapkan mampu membantu mempermudah penyandang tuli terutama tuli kongenital untuk membaca buku maupun karya tulis yang dapat meningkatkan wawasan dan ilmunya, karena penggunaannya hanya dengan meng-scan gambar berisi teks di dalam buku bacaan, yang selanjutnya akan menampilkan video isyarat dari kata tersebut. Dan juga untuk membantu non penyandang tuli untuk dapat berkomunikasi dengan penyandang tuli, dan membantu mempermudah mereka dalam mempelajari Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), karena umumnya, orang dengar tidak mendapat pelajaran mengenai Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), kecuali bagi mereka yang ingin mempelajarinya secara pribadi. Serta, aplikasi ini dapat digunakan sebagai alternatif alat pembelajaran Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), selain karena mudah digunakan, juga dapat digunakan dimana saja. Karena saat ini orang-orang sudah banyak memanfaatkan handphone android untuk membantu aktivitas sehari-hari.


Oleh karena itu, aplikasi ini akan sangat bersahabat bagi orang-orang masa kini sekaligus akan memudahkan dalam beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran maupun penggunaan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).

Mahasiswa Undip Jadi Saksi di MK, Besoknya Ujian Skripsi


JAKARTA – Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) asal Boyolali, Nur Latifah, menjadi saksi dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi/MK (20/6/2019).

Dilansir kumparan.com, Nur Latifah menjadi saksi meski sedang sakit. Selain itu, usai sidang di MK, ia bersegera kembali ke Semarang karena besoknya harus menjalani Ujian Skripsi di kampusnya.


(Foto via YouTube BeritaSatu)


POTARO (Potato Aeroponic) Mini sebagai Jembatan Peralihan Teknologi Pertanian Modern


SEMARANG - Di masa mendatang, teknologi pertanian modern akan masuk pasar Indonesia dan berdampak metode pertanian konvensional perlahan-lahan ditinggalkan. Tak dapat dipungkiri, ada beberapa faktor yang mempercepat peralihan teknologi ini, seperti terus menurunnya minat pemuda untuk menjadi petani, lahan pertanian yang terus berkurang, perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi, hingga faktor-faktor unggulan dari teknologi itu sendiri yang seakan menjawab permasalahan yang ada di lingkup pertanian spesifik.

Melalui PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan), lima mahasiswa UNDIP, yaitu: Muhammad Fadli Fauzan (Fisika, 2017), Fatkhiyatus Sa’adah (Fisika, 2015), Ivan Adi Kuncara (Fisika, 2016), Tutik Irkhanah (Teknik Kimia, 2016), dan Ira Iryanti (Fisika, 2016) dibawah bimbingan Dr.Eng.Ali Khumaeni, ME. memanfaatkan era peralihan teknologi ini dengan membuat dan mengembangkan produk POTARO (Potato Aeroponik) mini sebagai inovasi bisnis sistem aeroponik mini full-automatic, lengkap dengan instalasi sensor dan instrument yang terintegrasi teknologi IoT. Ukurannya yang kecil membuat POTARO Mini dapat difungsikan sebagai tanaman sayur  sekaligus tanaman hias di dalam rumah.

Metode aeroponik merupakan suatu proses perubahan dari air menjadi gas oksigen dengan menggunakan getaran ultrasonik, dari getaran ultrasonik itu menghasilkan kabut yang digunakan sebagai media budidaya kentang. Metode aeroponik pada budidaya kentang memiliki beberapa kelebihan.

Pertama, tidak kotor, hal ini dikarenakan budidaya kentang tidak menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Kedua, menarik, kabut yang dihasilkan dari metode ini mempunyai nilai estetika yang tinggi dengan menonjolkan keunikan pemandangan bawah pot pada sistem kabut. Ketiga, bebas dari hama, pada metode ini dapat membebaskan kentang dari serangan hama, dikarenakan sistem pertanian aeroponik cenderung tertutup sehingga tahan terhadap hama. Dan yang terakhir adalah memiliki rentan suhu yang lebih rendah pada bagian akar, sehingga tingkat proses keberhasilan dari budidaya dengan metode ini lebih tinggi.

