Home » Archives for June 2019
Tingkatkan Efisiensi Pupuk SRF, Tim PKM Undip Gunakan Metode Laser Ablation
SEMARANG - Indonesia
merupakan salah satu negara agaris yang kualitas produktivitasnya tidak
terlepas dari penggunaan pupuk. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk
Indonesia (APPI), sepanjang 2018 konsumsi pupuk di Indonesia selalu mengalami
peningkatan. Dari pupuk urea tumbuh 5% dari 5,97 juta ton pada 2017 menjadi
6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik 7,88% dari 2,60 juta ton menjadi
2,80 juta ton. Peningkatan konsumsi pupuk ini menunjukkan bahwa permintaan akan
pupuk juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Penggunaan slow release menjadi
populer untuk menghemat konsumsi pupuk dan meminimalisasi pencemaran lingkungan
(Tomaszewska dan Jarosiewicz, 2010). Beberapa material organik yang telah
digunakan untuk pembuatan pupuk SRF yaitu zeolit alam dan kitosan.
Carbon Nanotubes (CNT) adalah
salah satu jenis dari karbonnanostruktur yang telah banyak digunakan di
berbagai bidang. Berbagai metode sintesis CNT yang pernah dilakukan diantaranya
metode spray pirolisis (Vega et al., 2017), chemical vapour deposition
(Alleidini et al., 2015). Namun kelemahan dari metode spray pirolisis dan
metode chemical vapour deposition adalah CNT yang dihasilkan masih mengandung
zat-zat pengotor seperti logam katalis, karbon amorf yang menyebabkan rendahnya
kemurnian CNT (Subagio, dkk., 2013).
Salah satu metode yang mampu
menghasilkan CNT dengan tingkat kemurnian yang tinggi yaitu metode laser
ablation. Metode laser ablation dapat menghasilkan CNT dengan kemurnian lebih
dari 90% dengan ukuran diameter nanotubes rata-rata 1,4 nm (Szabo, 2010). Oleh
karena itu, inovasi tertersebut diciptakan oleh mahasiswa UNDIP, Lina Apriliana,
Inayah Mumpuni Budiati, Ranti Aulia. Dengan Dosen Pembimbing Dr. Eng. Ali Khumaeni, S. Si, M. Eng.
Hasil penelitian ini menunjukkan SWCNT ditemukan memiliki
diameter sekitar 133 nm yang tersebar pada 60 menit waktu ablasi dan sekitar 99
nm yang tersebar pada 120 menit waktu ablasi. Selanjutnya, efek SWCNTs terhadap
kinerja pupuk NPK diamati dengan memantau pertumbuhan tanaman. Pekerjaan ini
dapat digunakan untuk menghasilkan kinerja pupuk yang lebih baik dan
meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi.
Pendaftar SBMPTN 2019 Undip Terbanyak ke-3 di Indonesia
SEMARANG – Universitas Diponegoro (Undip)
menjadi kampus dengan jumlah pendaftar terbanyak ke-3 di Indonesia pada Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) tahun 2019.
Hal itu sebagaimana disampaikan Prof. Ahmad Yunus, sebagaimana dilansir dilansir okezone.com. Untuk peringkat pertama adalah Universitas Brawijaya (UB). Lalu Universitas Sebelas Maret (UNS) di posisi ke-2.
Hal itu sebagaimana disampaikan Prof. Ahmad Yunus, sebagaimana dilansir dilansir okezone.com. Untuk peringkat pertama adalah Universitas Brawijaya (UB). Lalu Universitas Sebelas Maret (UNS) di posisi ke-2.
Pada tahun
2019, Undip menyediakan 4.850 kursi untuk mahasiswa baru jalur SBMPTN.
Dilansir
medcom.id, pada Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Undip 2019, prodi Farmasi menjadi persaingan
paling ketat untuk kelompok saintek. Sedangkan prodi Ilmu Komunikasi menjadi persaingan
prodi terketat untuk kelompok soshum.
Sitajir, Sistem Pendeteksi Bencana Banjir Terintegrasi Media Sosial
SEMARANG - SITAJIR (Sistem Pendeteksi Bencana Banjir) terintegrasi dengan media
sosial dapat digunakan untuk sistem akuisisi data permukaan air menggunakan
sensor ultrasonik.
Menggunakan mikrokontroler SOC Wi-Fi memastikan pengukuran
yang lebih efektif.
Sistem yang dikembangkan di sini sederhana sehingga
tidak memerlukan rangkaian yang rumit dan menghabiskan daya lebih sedikit.
Data yang diambil dari mikrokontroler Wi-Fi nantinya
dikirim ke social media Twitter melalui Thingspeak setiap jamnya tanpa adanya
operator atau secara otomatis.
SITAJIR merupakan hasil Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) KC Universitas Diponegoro (Undip) beranggotakan Rizky Pratama Putra, Nurul
Luayli Musoffiyah, dan Akbar Romadhoni dengan Pembimbing Dr. Suryono, S.Si,
M.Si.
Atasi Perubahan Suhu, Mahasiswa Undip Ciptakan Automatic Water Heater
SEMARANG - Budidaya perairan merupakan kegiatan mengolah,
memanfaatkan dan memproduksi yang dilakukan pada biota perairan atau ikan
secara umum dalam wadah atau kondisi yang terkontrol. Kegiatan budidaya
memiliki dua tujuan, antara lain untuk menunjang ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan pribadi dan mendukung ketersediaan biota perairan di alam. Salah satu
faktor yang mendukung kemajuan kegiatan budidaya yaitu industri akuakultur.
