SEMARANG,
KampusUndip.com
- Sebagai negara agraris, Indonesia memang tidak dapat dipisahkan dari
produk-produk hortikultura. Hortikultura menjadi komoditas penting karena
kebutuhan masyarakat akan produk ini terhitung besar, diiringi dengan
peningkatan produksi setiap tahunnya. Hal ini harus dibarengi dengan teknologi
penanganan pasca panen yang memadai agar produk hortikultura tetap terjaga
mutunya hingga ke tangan para konsumen.
Tiga mahasiswa Universitas
Diponegoro (Undip) ikut menjawab tantangan penanganan pasca panen di masa
modern ini melalui TOP (Thermodynamic
Ozon Preservation), alat pengawet sayuran portabel yang digunakan untuk
menjaga kesegaran produk hortikultura setelah dipanen, terutama pada saat
proses pengiriman jarak jauh.
Ferisa Lestari Nugrahayu dari Departemen
Biologi, Kadarisman dari Departemen Fisika dan Wahyu Fadhil Mauladin dari Departemen
Teknik Elektro di bawah bimbingan Prof. Dr. Heri Sutanto, S.Si, berhasil merampungkan
prototipe alat ini pada awal Juli kemarin.
Inovasi apa yang ditawarkan
karya putra putri bangsa ini? Jawabannya terletak pada bentuk portable, teknologi
antibakteri berbasis ozon dalam bentuk mist (kabut) dan teknologi pelacakan
berbasis androidnya.
Kadarisman, salah satu anggota
tim menguraikan, “TOP memanfaatkan kemampuan teknologi Ozon (O3)
dalam menghasilkan radikal hidroksil (OH*) ketika bereaksi dengan
air. Radikal hidroksil ini lah yang membunuh bakteri. TOP juga menawarkan
teknologi mist (kabut) berbasis
gelombang ultrasonik sebagai penghasilnya. Teknologi mist memiliki keunggulan ukuran partikel lebih kecil dibandingkan
dengan teknologi spray (semprot).
Dengan ukuran lebih kecil, luas permukaan yang bereaksi denga ozon semakin
besar, dan distribusi partikel akan lebih merata. TOP juga menggunakan
teknologi peltier sebagai pendingin air untuk mengurangi hot spot effect yang ditimbulkan gelombang ultrasonik mist, agar suhu tetap dingin dan
kesegaran bahan terjaga dalam waktu yang lama. Teknologi ini dikombinasikan
dengan sensor suhu untuk memantau suhu di dalam TOP dengan arduino mega sebagai
pengontrol.”
Praktis, TOP tak hanya
memberikan fungsi pendinginan, tetapi juga secara simultan membunuh bakteri
patogen maupun pembusuk.
Mahasiswa angkatan 2014 ini juga
menambahkan, “Gebrakan lain yang kami buat adalah dengan menyematkan web view dan GPS yang terintegrasi
dengan aplikasi android yang memungkinkan TOP dapat dipantau lokasi dan
tempatur dari jarak jauh menggunakan smartphone.”
Fitur berupa monitoring lokasi
berbasis Android ini berguna terutama pada proses pengiriman jarak jauh, agar
posisi alat dapat dipantau. Tak perlu hardware
tambahan, karena seluruh kegiatan pemantauan dapat langsung dilakukan dari
ponsel pintar yang kita pakai sehari-hari.
Wahyu Fadhil, anggota tim yang
lain mengutarakan, “Pemantauan ini bermanfaat untuk melacak lokasi mobil
pengirim buah dan sayur selama perjalanan, serta antispasi terhadap hal-hal di
luar rencana seperti kemacetan, problem
lalu lintas yang sering terjadi di kota besar.”
Pengujian yang dilakukan
menunjukkan bahwa sayuran yang disimpan di dalam TOP dalam waktu tertentu
secara fisik terlihat lebih segar dibandingkan yang tidak, ditandai dengan
warna hijau tua, tidak ada kelayuan pada daun-daun, tidak terjadi pelunakan
pada batang dan tidak terjadi penyusutan bobot yang besar.
Saat ini, TOP sedang dalam
perjalanan mengajukan paten dan perhitungan harga jual, karena tidak menutup
kemungkinan kelak TOP hadir secara komersil. Ketua tim, Ferisa Lestari,
menyampaikan pentingnya teknologi pasca panen yang tepat, terutama karena
Indonesia banyak melakukan kegiatan pengiriman produk hortikultura ke luar
daerah bahkan ke luar negeri.
“Kesegaran dari sayur dan buah
adalah salah satu penentu harga dan daya saing pasar. Biasanya selama proses
pengiriman, kesegaran ini rawan berkurang. Kami sangat berharap alat ini dapat
membantu mempertahankan kualitas dari produk hortikultura sampai ke tangan
konsumen, sekaligus mempermudah pengiriman dengan adanya teknologi pelacakan
yang inovatif, Semoga ke depannya tidak hanya bermanfaat untuk sayur dan buah
tetapi juga untuk produk hortikultura lain seperti tanaman hias dan
biofarmaka.”