11 Warna Bendera

Representasi dari 11 fakultas di Undip

Patung Diponegoro (Pangeran Diponegoro)

Icon-nya Kampus Universitas Diponegoro

Tugu Bundaran Kampus Undip Tembalang

Pintu gerbang utama masuk kampus Undip Tembalang

Ruang Terbuka Hijau Kampus Undip

Menuju Kampus Undip yang Asri dan Sejuk untuk Aktivitas Mahasiswa dan Masyarakat Sekitar

Gedung Prof. Soedarto S.H

Pusat Kegiatan Seminar, Workshop, Seni, Verifikasi-Registrasi, dll

Gedung ICT Centre dan Laboratorium Terpadu

Pusat Informasi Dalam dan Luar Negeri, IT, dan Laboratorium Penelitian

Masjid Kampus (Maskam) Undip

Pusat Kegiatan Islam Mahasiswa (Kajian, Wisata Ruhani, Wisata Ilmu, Mentoring, TPQ, Muslimah Training, dll)

Rusunawa Undip

Fasilitas Tempat Tinggal yang disediakan Pihak Kampus Bagi Mahasiswa

SPBU Undip Tembalang

Stasiun Pengisian Bahan Bakar yang Terintegrasi di Dalam Area Kampus. Satu-satunya di Jawa Tengah

Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND)

Rumah Sakit Universitas Milik Undip Berstandar Nasional. Satu-satunya di Jawa Tengah

'Futsal Indoor Stadium' Undip

Stadion Futsal Kampus Undip Berkelas Internasional. Satu-satunya di Jawa Tengah

Bendungan Waduk Undip

Mega Proyek Pembangunan Waduk Kampus Undip. Satu-satunya di Jawa Tengah

Waduk Undip (Waduk Pendidikan Diponegoro)

Area Konservasi, Wisata Pendidikan dan Penelitian Mahasiswa, Pembangkit Listrik, dll. Satu-satunya di Jawa Tengah

Stadion Sepakbola Undip

Pusat Kegiatan Olahraga Sepakbola di Kompleks Gelora Undip Tembalang, Semarang

Upacara PMB di Stadion Undip

Lebih Dari 50 Ribu Mahasiswa Menimba Ilmu di Kampus Undip

Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru di Stadion Sepakbola Undip

Menerima rata-rata 10 Ribu Mahasiswa Baru Tiap Tahun

Widya Puraya

Salah Satu jantung Kampus Undip Tembalang (UPT Perpustakaan, LP2MP, Posko KKN, Lapangan Upacara, dll)

Menakjubkan, Ini Dia 4 Macam Bentuk Mozaik ODM Undip 2018


SEMARANG, KampusUndip.com – Ribuan Mahasiswa Baru (Maba) Universitas Diponegoro (Undip) 2018 akhirnya membentuk formasi koreografi mozaik dalam closing Orientasi Diponegoro Muda (ODM) di Stadion Undip Tembalang, Semarang, Minggu (12/8).

Bentuk mozaik kali ini terdiri dari 4 macam. Dilansir Official Account ODM Undip, keempat bentuk tersebut adalah Logo Undip, Lawang Sewu, Candi Gedong Songo, dan Lambang Garuda yang melambangkan Harmoni Indonesia.

Mozaik yang dibentuk pada ODM 2018 ini merupakan yang terbanyak dibandingkan edisi sebelumnya. Berikut foto-foto bentuk mozaik ODM Undip 2018:






(Sumber : Official Account ODM Undip)

Update Pembangunan Gedung Baru Fakultas Psikologi Undip


SEMARANG, KampusUndip.com – Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (Undip) dipastikan akan segera memiliki gedung baru di kampus Tembalang.

Lokasi pembangunan gedung baru Fakultas Psikologi ini berada di belakang perpustakaan pusat Widya Puraya atau sebelah barat daya Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB).

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pembangunan gedung baru Fakultas Psikologi senilai Rp 120 Milyar resmi dimulai dengan “groundbreaking” oleh Rektor Undip Prof Yos Johan Utama pada Jumat 12 Desember 2017 lalu.

[Baca juga: Keren! Begini Indahnya Desain Gedung Baru Fakultas Psikologi Undip]

Gedung baru Fakultas Psikologi setinggi 54 meter yang disebut bakal menjadi “Undip’s First Bioclimatic and Biophilic Green Building” ini akan dilengkapi ruang kelas, laboratorium S1, gedung pascasarjana, perpustakaan, taman publik, hingga plaza.