Suhu merupakan salah satu variabel penting untuk
organisme akuatik. Suhu pada perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya,
cuaca, iklim dan lain – lain. Suhu rendah menyebabkan penurunan metabolisme
yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan. Menurut Emaliana et al. (2016), bahwa semakin dingin,
maka nafsu makan dan pertumbuhannya justru melambat. Hal ini menyebabkan
penurunan kualitas benih ikan sehingga
dibutuhkan water heater untuk
mengatasi hal tersebut.
Water heater yang sudah beredar saat ini dinilai kurang
efektif, kurang efisien dan tidak meratanya distribusi pemanasan dikarenakan
konsep teknologi pemanasan air dengan logam sebagai heating element menyebabkan pemanasan hanya terjadi di sekitar
permukaan logam.
Berdasarkan permasalahan tersebut, melalui Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM), tim peneliti Universitas
Diponegoro (Undip)
yang terdiri dari Nurul Aulia
Syafitri (Akuakultur 2016), Widya Dwi Wijayanti (Akuakultur 2016), dan Agus
Danangjoyo (Teknik Mesin 2016) di bawah bimbingan Alfabetian Harjuno Condro Haditomo, S.Pi, M.Si. menciptakan
AWARE (Automatic Water Heater) : Pemanas
Konveksi Berbasis Microcontroller yang
mampu meningkatkan angka
produksi ikan melalui stabilitasi suhu air kolam secara otomatis dengan
menggunakan metode forced convection heat transfer sebagai solusi
terhadap rendahnya nilai kelulushidupan benih ikan akibat suhu yang berpengaruh
terhadap nilai kualitas dan kuantitas produksi ikan.
Perubahan suhu air yang sering terjadi secara drastis
akan memengaruhi variabel kualitas air lainnya dan menyebabkan ikan stress dan
berkaibat terhadap penuruna kekebalan tubuh ikan sehingga menyebabkan lebih mudah
terserang penyakit hingga kematian. AWARE sebagai solusi atas rendahnya nilai
kelulushidupan benih ikan akibat suhu yang berpengaruh terhadap nilai kualitas
dan kuantitas produksi ikan.
Persea Soap, Sabun Setipis Kertas Karya Mahasiswa Undip untuk Traveller
SEMARANG - Universitas Diponegoro (Undip) tidak hanya menghasilkan
lulusan yang berkompeten di bidangnya, tetapi juga
menghasilkan entrepreneur yang bergerak dalam bidang industri
kreatif.
Kali
ini karya mahasiswa Undip Semarang patut mendapat apresiasi, karena inovasinya
dalam menghasilkan produk kesehatan yang ramah lingkungan dengan strategi selling dan branding
yang baik sehingga dapat menjangkau target market yang benar.
Salah
satu contoh kreasi mahasiswa Undip Semarang adalah sabun kesehatan “Persea
Soap”. Dalam kurun waktu kurang dari setahun, 3 mahasiswanya yakni,
Iftitania Ardita Putri Utami, Tri Ningrum, dan Adelia Dian melalui Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) mampu membuat inovasi sabun kesehatan dengan bahan-bahan
natural yaitu daun alpukat dan minyak kelapa.
Berawal
dari ide Iftitania, melihat pasar sabun organik yang sedang berkembang di dalam
negeri. Mereka mencoba cara produksi hingga melihat potensi pasar untuk
penjualan sabun organik di Indonesia. Setelah mengetahui peluang pasar yang
belum banyak kompetitor yang bermain di bagian itu, mulailah mereka berdua
untuk mencoba memproduksi hingga memasarkan sabun buatannya. Awalnya hal ini
dilakukan melalui pengedaran tester dan penjualan satuan untuk mengetahui
reaksi pasar.
Salah
satu hal mendasar yang memotivasi mereka untuk mengembangkan produk ini adalah
dampak positif atau testimonial positif yang telah diterima dari pelanggan,
teman dan keluarga yang memakai sabun organik tersebut.
Mereka
berkeinginan untuk menggantikan produk sabun komersial yang biasa dipakai
dengan sabun organik ini. Karena mereka menyadari bahwa bahan kimia yang
terdapat dalam sabun dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada kulit
misalnya kandungan triclosan pada sabun komersil akan menyebabkan iritasi,
kulit kering, hingga mengganggu sistem hormon tubuh.
Selain itu limbahnya dapat mencemari
lingkungan karena membutuhkan waktu lama untuk dapat terurai serta
dapat menyebabkan kanker apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Mereka
mengganti Triclosan dengan senyawa flavonoid yang memiliki fungsi antibakteri
seperti Triclosan tapi aman digunakan dalam jangka waktu panjang. Sehingga
mereka memformulasikan sabun dengan bahan aktif flavonoid daun ketepeng cina.
Dimana daun alpukat memiliki kandungan flavonoid cukup tinggi.
Undip Juarai Kontes Robot Indonesia 2019
SEMARANG - Undip
Robotics Development Center (URDC) berhasil meraih JUARA 3 pada KONTES ROBOT INDONESIA
2019 tingkat Nasional yang diselenggarakan di Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang, 20-23 Juni 2019 kategori Pemadam Api Berkaki.