Selain produk POTARO mini, Potaro juga memiliki produk lainnya berupa Potaro letter. Potaro letter merupakan produk kentang yang dihias khusus untuk hadiah orang special. Kentang dijadikan sebagai media untuk mengekspresikan dan menyampaikan kata-kata spesial untuk orang spesial. Harapan nya, kentang sebagai komoditas pangan Indonesia lebih banyak diminati terutama oleh generasi muda.


Melalui Program Kreativitas Mahasiswa yang didanai oleh Kemenristekdikti tahun ini, harapannya dapat membantu menjaga ketahanan Pangan Indonesia. Salam pangan untuk Negeri!

Mahasiswa Undip Ciptakan BOOF Complete Tingkatkan Produktivitas Tanaman


SEMARANG - Mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro (Undip) menciptakan pupuk organik dari limbah peternakan dan pertanian.

Tim yang diketuai oleh Oktaviana Limbong (S1 Agroekoteknologi) serta dua anggotanya Oktavianus Barus (S1 Peternakan) dan Septian Dwi Sulistiono (S1 Peternakan), di bawah bimbingan Dr. Ir. Eny Fuskhah, M.Si., menciptakan inovasi tersebut untuk meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus mengurangi dampak kerusakan tanah akibat pupuk penggunaan anorganik.

Inovasi tersebut di latar belakangi karena kebutuhan pupuk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Namun pupuk yang biasa digunakan oleh petani adalah pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mengakibatkan menurunnya tingkat kesuburan tanah yang akan berpengaruh pada produktivitas tanaman di masa yang akan datang.

Disisi lain, limbah peternakan dan pertanian merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Limbah yang jarang dimanfaatkan namun memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah bio-slurry, cangkang telur, bonggol pisang dan tandan kosong kelapa sawit. Bio-slurry merupakan limbah sisa biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Kandungan nitrogen (N) yang tinggi akan menggemburkan tanah serta mudah mengikat nutrisi dan air ditambah dengan penggunaan cangkang telur sebagai sumber kalsium (Ca), abu tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber kalium (K) dan MOL bonggol pisang sebagai sumber fosfor (P).


BOOF Complete (Bio-slurry Organic Fertilizer) yaitu pupuk dalam bentuk pellet sebagai alternatif pupuk organik yang memiliki unsur hara komplit serta dapat dikembangkan di daerah sentra kelapa sawit. BOOF Complete memiliki kandungan utama N, P, K dan Ca ditambah kandungan mikro lain yang sangat dibutuhkan tanaman. Dengan adanya inovasi petani dapat lebih memilih pupuk organik, karena kandungan unsur hara yang lebih lengkap dibanding pupuk anorganik dengan harga lebih murah dan berasal dari limbah sekitar.

Beberapa tahap yang telah dilaksanakan yaitu pembuatan pupuk, analisa kandungan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah dan pengaplikasiaan ke tanaman cabai. Tanaman cabai dipilih karena tanaman tersebut dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia tanpa memperhatikan tingkat sosial serta permintaannya yang meningkat dari tahun ke tahun.


Kemeterian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi juga mendukung kegiatan tersebut dengan pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Eksakta 2019. 

Anavellies, Fungisida Ekstrak Biji Palem Atasi Layu Tanaman Bawang Merah


SEMARANG - Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satunya tanaman keluarga pinang-pinangan (Aracaceae). Salah satu spesies dari Aracceae adalah palem putri yang  sering digunakan sebagai hiasan taman dan tanaman penyearah jalan (Adawiah, 2016). Namun banyaknya tanaman palem ini tidak seimbang dengan peran masyarakat dalam memanfaatkannya, terutama pada bagian biji palem.