Berikut update foto gedung baru Fakultas Psikologi Undip Tembalang per 7 Agustus 2018:












Undip Membangun
KAMPUSUNDIP.COM
- Ringan Mencerdaskan –

Makin Memukau, FPIK Undip Bangun Tugu Ikan Laut di Kampus Tembalang


SEMARANG, KampusUndip.com – Pemandangan berbeda tampak tersaji di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Kampus Undip Tembalang.

Adalah Tugu Ikan Laut yang dibangun ditengah-tengah kampus, tepatnya disebelah selatan Gedung E atau timur laut Dekanat FPIK. Tugu ini juga tepat berada di belakang tulisan “FPIK” berwarna putih yang sudah ada sebelumnya.




Tugu Ikan Laut dengan tinggi sekitar 8 meter ini sangat jelas dilihat. Bahkan dari luar jalan utama sebelum masuk gerbang FPIK arah barat.

Keberadaan Tugu Ikan Laut ini makin memukau dengan ditambah taman baru di depannya.

Berikut adalah foto-foto Tugu Ikan Laut FPIK Undip yang masih dalam tahap finishing per 7 Agustus 2018:







KAMPUSUNDIP.COM
- Ringan Mencerdaskan -

PMB 2018, Undip Terima Lebih dari 11 Ribu Mahasiswa Baru


SEMARANG, KampusUndip.com – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang secara resmi menerima sebanyak 11.381 mahasiswa baru dalam Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) yang digelar di Stadion Undip Tembalang (6/7/2018).

Sebagaimana dilansir situs resmi Undip, 11.381 terdiri dari 8.239 Program Sarjana, 1.896 Program Vokasi, 964 Program Magister, 142 Program Spesialis, 140 Program Doktor, dan 16 Program Profesi.

Rektor Prof Yos Johan Utama menyatakan, Undip telah menerima 30% mahasiswa kurang mampu yang terakomodir melalui program Bidikmisi maupun UKT Golongan 1,2 dan 3. Ini lebih dari kuota minimal 20% yang dicanangkan pemerintah.

Selain itu, dalam PMB ini juga terdapat 8 warga negara asing dari Senegal, Timor Leste, Uganda, Sudan, Libya dan Nigeria.

Pasca upacara PMB di Stadion, para mahasiswa baru mengikuti program Orientasi Diponegoro Muda (ODM) di fakultasnya masing-masing selama sepekan, sebelum akhirnya resmi mengikuti kegiatan perkuliahan (sumber: undip.ac.id).

Undip 3 Besar, Ini Peringkat Perguruan Tinggi Lolos PIMNAS 2018


SEMARANG, KampusUndip.com – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menduduki peringkat ke-3 jumlah tim yang lolos ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 yang akan digelar di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mendatang.

Undip berhasil meloloskan sebanyak 17 tim dalam PIMNAS 2018. Hal tersebut sebagaimana pengumuman dari Dikti pada Kamis, 2 Agustus 2018 melalui situs resminya.

Dilansir OA BEM Undip, 17 tim tersebut tersebar di 5 fakultas, yakni Fakultas Teknik (8 tim), Fakultas Sains danMatematika (4 tim), Fakultas Peternakan dan Pertanian (2 tim), Fakultas Kedokteran (2 tim), dan Fakultas Ilmu Budaya (1 tim).

Berikut adalah peringkat Perguruan Tinggi lolos PIMNAS 2018 berdasarkan pengumuman dari Dikti:


Sumber : belmawa.ristekdikti.go.id

[ Kawal PIMNAS | KampusUndip.com ]

Melalui "Kreta Bunga", Mahasiswa Undip Ajak Masyarakat Atasi Pencemaran


SEMARANG, KampusUndip.com - Tim Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro (Undip) yang terdiri dari Pebriana Yuni Chinantya Nainggoan (FKM 2015) sebagai ketua, Anisa Fathurohma (FKM 2017), dan Sintia Mashitoh (FKM 2017) dibawah bimbingan Dr. H. Nurjazuli, SKM, M,Kes memiliki sebuah ide untuk mengatasi pencemaran lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga di Kampung Pelangi kota Semarang yang berada di Jl. Dr. Sutomo IV No.89, Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ibu-ibu rumah tangga di kampung Gunung Brintik ini didorong untuk dapat mengolah sampah yang selama ini belum diolah secara maksimal yang selama ini hanya dibiarkan menggunung sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Saat ini, Kampung Pelangi merupakan salah salah satu destinasi wisata di Kota Semarang yang sebelumnya merupakan kampung kumuh yang tak tertata. Banyak wisatawan asing maupun lokal datang ke kampung ini terutama pagi dan menjelang sore. Sehingga semakin banyak akumulasi sampah yang tertinggal di Kampung Pelangi  yang berasal dari para wisatawan yang berkunjung

Selama ini sampah di Kampung Pelangi belum dimanfaatkan dengan optimal. Sampah khususnya kardus, kertas dan plastik langsung dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) yang terletak di belakang perkampungan kemudian berserakan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar.