TIM ROBOTIK UNDIP yang berhasil memperoleh juara 3
tersebut adalah:
Robot Pemadam Api Berkaki (EWS ANDROMEDA)
1. M. Fahmi Yusuf (T. Elektro 2016) [Ketua Tim]
2. Ro'ad Baladi Al Komar (T. Elektro 2016)
3. Aan Aria Nanda (T. Elektro 2017)
+Seluruh team support
URDC JUARA!
UNDIP JAYA!
#URDCjuara
#UndipJaya
#KRI2019
Sign-Me, Aplikasi Inovatif Karya Mahasiswa Undip Bagi Penyandang Tuli
SEMARANG - Tingginya angka bayi yang
lahir tuli di Indonesia menyebabkan tingginya angka anak-anak yang nanti akan
tumbuh namun belum dapat mengenal berbagai macam huruf karena terbatas dengan
kemampuan fisiknya. Prevalensi tuli kongenital di seluruh dunia dilaporkan
berkisar antara 1–3 kejadian dari 1000 kelahiran.
Sedangkan, berdasarkan Profil
Kesehatan tahun 2005, tuli kongenital di Indonesia diperkirakan sebanyak
214.100 orang bila jumlah penduduk sebesar 214.100.000 orang. Jumlah ini akan
bertambah setiap tahun dengan adanya pertambahan penduduk akibat tingginya
angka kelahiran sebesar 0,22%. Sehingga,
untuk membantu mengenalkan huruf secara lebih luas, efektif, dan efisien
diperlukan adanya inovasi teknologi terbaru, salah satunya adalah aplikasi
pengkonversi gambar berisi teks menjadi bentuk teks dan diterjemahkan ke dalam
bahasa isyarat.
Dan salah
satu cara untuk merealisasikannya adalah dengan pembuatan aplikasi SIGN-ME ini.
Dalam pembuatan aplikasi berbasis android ini, digunakan teknologi Optical
Character Recognition (OCR) dengan menggunakan Tesseract sebagai engine
dari OCR (Optical Character Recognition) untuk pengenalan karakter
atau huruf.
Melalui
program PKM-KC (Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta), tiga mahasiswa
Universitas Diponegoro, yaitu : Juan Adhiasta Pratama (Teknik Komputer, 2017),
Pradipta Sekar Ayu Putri Wulandari (Teknik Komputer, 2015), dan Pradipta Nimas
Ayu Putri Wulandari (Biologi, 2017) dibawah bimbingan Kurniawan
Teguh Martono, S.T., M.T. berhasil mengembangkan aplikasi penerjemah,
bernama SIGN-ME. Dan aplikasi ini dilengkapi dengan teknologi OCR (Optical Character
Recognition) yang dapat
mengkonversi gambar berisi teks berbahasa asing ke dalam tulisan lalu
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan lagi ke
dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Dengan harapan, dapat membantu
penyandang tuli kongenital untuk dapat membaca dan memahami tulisan atau teks
bahasa asing dengan lebih cepat dan efisien, tanpa harus mengetik ulang tulisan
ke dalam aplikasi penerjemah lainnya.
Teknologi
OCR (Optical Character Recognition) yang digunakan dalam pembuatan
aplikasi SIGN-ME ini memungkinkan untuk melakukan konversi gambar yang dipindai
dari karakter tercetak menjadi teks atau informasi lain yang diinginkan
pengguna menggunakan ponsel android. Teknologi OCR (Optical Character
Recognition) menggunakan tiga fase
pertama adalah Pemindaian dokumen sebagai gambar optik. Berikutnya adalah
Pengakuan yang melibatkan konversi gambar-gambar tersebut ke aliran karakter
yang mewakili huruf kata yang dikenal dan elemen terakhir yang digunakan untuk
mengakses atau menyimpan teks yang sudah dikonversi. Teks yang dikonversi tidak
lain adalah teks yang diekstraksi. Ketika, pengguna memulai menangkap gambar
menggunakan kamera ponsel yang berisi teks. Sebagian besar sistem pengenalan
karakter akan dikenali melalui gambar input dengan perangkat lunak komputer.
Teknologi OCR ini memudahkan pengguna untuk meng-scan gambar berisi teks yang
kemudian dikonversi ke dalam teks.
Sebelum
melanjutkan lebih lanjut tentang aplikasi SIGN-ME ini, ada baiknya mengenal
lebih dalam terlebih dahulu dengan BISINDO ata Bahasa Isyarat Indonesia. BISINDO
(Bahasa Isyarat Indonesia) sendiri adalah suatu sistem komunikasi yang praktis
dan efektif untuk penyandang tunarungu Indonesia dikembangkan oleh tunarungu
Indonesia digunakan sebagai komunikasi antar orang yang mendengar. BISINDO
(Bahasa Isyarat Indonesia) sendiri berawal dari bahasa awal / bahasa ibu
tunarungu, dimana penggunaan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) sendiri
menyesuaikan dengan pemahaman bahasa tunarungu dari berbagai latar belakang
tunarungu tanpa memberikan struktur imbuhan bahasa Indonesia. Namun, dalam
perkembangannya di Indonesia, tiap-tiap daerah memiliki bahasa isyarat yang
sedikit berbeda dengan daerah lainnya, dalam menginterpertasikan suatu makna.