Biji palem putri yang telah berjatuhan dari pohonnya dibiarkan berserakan selayaknya limbah. Hal ini sangat disayangkan, karena berdasarkan penelitian Adawiah (2016) biji palem putri mengandung senyawa metabolit sekunder, diantaranya polifenol dan flavonoid yang bersifat antijamur sehingga senyawa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai fungisida.

Disisi lain, kebutuhan bawang merah terus meningkat setiap tahunnya. Namun, akhir-akhir ini produksi tanaman bawang merah mengalami penurunan. Salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan hasil panen tanaman bawang merah adalah penyakit layu fusarium akibat Fusarium oxysporum Sp. yang sulit dikendalikan. Penyakit ini berpotensi menimbulkan kerugian besar, bahkan dapat menyebabkan gagal panen.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penyemprotan fungisida berbagai jenis, baik alami maupun sintetis. Padahal, penggunaan fungisida sintetis dapat berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga perlu adanya pengendalian yang ramah lingkungan. Pada penelitian sebelumnya, fungisida ramah lingkungan menggunakan mikroorganisme antagonis, seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. (Ramadhina A.,  2012).

Namun, penggunaan mikroorganisme antagonis tersebut masih memiliki berbagai kekurangan, seperti produksinya yang belum bisa dilakukan dalam skala besar karena keterbatasan bahan baku, tidak tahan disimpan, dan harganya yang masih relatif tinggi.


Berdasarkan permasalahan tersebut, mendorong tiga mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang terdiri dari Ummy Ulvairoh (S1-Kimia), Chilmi Nurul Izza (S1- Agroekoteknologi) dan Firza Rizki Apriliani (S1-Statistika) untuk menciptakan ANAVELLIES, yaitu fungisida ekstrak biji palem putri untuk pengendalian layu fusarium pada tanaman bawang merah dengan dosen pembimbing Dr. Agustina LNA, M.Si. melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Mahasiswa Undip Ciptakan Kursi Roda Elektrik Sensor Medis Berbasis IoT


SEMARANG - Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) menciptakan inovasi kursi roda elektrik menggunakan gelombang otak yang dilengkapi sensor medis dan berbasis IoT. Tim yang beranggotakan Farhan Taufiqurrahman Ashegaf (S1 Teknik Elektro), Bonaventura Ananda Daniel Naipospos (S1 Teknik Elektro), dan Benediktus Bryan Bimantoro (S1 Teknik Elektro) menciptakan inovasi ini dengan tujuan penyempurnaan kursi roda bagi penyandang disabilitas.

Inovasi ini diciptakan akibat munculnya keprihatinan pada penggunaan kursi roda bagi penyandang disabilitas yang masih belum baik. Menurut Badan Pusat Statistik, SAKERNAS 2011 jumlah keseluruhan penduduk Indonesia adalah 237.641.326 orang. Sejalan dengan perhitungan WHO, diperkirakan 10% persen dari penduduk Indonesia (24 juta) adalah penyandang disabilitas. Menurut data PUSDATIN dari Kementerian Sosial, pada 2010, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah 11.580.17 orang dengan di antaranya 3.474.035 (penyandang disabilitas fisik), 2.547.626 (penyandang disabilitas pendengaran), 1.389.614 (penyandang disabilitas mental) dan 1.158.012 (penyandang disabilitas kronis).

Sementara itu kursi roda saat ini, masih banyak menggunakan kursi roda konvensional yang masih digerakkan menggunakan tangan ataupun didorong sehingga harus membutuhkan bantuan orang lain untuk menggerakkannya. Sebenarnya, ada produsen kursi roda yang sudah melengkapi kursi roda dengan motor dan dikontrol dengan joystick. Namun memiliki kelemahan, yaitu sulit digunakan oleh penyandang disabilitas lumpuh total jika menggunakan joystick. Karena itulah diperlukan suatu sistem kursi roda yang baru dan lebih canggih untuk mengatasinya.