Pengolahan sampah di Kampung Pelangi belum optimal. Apabila pengelolaan sampah yang tidak dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan maka akan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif.


Dengan adanya program Kreta Bunga harapannya sampah dapat  dimanfaatkan menjadi produk yang kreatif, unik dan bernilai tinggi, kemudian meningkatkan kreativitas serta produktifitas ibu-ibu Kampung Pelangi dengan membuat produk kerajinan secara mandiri dan lebih beragam, kemudian mendirikan "Kampung Pelangi Art Gallery Corner" yang sekaligus dapat menjadi ikon tersendiri dari tempat wisata Kampung Pelangi, selain itu produk dapat dimanfaatkan sebagai cenderamata unik yang khas dari Kampung Pelangi sekaligus dapat meningkatkan perekonomian.

Kreatif, Mahasiswa Undip Temukan Pengganti LPG dari Limbah Rajungan


REMBANG, KampusUndip.com - Melimpahnya limbah rajungan di mitra miniplan Putra Mandiri, Lasem menyebabkan pencemaran lingkungan. TIM BIGAS berhasil memanfaatkan limbah hasil pengupasan rajungan di miniplan Putra Mandiri, Lasem, Rembang.

TIM BIGAS yang terdiri dari Arief Andika Dewantoro (Teknologi Hasil Perikanan 2015), Ilham Safikri (Oseanografi 2015), Bayu Aji Pratama (Teknik Kimia 2015), Nur Fadilah (Teknologi Hasil Perikanan 2015) dan Nanik Nurhana (Teknologi Hasil Perikanan 2015) dibawah bimbingan Ibu Retno Ayu Kurniasih, S.Pi., M.Sc.



Limbah tersebut dapat diproses menjadi biogas alami melalui proses fermentasi anaerob, biogas yang terdiri dari limbah sisa pengupasan rajungan dengan penambahan molase dan bahan fermentor rumen sapi mampu menghasilkan gas metan. Melalui penemuan ini diharapkan mampu membantu miniplan Putra Mandiri untuk mengatasi gas yang digunakan dalam proses perebusan rajungan.

SISALAM, Inovasi Mahasiswa Undip Atasi Diare dengan Daun Salam


SEMARANG, KampusUndip.com - Kasus diare terjadi sebanyak 1,7 juta kasus setiap tahunnya dan merupakan penyebab kedua tertinggi kematian anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia. Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2006, setiap 1 dari 5 kematian anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia meninggal karena diare dengan jumlah kematian sekitar 760.000 kasus setiap tahun. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan, angka prevalensi nasional untuk diare adalah sebesar 3,5%. Beberapa provinsi dilaporkan memiliki prevalensi diare di atas prevalensi nasional dengan prevalensi tertinggi di Papua sebesar 14,7% dan Nusa Tenggara Timur dengan prevalensi 10,9% dan terendah adalah Bangka Belitung dengan prevalensi 3,4%.

Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh bakteri salah satunya yaitu bakteri Salmonella thypi, Shigella flexneri dan Escherichia coli. Tanaman telah diketahui merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah tanaman daun salam. Tanaman daun salam secara tradisional telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi masalah penyakit diare. Kandungan kimia utama tanaman daun salam meliputi saponin, triterpen, flavonoid, tanin, polifenol, alkaloid, dan minyak atsiri yang terdiri dari seskuiterpen, lakton, dan fenol (Sudarsono, 2002). Menurut WHO, 80% penduduk dunia masih bergantung pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat dari tanaman. Namun penggunaan tanaman daun salam secara terus-menerus sebagai obat diare dapat menyebabkan eksploitasi karena untuk mendapatkan ekstrak tanaman daun salam membutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak.