Salah satu alasan pembuatan aplikasi SIGN-ME ini adalah
dikarenakan masih sedikit orang tuli yang berminat untuk mempelajari BISINDO
(Bahasa Isyarat Indonesia) terutama di sekolah-sekolah formal. Tidak hanya itu,
tidak sedikit pula, anak yang lahir tuli memiliki orang tua yang merupakan
orang dengar, sehingga sedikit sulit bagi orang tua yang ingin berkomunikasi
dengan anaknya jika belum paham betul mengenai BISINDO (Bahasa Isyarat
Indonesia) ini. Hal tersebut juga terjadi
pada anak-anak yang memiliki orang tua penyandang tuli. Oleh karena itu, untuk
mempermudah komunikasi dan sebagai media alternatif dalam belajar (Bahasa
Isyarat Indonesia), tim SIGN-ME ini mencoba mengembangkan kembali aplikasi
penerjemah berbasi OCR (Optical Character
Recognition) untuk penyandang tuli.
Pembuatan aplikasi SIGN-ME ini dimulai dengan pembuatan
desain halaman utama aplikasi. Setelah desain halaman interface dibuat, maka akan dibuat proyek baru dengan basis android
dan memanfaatkan teknologi OCR (Optical
Character Recognition) yang
menggunakan Tesseract sebagai engine.
OCR (Optical Character Recognition) akan
mengkonversi gambar yang berupa tulisan ke dalam bentuk teks yang selanjutnya
akan dihubungkan dengan Web Translator
seperti Microsoft (Bing) Translate
dan Google Translate. Teks (Output) akan muncul terjemahannya dalam
bahasa Indonesia. Output teks pertama ini akan dilanjutkan untuk diterjemahkan
ke dalam BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dengan menginput database file
berformat .GIF dari server. Maka akan menghasilkan keluaran berupa file .GIF
yang menerjemahkan Bahasa Indonesia per kata ke dalam BISINDO (Bahasa Isyarat
Indonesia).
Pembuatan database sebagai komponen utama dalam pembuatan
aplikasi SIGN-ME ini dilakukan dengan bantuan seorang pengguna BISINDO (Bahasa
Isyarat Indonesia), yang akan memperagakan gerakan isyarat BISINDO (Bahasa
Isyarat Indonesia) yang kemudian akan direkam dan dijadikan dalam format .GIF
untuk kemudian dijadikan sebagai output
dari aplikasi SIGN-ME. File yang
sudah dibuat akan disimpan ke dalam server,
dikarenakan akan memakan banyak kapasitas ruang apabila diletakkan dalam
aplikasi. Dalam pembuatan database ini, Tim SIGN-ME berkerja sama dengan Gerakan
untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia di Semarang (GERKATIN SEMARANG) yang
juga turut memfasilitasi dan ikut menyebarkan pengetahuan mengenai BISINDO
(Bahasa Isyarat Indonesia) dengan kesediaannya menjadi model dalam pembuatan
database.
Tiap-tiap
kata yang diartikan ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) akan
dikelompokkan sesuai fungsi penggunaan kata-kata tersebut. Dalam penggunaan
aplikasi ini, user akan dipermudah
dalam memilih kelompok kata yang ingin diterjemahkan ke dalam Bahasa Isyarat
Indonesia (BISINDO). Kelompok kata-kata itu sendiri terdiri atas Warna, Nama-nama
Hari, Anggota Tubuh, Kalimat Sapaan, Alfabet, dan masih banyak lagi. Dengan
adanya pengelompokan kata per kata ini, diharapkan user mampu lebih mudah untuk memahami arti dari suatu kata ke dalam
Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Dalam pengembangannya, Tim SIGN-ME berusaha
agar terus memperbarui database kosakata Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)
agar pengguna dapat mempelajari lebih banyak kosakata secara efisien dan
efektif.
Teknologi
yang sudah diterapkan saat ini dengan menggunakan teknologi OCR adalah
pembuatan “Aplikasi Penerjemah Bahasa
Inggris-Indonesia dengan Optical
Character Recognition Berbasis Android” yang dirancang oleh Utami, dkk.
pada tahun 2016 dan dipublikasikan pada Jurnal
Teknologi dan Sistem Komputer Vol. 4 No. 1:167-177. Aplikasi yang
dibuat sudah cukup baik, namun aplikasi ini hanya mampu menerjemahkan gambar
berisi teks bahasa Inggris yang akan dikonversi menjadi tulisan lalu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aplikasi tersebut masih belum
menyediakan terjemahan ke dalam bahasa isyarat yang dapat dimengerti oleh
penyandang tuli.
Dari teknologi
yang sudah ada sebelumnya, Tim SIGN-ME mencoba memberikan pengembangan dari aplikasi yang
sudah ada, berupa pembuatan
aplikasi berbasis android yang menggunakan teknologi Optical Character
Recognition (OCR) yang akan membantu mengkonversi gambar berisi teks
berbahasa asing ke dalam tulisan lalu diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan
kemudian diterjemahkan lagi ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Dengan harapan, dapat membantu
penyandang tuli kongenital untuk dapat membaca dan memahami tulisan atau teks
bahasa asing dengan lebih cepat dan efisien, tanpa harus mengetik ulang tulisan
ke dalam aplikasi penerjemah lainnya. Selain itu, membantu penyandang tuli
untuk dapat belajar mengenai bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) baik secara
formal maupun non formal.