Dengan adanya inovasi KUROTA Kursi Roda Elektrik Menggunakan Gelombang Otak Dilengkapi Sensor Medis Berbasis IoT dapat diharapkan sebagai solusi dari permasalahan di atas. Alat ini bertujuan untuk menjadi alternatif pengganti teknologi kursi roda yang sudah ada saat ini.

KUROTA didesain untuk menjadi kursi roda yang bisa digunakan oleh penderita disabilitas baik itu disabilitas sebagian ataupun lumpuh total karena menggunakan pengendalian menggunakan sinyal otak serta terdapat sensor detak jantung dan oksigen darah, sehingga keadaan kondisi pengguna selalu terpantau dan juga dilengkapi dengan sensor accelerometer & gyroscope untuk mendeteksi jika kursi roda terjatuh, terguling, atau kecelakaan yang notifikasi tersebut langsung dikirimkan ke keluarga melalui aplikasi Android secara realtime dengan internet. KUROTA dilengkapi dengan tombol bantuan dan GPS sehingga memudahkan jika digunakan oleh penderita disabilitas karena lokasi akan langsung diketahui keluarga.

Dengan bimbingan Bapak Dr. Aris Triwiyatno, ST., MT., tim ini mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Marcelinus David W. ST. dan Finade Oza W. ST. mengenai ekstraksi ciri gelombang electroencephalogram (EEG) pada tahun 2018. Inovasi tim ini juga didukung Pemerintah melalui pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta oleh KEMENRISTEKDIKTI.

Stizol, Salep Inovatif Karya Mahasiswa Undip Atasi Infeksi Luka Bakar


SEMARANG - Pada tahun 2016, World Health Organization menyatakan bahwa kematian yang diakibatkan oleh luka bakar mencapai 265.000 orang setiap tahunnya dengan angka kejadian lebih banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Luka bakar merusak lapisan kulit sehingga mudah untuk terinfeksi bakteri.

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu bakteri yang sering menginfeksi luka bakar. Satu-satunya antibiotik yang efektif untuk mengatasi infeksi MRSA topikal hingga saat ini adalah mupirosin. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian MRSA sudah mulai menunjukkan resistensi terhadap mupirosin dan angka resistensi MRSA terhadap mupirosin akan semakin meningkat setiap tahunnya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Irfan Kesumayadi dan Ayyasi Izaz Almas mahasiswa Program Studi Kedokteran dengan Ilham Nur Hakim Rambe mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Universitas Diponegoro melakukan kolaborasi penelitian di bawah bimbingan dr.Rebriarina Hapsari Sp.M.K, M.Sc. dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).





Ketiga mahasiswa tersebut menciptakan salep dari bahan dasar tanaman rempah asli Indonesia yaitu temu lawak yang diberi nama STIZOL (Salep Xanthorrizol). Kandungan xanthorrhizol dan antioksidan pada ekstrak temu lawak memiliki sifat antibakteri terhadap MRSA, anti nyeri, dan juga mempercepat regenerasi kulit sehingga cocok untuk digunakan sebagai terapi luka bakar terinfeksi MRSA.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa  STIZOL memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka sama baiknya dengan mupirosin dan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri lebih baik dibandingkan dengan mupirosin. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan penelitian pada manusia untuk memberikan terapi terbaru pada luka bakar terinfeksi MRSA dengan menggunakan ekstrak temu lawak.

Delegasi Undip Sabet 2 Penghargaan EuroMUN di Belanda


MAASTRICHT - Lima perwakilan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengikuti kompetisi internasional sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu Euro Model United Nations (EuroMUN) yang diselenggarakan di Kota Maastricht, Belanda (2-5/5/2019).

Tim Delegasi Undip terdiri dari Putri Rahma Asri (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Roihanatul Maziyah (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Ayu Isnaeni (Fakultas Ekonomika dan Bisnis), Natasha Gunawan (Fakultas Psikologi), dan Dinda Putri Mulia (Fakultas Hukum).