Oleh karena itu, dilakukan isolasi bakteri endofit tanaman daun salam yang dilakukan oleh tiga mahasiswa UNDIP yaitu Anggistina Wulansari (Biologi/2015), Maulida Aqlinia (Biologi/2015) dan Ema Nuzula Fathmah (Biologi/2014) yang telah bergabung dalam PKM PE dengan Dosen Pembimbing Dr. Drs. Wijanarka M.Si dengan judul PKM “Sisalam : Skrining dan Identifikasi Bakteri Endofit Tanaman Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Agen Antibakteri Penyebab Penyakit Diare”. Bakteri endofit merupakan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada jaringan tanaman dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman yang menjadi inangnya. Bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman obat dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang sama seperti tanaman inangnya. Keuntungan dari isolasi bakteri endofit ini adalah kita tidak perlu menebang tanaman untuk dijadikan simplisia.

Hasil isolasi bakteri endofit tanaman salam (Syzygium polyanthum Weight) pada bagian akar, batang dan daun diperoleh sebanyak 12 isolat bakteri endofit murni yang tumbuh pada medium nutrient agar (NA). Empat isolat bakteri diperoleh dari organ akar dengan kode A1, A2, A3 dan A4. Empat isolat lainnya diperoleh dari organ batang dengan kode B1, B2, B3 dan B4. Selain itu, diperoleh empat isolat dari organ daun dengan kode D1, D2, D3 dan D4. Seluruh isolat tersebut merupakan bakteri basil gram positif.



Hasil uji antagonisme bakteri endofit tanaman daun salam terhadap bakteri penyebab penyakit diare menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dari metabolit sekunder bakteri endofit tanaman daun salam. Isolat bakteri D4 potensial menghambat bakteri uji Salmonella typhi ATCC dengan besar zona hambat 8,75 mm yang dapat dikategorikan sedang dan potensial menghambat bakteri uji MRSA dengan besar zona hambat 1,25 mm yang dikategorikan lemah. Isolat bakteri B1 potensial menghambat bakteri uji Shigella flexneri ATCC dengan besar zona hambat 19,5 mm yang dapat dikategorikan kuat dan isolat B2 potensial menghambat bakteri uji Escherichia coli EPEC dengan besar zona hambat 13,5 mm yang dapat dikategorikan kuat pula. 

Berdasarkan hasil uji antagonisme tersebut diambil 6 isolat potensial yang selanjutnya dilakukan uji biokimia untuk mengetahui sifat fisiologis bakteri endofit tanaman daun salam dan hasil uji biokimia tersebut disesuaikan dengan Bergey's Manual of Determinative Bacteriology sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri endofit tanaman daun salam yang telah berhasil diisolasi dan potensial sebagai antibakteri mirip dengan genus Bacillus sp. Hal ini membuktikan bahwa benar metabolit sekunder dari bakteri endofit tanaman daun salam mampu menghambat bakteri uji penyebab diare sehingga dapat digunakan sebagai alternatif obat diare. Penelitian ini merupakan upaya eksplorasi botani tanpa eksploitasi untuk mewujudkan Indonesia sehat.

Mahasiswa Undip Ciptakan PELANTAS, Pendeteksi Pelanggar Lampu Lalu Lintas


SEMARANG, KampusUndip.com - Selama ini sudah banyak terjadi kasus pelanggaran lampu lalu lintas oleh para pengendara. Banyak dari kasus yang terjadi dilakukan ketika pengendara sedang terburu-buru mengejar waktu. Perilaku yang dilakukan pengendara pun semakin lama semakin terbiasa bahkan yang lebih bahaya dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas . Untuk mengurangi tindak pelanggaran seperti ini diperlukan sebuah alat yang dapat memberi peringatan saat terjadi pelanggaran.

Keprihatinan terhadap tingginya tindak pelanggaran pada lampu lalu lintas oleh pengendara mendorong munculnya inovasi baru melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro, Rivaldi Juswan, Ikbal Yuwandra, dan Syuja Risqullah menciptakan Prototipe PELANTAS (Pendeteksi Pelanggar Lampu Lalu Lintas).

Inovasi alat ini bertujuan agar bisa menjadi bahan pembelajaran untuk simulasi pendeteksi pelanggar lampu lalu lintas. Dengan adanya prototype ini diharapkan nantinya bisa di terapkan ke dunia nyata atau ke jalan raya yang sesungguhnya agar dapat mengurangi pelanggar dan dapat meminimalisir angka kecelakaan di jalan raya.