Aplikasi ini juga diharapkan memiliki
fungsi dan manfaat sebagai pemberi solusi pada penyandang tuli terutama tuli kongenital di
Indonesia yang ingin mempelajari bahasa asing dengan huruf non alfabet, yang saat ini pengembangannya masih berupa Huruf
Hijaiyyah saja, sehingga nantinya dapat membantu mempermudah penyandang
tuli yang ingin mempelajari arti Al-Qur’an dengan lebih efektif dan efisien.
Selain itu,
aplikasi ini diharapkan mampu membantu mempermudah penyandang tuli terutama
tuli kongenital untuk membaca buku maupun karya tulis yang dapat meningkatkan
wawasan dan ilmunya, karena penggunaannya hanya dengan meng-scan gambar berisi teks di dalam buku
bacaan, yang selanjutnya akan menampilkan video isyarat dari kata tersebut. Dan
juga untuk membantu non penyandang tuli untuk dapat berkomunikasi dengan penyandang
tuli, dan membantu mempermudah mereka dalam mempelajari Bahasa Isyarat
Indonesia (BISINDO), karena umumnya, orang dengar tidak mendapat pelajaran mengenai
Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), kecuali bagi mereka yang ingin
mempelajarinya secara pribadi. Serta, aplikasi ini dapat digunakan sebagai
alternatif alat pembelajaran Bahasa Isyarat
Indonesia (BISINDO), selain karena mudah digunakan, juga dapat digunakan dimana
saja. Karena saat ini orang-orang sudah banyak memanfaatkan handphone android untuk membantu
aktivitas sehari-hari.
Oleh karena itu, aplikasi ini
akan sangat bersahabat bagi orang-orang masa kini sekaligus akan memudahkan
dalam beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran maupun penggunaan Bahasa Isyarat Indonesia
(BISINDO).
Mahasiswa Undip Jadi Saksi di MK, Besoknya Ujian Skripsi
JAKARTA – Mahasiswa Universitas
Diponegoro (Undip) asal Boyolali, Nur Latifah, menjadi saksi dalam sidang sengketa
hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi/MK (20/6/2019).
Dilansir kumparan.com, Nur Latifah menjadi saksi meski sedang
sakit. Selain itu, usai sidang di MK, ia bersegera kembali ke Semarang karena
besoknya harus menjalani Ujian Skripsi di kampusnya.
(Foto via YouTube BeritaSatu)
POTARO (Potato Aeroponic) Mini sebagai Jembatan Peralihan Teknologi Pertanian Modern
SEMARANG - Di masa
mendatang, teknologi pertanian modern akan masuk pasar Indonesia dan berdampak
metode pertanian konvensional perlahan-lahan ditinggalkan. Tak dapat dipungkiri,
ada beberapa faktor yang mempercepat peralihan teknologi ini, seperti terus
menurunnya minat pemuda untuk menjadi petani, lahan pertanian yang terus
berkurang, perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi, hingga faktor-faktor
unggulan dari teknologi itu sendiri yang seakan menjawab permasalahan yang ada
di lingkup pertanian spesifik.
Melalui PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan),
lima mahasiswa UNDIP, yaitu: Muhammad Fadli Fauzan (Fisika, 2017), Fatkhiyatus
Sa’adah (Fisika, 2015), Ivan Adi Kuncara (Fisika, 2016), Tutik Irkhanah (Teknik
Kimia, 2016), dan Ira Iryanti (Fisika, 2016) dibawah bimbingan Dr.Eng.Ali
Khumaeni, ME. memanfaatkan era peralihan teknologi ini dengan membuat dan
mengembangkan produk POTARO (Potato Aeroponik) mini sebagai inovasi bisnis
sistem aeroponik mini full-automatic, lengkap dengan instalasi sensor dan
instrument yang terintegrasi teknologi IoT. Ukurannya yang kecil membuat POTARO
Mini dapat difungsikan sebagai tanaman sayur sekaligus tanaman hias di
dalam rumah.
Metode aeroponik merupakan suatu proses perubahan dari air
menjadi gas oksigen dengan menggunakan getaran ultrasonik, dari getaran
ultrasonik itu menghasilkan kabut yang digunakan sebagai media budidaya
kentang. Metode aeroponik pada budidaya kentang memiliki beberapa kelebihan.
Pertama, tidak kotor, hal ini dikarenakan budidaya kentang tidak
menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Kedua, menarik, kabut yang dihasilkan
dari metode ini mempunyai nilai estetika yang tinggi dengan menonjolkan
keunikan pemandangan bawah pot pada sistem kabut. Ketiga, bebas dari hama, pada
metode ini dapat membebaskan kentang dari serangan hama, dikarenakan sistem
pertanian aeroponik cenderung tertutup sehingga tahan terhadap hama. Dan yang
terakhir adalah memiliki rentan suhu yang lebih rendah pada bagian akar,
sehingga tingkat proses keberhasilan dari budidaya dengan metode ini lebih
tinggi.