Sebagai informasi, EuroMUN merupakan konferensi MUN terbesar dan paling bergengsi di Kontinental Eropa, diikuti lebih dari 500 delegasi, dan bekerja di bawah perlindungan Parlemen Eropa. Untuk tahun 2019 ini, EuroMUN mengambil tema “Exploring the European Idea”, tema ini mengacu pada peran penting Eropa dalam berkontribusi memberikan ide-ide inovatif yang penting bagi pengembangan standar sosial di masa depan.

Selama kompetisi sidang PBB berlangsung, para peserta memainkan peran sebagai hakim, diplomat dan duta besar, yang mewakili berbagai negara atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan hadirnya kompetisi jenis ini, memungkinkan peserta untuk mendalami kompleksitas hubungan internasional dengan fokus pada peristiwa terkini, perkembangan sejarah serta situasi krisis yang dihadapi oleh suatu negara.

Dalam EuroMUN kali ini, delegasi Undip berkompetisi dengan council yang berbeda. Putri mewakili Austria dalam Council of the European Union, Roihanatul mewakili Australia pada Commission on Crime Prevention and Criminal Justice (CCPCJ), Ayu mewakili Nigeria di Economy and Social Council (ECOSOC), Natasha mewakili Jerman pada United Nations Human Rights Council (UNHRC), dan Dinda mewakili Rusia pada International Atomic and Energy Association (IAEA).

Menurut Putri selaku  ketua delegasi memilih council of the EU dikarenakan selaras dengan ilmu yang dipelajarinya di Departemen Hubungan Internasional Undip.

Dewan Uni Eropa membahas kebijakan-kebijakan Uni Eropa sebagai organisasi supranasional. Saat itu saya membahas kebijakan bantuan bagi negara tetangga uni eropa,” kata Putri.

Sedangkan Ayu memilih The Economic and Social Council atau ECOSOC karena membahas tentang Foreign Direct Investment  di negara berkembang, sebagai mahasiswa akuntansi program internasional, Ayu memang memiliki ketertarikan di bidang investasi.

Natasha sebagai mahasiswa Psikologi memilih United Nations Human Rights Council (UNHRC).

“Di council ini saya berdebat dan bernegosiasi terkait isu hak asasi manusia khususnya tentang kebebasan berekspresi di dunia cyber, topik ini sangat seksi mengingat kebebasan berekspresi seringkali dijadikan tameng untuk menggunakan sosial media dengan tidak bijak, terlebih lagi untuk kepentingan politik,” jelas Natasha.


Pada akhirnya, perjuangan yang telah diemban berbuah manis. Roihanatul Maziyah yang akrab dipanggil Hana meraih Best Academic Award dalam Commission on Crime Prevention and Criminal Justice (CCPCJ). Keberadaannya sebagai satu-satunya delegasi yang berasal dari Benua Asia tidak menjadi penghalang untuk terus berusaha memberikan yang terbaik.

Prestasi lainnya juga didapat oleh Dinda Putri Mulia sebagai peraih Verbal Commendation dalam International Atomic Energy Agency (IAEA).

Dua penghargaan yang berhasil diraih oleh delegasi Undip tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari kerja keras dan kerja sama tim.


Hana merasa tidak percaya bahwa dirinya mampu mendapatkan penghargaan di salah satu kompetisi MUN paling bergengsi di dunia.

“Award yang aku dapat ini lebih layak untuk temen-teman delegasi EuroMUN Undip yang lain, tanpa mereka aku mungkin malah tidak bisa berangkat ke Belanda, selama satu tahun persiapan, aku kayak dapat keluarga baru gitu, berantem bareng, seneng bareng, nangis bareng, pokoknya menjadi bagian dari tim ini adalah hal yang tidak pernah saya sesali dalam hidup, dan saya tidak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan karena telah diberikan kesempatan untuk mengharumkan panji Diponegoro di tingkat internasional,” ungkap Hana.