PELANTAS memiliki  rangkaian elektronik yang diletakkan di bagian kotak kiri dan kotak kanan, dimana pada kotak kiri terdapat Arduino beserta Laser sedangkan pada kotak kanan terdapat sensor LDR (Light Dependent Resistor) beserta buzzer yang bertujuan untuk mendeteksi adanya pelanggar atau tidak


Pada prinsip dari PELANTAS , yang mana nantinya laser tersebut aktif dan sensor LDR menangkap cahaya dari laser tersebut maka yang terjadi adalah buzzer tidak aktif, yang berarti tidak adanya yang terindikasi pelanggar. Sedangkan apabila cahaya laser itu dihambat atau terhalangi oleh suatu benda maka buzzer akan aktif yang menunjukkan bahwa terindikasi adanya pelanggar.

Mahasiswa Undip Ciptakan “CARA” Case Anti Radiasi dari Ekstrak Lidah Mertua


SEMARANG, KampusUndip.com – Satu lagi prestasi dan kreativitas mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang patut mendapat apresiasi. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK), mahasiswa Undip berhasil menciptakan “CARA”, inovasi case handphone bermotif kebudayaan Indonesia dari ekstrak lidah mertua (sansevieria) sebagai penyerap radiasi.

Tim CARA beranggotakan lima mahasiswa Undip (Susi Susanti, Umi Khulsum, Marchelina One, Heva Nofi, Dian Rosiana) dan dibawah bimbingan Ibu Astiwi Indriani, SE., MM menggagas suatu inovasi case handphone yang cantik, sehat, dan mendidik yaitu CARA.

Inovasi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pengguna handphone di dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan berdasarkan data statistik, pengguna hp di dunia mencapai 4,92 miliar pada tahun 2018, dan diperkirakan akan terus meningkat pesat setiap tahunnya.

Namun, hal ini jugalah yang membuat tim CARA risau. Hal ini karena adanya dampak radiasi handphone yang mengancam kesehatan. Berdasarkan penelitian, radiasi handphone dapat menyebabkan kerusakan sel, otak mengecil, kanker, hingga menghambat pertumbuhan anak.

Untuk itu, tim CARA memikirkan cara menangkal bahaya radiasi hp yang murah dan efektif yaitu lidah mertua (sansevieria). Hal ini karena lidah mertua sering disepelekan dan penggunaannya tidak optimal. Padahal, berdasarkan jurnal yang dimuat dalam seminar nasional fisika tahun 2012 di Jakarta, lidah mertua mengandung berbagai kandungan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.

Dilatarbelakangi hal tersebut, maka tim CARA menciptakan inovasi case anti radiasi dari ekstrak sansevieria. Selain itu, CARA juga mengangkat tema kebudayaan Indonesia dengan tujuan mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta kebudayaan di masyarakat, terutama pemuda yang menjadi target pasar utama.

Saat ini tim CARA telah menjual berbagai jenis case hp, antara lain flip case, hard case, dan soft case. Case anti radiasi CARA sendiri telah mendapat sambutan positif di berbagai kalangan masyarakat.

Narahubung :

Line : susi_chans (Susi Susanti)

Mahasiswa Undip Ciptakan Betarice, Beras Analog Pengendali Anemia


SEMARANG, KampusUndip.com - Masalah kesehatan mengenai penyakit defisiensi anemia menjadi salah satu penyakit yang ramai diperbicangkan saat ini. Data menunjukkan defisiensi mengenai zat besi menjadi prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia serkisar 40-88% (WHO, 2013).

Anemia defisiensi zat besi merupakan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh besi terlalu sedikit. Penyebabnya dikarenakan jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Dimana kondisi tersebut dapat diatasi dengan cara mengkonsumsi suplemen penambah zat besi atau dengan mengkonsumsi pangan yang terfortifikaasi dengan zat besi.

Selain permasalahan mengenai masalah anemia, import beras di Indonesia saat ini juga masih menjadi salah satu permasalahan di Indonesia. Hal ini dikarenakan beras merupakan salah satu kebutuhan pokok 95% masyarakat di Indonesia. Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya membuat kebutuhan masyarakat akan beras juga semakin meningkat.

Menurunnya jumlah lahan pertanian menyebabkan penyediaan beras semakin rendah sehingga untuk memenuhi kebutuhan nasional pemerintah melakukan impor beras. Impor beras dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional yaitu dengan jumlah rata-rata per tahun meningkat sekitar 4,7% dari pasokan beras nasional.

Berawal dari latar belakang tersebut, tim PKM-PE dari Universitas Diponegoro (Undip) yang terdiri dari Hanifah Mustika Wahda (Teknologi Pangan, 2015), Hidayatul Munawaroh (2015) dan Febryan Taufiq (Agroekoteknologi, 2016) dengan dosen pembimbing Dr. Nurwantoro berinovasi dengan menciptakan produk “Betarice : Beras Analog Uwi Ungu (Dioscorea alata l.) dengan penambahan Umbi Bit sebagai Pengendali Anemia”.