Selain produk POTARO mini, Potaro juga memiliki produk lainnya
berupa Potaro letter. Potaro letter merupakan produk kentang yang dihias khusus
untuk hadiah orang special. Kentang dijadikan sebagai media untuk mengekspresikan
dan menyampaikan kata-kata spesial untuk orang spesial. Harapan nya, kentang
sebagai komoditas pangan Indonesia lebih banyak diminati terutama oleh generasi
muda.
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa yang didanai oleh
Kemenristekdikti tahun ini, harapannya dapat membantu menjaga ketahanan Pangan
Indonesia. Salam pangan untuk Negeri!
Mahasiswa Undip Ciptakan BOOF Complete Tingkatkan Produktivitas Tanaman
SEMARANG - Mahasiswa
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro (Undip) menciptakan
pupuk organik dari limbah peternakan dan pertanian.
Tim yang diketuai oleh Oktaviana
Limbong (S1 Agroekoteknologi) serta dua anggotanya Oktavianus Barus (S1
Peternakan) dan Septian Dwi Sulistiono (S1 Peternakan), di bawah bimbingan Dr. Ir. Eny Fuskhah, M.Si., menciptakan
inovasi tersebut untuk meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus mengurangi
dampak kerusakan tanah akibat pupuk penggunaan anorganik.
Inovasi tersebut di latar belakangi
karena kebutuhan pupuk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Namun pupuk yang
biasa digunakan oleh petani adalah pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik
secara terus menerus akan mengakibatkan menurunnya tingkat kesuburan tanah yang
akan berpengaruh pada produktivitas tanaman di masa yang akan datang.
Disisi lain, limbah peternakan dan
pertanian merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Limbah yang
jarang dimanfaatkan namun memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah bio-slurry, cangkang telur, bonggol
pisang dan tandan kosong kelapa sawit. Bio-slurry
merupakan limbah sisa biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Kandungan nitrogen (N) yang tinggi akan
menggemburkan tanah serta mudah mengikat nutrisi dan air ditambah dengan
penggunaan cangkang telur sebagai sumber kalsium (Ca), abu tandan kosong kelapa
sawit sebagai sumber kalium (K) dan MOL bonggol pisang sebagai sumber fosfor
(P).
BOOF Complete (Bio-slurry Organic Fertilizer) yaitu
pupuk dalam bentuk pellet sebagai alternatif pupuk organik yang memiliki unsur
hara komplit serta dapat dikembangkan di daerah sentra kelapa sawit. BOOF Complete memiliki kandungan utama
N, P, K dan Ca ditambah kandungan mikro lain yang sangat dibutuhkan tanaman. Dengan
adanya inovasi petani dapat lebih memilih pupuk organik, karena kandungan unsur
hara yang lebih lengkap dibanding pupuk anorganik dengan harga lebih murah dan
berasal dari limbah sekitar.
Beberapa tahap yang telah dilaksanakan
yaitu pembuatan pupuk, analisa kandungan di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Tengah dan pengaplikasiaan ke tanaman cabai. Tanaman
cabai dipilih karena tanaman tersebut dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia tanpa memperhatikan tingkat sosial serta permintaannya yang meningkat
dari tahun ke tahun.
Kemeterian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi juga mendukung kegiatan tersebut dengan pendanaan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Eksakta 2019.
Anavellies, Fungisida Ekstrak Biji Palem Atasi Layu Tanaman Bawang Merah
SEMARANG - Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman
hayati, salah satunya tanaman keluarga pinang-pinangan (Aracaceae). Salah satu
spesies dari Aracceae adalah palem putri yang sering digunakan sebagai hiasan taman dan
tanaman penyearah jalan (Adawiah, 2016). Namun banyaknya tanaman palem ini
tidak seimbang dengan peran masyarakat dalam memanfaatkannya, terutama pada bagian
biji palem.
Biji palem putri yang telah berjatuhan
dari pohonnya dibiarkan berserakan selayaknya limbah. Hal ini sangat
disayangkan, karena berdasarkan penelitian Adawiah (2016) biji palem putri
mengandung senyawa metabolit sekunder, diantaranya polifenol dan flavonoid yang
bersifat antijamur sehingga senyawa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
fungisida.
Disisi lain, kebutuhan bawang merah terus
meningkat setiap tahunnya. Namun, akhir-akhir ini produksi tanaman bawang merah
mengalami penurunan. Salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan hasil panen
tanaman bawang merah adalah penyakit layu fusarium akibat Fusarium oxysporum
Sp. yang sulit dikendalikan. Penyakit ini berpotensi menimbulkan kerugian
besar, bahkan dapat menyebabkan gagal panen.
Permasalahan tersebut dapat diatasi
dengan penyemprotan fungisida berbagai jenis, baik alami maupun sintetis. Padahal,
penggunaan fungisida sintetis dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
sehingga perlu adanya pengendalian yang ramah lingkungan. Pada penelitian
sebelumnya, fungisida ramah lingkungan menggunakan mikroorganisme antagonis,
seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. (Ramadhina
A., 2012).
Namun, penggunaan mikroorganisme
antagonis tersebut masih memiliki berbagai kekurangan, seperti produksinya yang
belum bisa dilakukan dalam skala besar karena keterbatasan bahan baku, tidak
tahan disimpan, dan harganya yang masih relatif tinggi.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
mendorong tiga mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang
terdiri dari Ummy Ulvairoh (S1-Kimia), Chilmi Nurul Izza (S1- Agroekoteknologi)
dan Firza Rizki Apriliani (S1-Statistika) untuk menciptakan ANAVELLIES, yaitu
fungisida ekstrak biji palem putri untuk pengendalian layu fusarium pada
tanaman bawang merah dengan dosen pembimbing Dr. Agustina LNA, M.Si. melalui Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM).
