PEKALONGAN, KampusUndip.com - Batik telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia sejak 9 Januari 2009. Hal tersebut
membuat setiap sudut kota Pekalongan dipenuhi oleh pabrik produksi batik, mulai
dari skala rumahan hingga pabrik skala besar. Namun, masalah terbesar dari
banyaknya tempat produksi adalah semakin banyaknya limbah batik yang ikut
dihasilkan. Akibatnya, sungai – sungai yang ada di Pekalongan mulai terlihat
keruh dan menghitam.
Sangat jarang dijumpai adanya
instalansi pengolahan limbah di tempat produksi skala menengah kebawah sebelum
nantinya limbah tersebut dibuang ke sungai. Limbah yang langsung dibuang ke
sungai tanpa adanya pengolah tentunya masih mengandung logam berat dengan
konsentrasi tinggi hingga kadar COD dan BOD yang tinggi.
Menjawab permasalahan tersebut
mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang tergabung dalam sebuah kelompok
PKM-T membuat sebuah inovasi berupa alat yang diberi nama KOMBAT “Koagulasi
Elektrolit dan Ozonasi Limbah Batik”.
Kelompok yang terdiri dari Bimo Bagaskoro, Muhammad Alvin, Ro’ad Baladi,
Wirda Nabilla dan Monica Yulfarida membantu produsen batik khususnya pada skala
produksi menengah kebawah dalam mengolah limbah batik yang dihasilkan. Pabrik
skala menengah ke bawah menjadi sasaran utama karena jarang dijumpai adanya
instalasi pengolahan air limbah pada tempat produksi.
Bimo sebagai ketua kelompok
menyampaikan bahwa “KOMBAT mampu mengolah limbah batik melalui 3 tahapan utama
yaitu elektrokoagulasi, ozonasi dan filter bertahap sehingga nantinya limbah
yang dihasilkan dapat dibuang ke sungai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan”. Penggabungan proses elektrokoagulasi ozonasi serta filter bertahap
menjadi solusi dibandingkan harus mengolah limbah dengan koagulan kimia ataupun
cara yang lain.
Tiga tahapan utama ini dapat
mempersingkat waktu pengolahan dan mampu mengolah limbah batik hingga mencapi
baku mutu yang telah ditetapkan. Saat
ini, aplikasi KOMBAT pada tempat produksi batik terus dimaksimalkan sehingga
tingkat pencemaran pada sungai – sungai di Kota Pekalongan dapat berkurang.