Mahasiswa Undip Ciptakan Kursi Roda Elektrik Sensor Medis Berbasis IoT
SEMARANG - Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) menciptakan
inovasi kursi roda elektrik menggunakan gelombang otak yang dilengkapi sensor medis
dan berbasis IoT. Tim yang beranggotakan Farhan Taufiqurrahman Ashegaf (S1
Teknik Elektro), Bonaventura Ananda Daniel Naipospos (S1 Teknik Elektro), dan
Benediktus Bryan Bimantoro (S1 Teknik Elektro) menciptakan inovasi ini dengan
tujuan penyempurnaan kursi roda bagi penyandang disabilitas.
Inovasi
ini diciptakan akibat munculnya keprihatinan pada penggunaan kursi roda bagi
penyandang disabilitas yang masih belum baik. Menurut Badan Pusat Statistik,
SAKERNAS 2011 jumlah keseluruhan penduduk Indonesia adalah 237.641.326 orang.
Sejalan dengan perhitungan WHO, diperkirakan 10% persen dari penduduk Indonesia
(24 juta) adalah penyandang disabilitas. Menurut data PUSDATIN dari Kementerian
Sosial, pada 2010, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah 11.580.17 orang
dengan di antaranya 3.474.035 (penyandang disabilitas fisik), 2.547.626
(penyandang disabilitas pendengaran), 1.389.614 (penyandang disabilitas mental)
dan 1.158.012 (penyandang disabilitas kronis).
Sementara
itu kursi
roda saat ini, masih banyak menggunakan kursi roda konvensional yang masih
digerakkan menggunakan tangan ataupun didorong sehingga harus membutuhkan
bantuan orang lain untuk menggerakkannya. Sebenarnya, ada produsen kursi roda
yang sudah melengkapi kursi roda dengan motor dan dikontrol dengan joystick.
Namun memiliki kelemahan, yaitu sulit digunakan oleh penyandang disabilitas
lumpuh total jika menggunakan joystick. Karena itulah diperlukan suatu sistem
kursi roda yang baru dan lebih canggih untuk mengatasinya.
Dengan adanya inovasi KUROTA Kursi Roda Elektrik Menggunakan
Gelombang Otak Dilengkapi Sensor Medis Berbasis IoT dapat diharapkan sebagai
solusi dari permasalahan di atas. Alat ini bertujuan untuk menjadi alternatif
pengganti teknologi kursi roda yang sudah ada saat ini.
KUROTA didesain untuk menjadi kursi roda yang bisa digunakan
oleh penderita disabilitas baik itu disabilitas sebagian ataupun lumpuh total
karena menggunakan pengendalian menggunakan sinyal otak serta terdapat sensor
detak jantung dan oksigen darah, sehingga keadaan kondisi pengguna selalu
terpantau dan juga dilengkapi dengan sensor accelerometer & gyroscope untuk
mendeteksi jika kursi roda terjatuh, terguling, atau kecelakaan yang notifikasi
tersebut langsung dikirimkan ke keluarga melalui aplikasi Android secara
realtime dengan internet. KUROTA dilengkapi dengan tombol bantuan dan GPS
sehingga memudahkan jika digunakan oleh penderita disabilitas karena lokasi
akan langsung diketahui keluarga.
Dengan bimbingan Bapak Dr. Aris Triwiyatno, ST., MT., tim
ini mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Marcelinus David W. ST.
dan Finade Oza W. ST. mengenai ekstraksi ciri gelombang electroencephalogram
(EEG) pada tahun 2018. Inovasi tim ini juga didukung Pemerintah melalui
pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta oleh
KEMENRISTEKDIKTI.
Stizol, Salep Inovatif Karya Mahasiswa Undip Atasi Infeksi Luka Bakar
SEMARANG - Pada
tahun 2016, World Health Organization menyatakan bahwa kematian yang
diakibatkan oleh luka bakar mencapai 265.000 orang setiap tahunnya dengan angka
kejadian lebih banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
Luka bakar merusak lapisan kulit sehingga mudah untuk terinfeksi bakteri.
Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu bakteri yang sering
menginfeksi luka bakar. Satu-satunya antibiotik yang efektif untuk mengatasi
infeksi MRSA topikal hingga saat ini adalah mupirosin. Namun, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa sebagian MRSA sudah mulai menunjukkan resistensi
terhadap mupirosin dan angka resistensi MRSA terhadap mupirosin akan semakin
meningkat setiap tahunnya.
Berangkat
dari permasalahan tersebut, Irfan Kesumayadi dan Ayyasi Izaz Almas mahasiswa
Program Studi Kedokteran dengan Ilham Nur Hakim Rambe mahasiswa Program Studi
Teknik Kimia Universitas Diponegoro melakukan kolaborasi penelitian di bawah
bimbingan dr.Rebriarina Hapsari Sp.M.K, M.Sc. dalam Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM).
Ketiga
mahasiswa tersebut menciptakan salep dari bahan dasar tanaman rempah asli
Indonesia yaitu temu lawak yang diberi nama STIZOL (Salep Xanthorrizol).
Kandungan xanthorrhizol dan antioksidan pada ekstrak temu lawak memiliki sifat
antibakteri terhadap MRSA, anti nyeri, dan juga mempercepat regenerasi kulit
sehingga cocok untuk digunakan sebagai terapi luka bakar terinfeksi MRSA.
Hasil
percobaan menunjukkan bahwa STIZOL
memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka sama baiknya dengan mupirosin dan
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri lebih baik dibandingkan dengan
mupirosin. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan penelitian
pada manusia untuk memberikan terapi terbaru pada luka bakar terinfeksi MRSA
dengan menggunakan ekstrak temu lawak.
Delegasi Undip Sabet 2 Penghargaan EuroMUN di Belanda
MAASTRICHT - Lima perwakilan mahasiswa Universitas
Diponegoro (Undip) Semarang mengikuti kompetisi internasional sidang
Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu Euro Model United Nations (EuroMUN) yang
diselenggarakan di Kota Maastricht, Belanda (2-5/5/2019).
Tim Delegasi Undip terdiri dari Putri
Rahma Asri (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Roihanatul Maziyah
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Ayu Isnaeni (Fakultas Ekonomika dan
Bisnis), Natasha Gunawan (Fakultas Psikologi), dan Dinda Putri Mulia (Fakultas
Hukum).
Sebagai informasi, EuroMUN merupakan konferensi
MUN terbesar dan paling bergengsi di Kontinental Eropa, diikuti lebih dari 500
delegasi, dan bekerja di bawah perlindungan Parlemen Eropa. Untuk tahun 2019
ini, EuroMUN mengambil tema “Exploring
the European Idea”, tema ini mengacu pada peran penting Eropa dalam
berkontribusi memberikan ide-ide inovatif yang penting bagi pengembangan
standar sosial di masa depan.
Selama kompetisi sidang PBB
berlangsung, para peserta memainkan peran sebagai hakim, diplomat dan duta
besar, yang mewakili berbagai negara atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan
hadirnya kompetisi jenis ini, memungkinkan peserta untuk mendalami kompleksitas
hubungan internasional dengan fokus pada peristiwa terkini, perkembangan sejarah
serta situasi krisis yang dihadapi oleh suatu negara.
Dalam EuroMUN kali ini, delegasi Undip
berkompetisi dengan council yang berbeda. Putri mewakili Austria dalam Council
of the European Union, Roihanatul mewakili Australia pada Commission on Crime
Prevention and Criminal Justice (CCPCJ), Ayu mewakili Nigeria di Economy and Social Council (ECOSOC), Natasha mewakili Jerman pada United
Nations Human Rights Council (UNHRC), dan Dinda mewakili Rusia pada
International Atomic and Energy Association (IAEA).
Menurut Putri selaku ketua delegasi memilih council of the EU dikarenakan selaras
dengan ilmu yang dipelajarinya di Departemen Hubungan Internasional Undip.
“Dewan Uni Eropa membahas kebijakan-kebijakan Uni Eropa
sebagai organisasi supranasional. Saat itu saya membahas kebijakan bantuan bagi
negara tetangga uni eropa,” kata Putri.
Sedangkan Ayu memilih The Economic and
Social Council atau ECOSOC karena membahas tentang Foreign Direct Investment di
negara berkembang, sebagai mahasiswa akuntansi program internasional, Ayu memang memiliki ketertarikan di bidang investasi.
Natasha sebagai mahasiswa Psikologi
memilih United Nations Human Rights Council (UNHRC).
“Di council ini saya berdebat dan
bernegosiasi terkait isu hak asasi manusia khususnya tentang kebebasan
berekspresi di dunia cyber, topik ini sangat seksi mengingat kebebasan
berekspresi seringkali dijadikan tameng untuk menggunakan sosial media dengan
tidak bijak, terlebih lagi untuk kepentingan politik,” jelas Natasha.
Pada akhirnya, perjuangan yang telah
diemban berbuah manis. Roihanatul Maziyah yang akrab dipanggil Hana meraih Best
Academic Award dalam Commission on Crime Prevention and Criminal Justice (CCPCJ).
Keberadaannya sebagai satu-satunya delegasi yang berasal dari Benua Asia tidak menjadi penghalang untuk terus berusaha
memberikan yang terbaik.
Prestasi lainnya juga didapat oleh
Dinda Putri Mulia sebagai peraih Verbal Commendation dalam International Atomic
Energy Agency (IAEA).
Dua penghargaan yang berhasil diraih
oleh delegasi Undip tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari kerja keras
dan kerja sama tim.
Hana merasa tidak percaya bahwa dirinya
mampu mendapatkan penghargaan di salah satu kompetisi MUN paling bergengsi di
dunia.
“Award yang aku dapat ini lebih layak
untuk temen-teman delegasi EuroMUN Undip yang lain, tanpa mereka aku mungkin
malah tidak bisa berangkat ke Belanda, selama satu tahun persiapan, aku kayak
dapat keluarga baru gitu, berantem bareng, seneng bareng, nangis bareng,
pokoknya menjadi bagian dari tim ini adalah hal yang tidak pernah saya sesali
dalam hidup, dan saya tidak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan karena
telah diberikan kesempatan untuk mengharumkan panji Diponegoro di tingkat
internasional,” ungkap Hana.