Penggunaan bahan baku berupa uwi ungu dan buah bit merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang masih jarang digunakan dalam pengolahan pangan. Uwi ungu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas diversifikasi pangan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan dalam umbi uwi ungu memiliki daya serat 0,67% dan kandungan pati sebesar 10,93% (Lubag, 2008). Selain itu, buah bit juga memiliki kandungan zat besi dan mikronutrien yang cukup tinggi seperti vitamin dan mineral dapat digunakan sebagai penambah nutrisi untuk mencegah anemia.


Harapannya, penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan kontribusi berupa data-data teknis untuk nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut mengenai produk beras analog dan ikut berperan andil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan diera saat ini. 

Daroveka, Bedak Alami Anti Gatal dari Mangrove Karya Mahasiswa Undip


PEMALANG, KampusUndip.com - Universitas Diponegoro (Undip) tidak hanya menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya, tetapi juga memberikan manfaat yang besar pada masyarakat indonesia pada bidang pengabdiannya.

Kali ini karya mahasiswa Undip Semarang patut mendapat apresiasi, karena inovasinya dalam menghasilkan produk kesehatan yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi pohon mangrove yang ada di salah satu desa di kabupaten pemalang.

Salah satu contoh kreasi mahasiswa Undip Semarang adalah Bedak mangrove “Daroveka”. Dalam kurun waktu kurang dari setahun, 5 mahasiswanya yakni, Safira Khanza, Rizki Aji Pangestu, Omnia Sungkar, Achmad Putra, dan Muhammad Ivan Hanif mampu membuat inovasi bedak anti gatal dengan bahan-bahan natural yaitu daun mangrove.

Berawal dari ide omnia, melihat potensi mangrove di desa kaliprau, Mereka mencoba cara memanfaatkan buah mangrove menjadi bedak dan melihat potensi pasar untuk penjualan bedak alami di Indonesia. Setelah mengetahui peluang pasar yang belum banyak kompetitor yang bermain di bagian itu, mulailah mereka mencoba memproduksi hingga memasarkan bedak buatannya. Awalnya hal ini dilakukan melalui pengedaran tester dan penjualan satuan untuk mengetahui reaksi pasar.

Salah satu hal mendasar yang memotivasi mereka untuk mengembangkan produk ini adalah dampak positif atau testimonial positif yang telah diterima dari pelanggan, teman dan keluarga yang memakai  bedak alami tersebut.

Mereka berkeinginan untuk menggantikan produk bedak gatal komersial yang biasa dipakai dengan bedak alami ini. Karena mereka menyadari bahwa bahan kimia yang terdapat dalam bedak  dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada kulit  pada bedak komersil akan menyebabkan iritasi, kulit kering, hingga mengganggu sistem hormon tubuh selain itu limbahnya dapat mencemari lingkungan karena membutuhkan waktu lama untuk dapat terurai  serta dapat menyebabkan kanker apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Mereka menggunakan senyawa flavonoid, fenol dan tannin yang memiliki fungsi antibakteri namun aman digunakan dalam jangka waktu panjang. Sehingga mereka memformulasikan bedak dengan bahan aktif dari buah mangrove. Dimana buah mangrove memiliki kandungan flavonoid cukup tinggi yaitu 28,86 mg/l.9

Kepala desa kaliprau sangat mengapresiasi inovasi mahasiswa Undip. "Bagus, sangat bagus, ini yang dibutuhkan masyarakat. Sinergi antara dunia kampus dan masyarakat. Dimana masyarakat punya potensi sumber daya alamnya, sementara dunia kampus punya teknologinya punya ilmunya. Saya sangat mengapresiasi inovasi ini. Kedepan saya ingin terus terjadi kerjasama antara dunia kampus dan masyarakat. Tidak hanya disini saja, tapi di daerah-daerah lain" pungkas Pak Casroni kepala desa kaliprau saat di wawancarai soal kegiatan pengabdian tersebut.


Mereka juga telah mengajukan ijin Di BPOM dan Izin Usaha Menengah Kecil (IUMK). Bedak ini telah teruji di laboratorium Lab Terpadu Undip untuk memberikan jaminan atas kandungan produk organik, sehingga produk dapat bersaing dengan produk dalam negeri lainnya.

KOMBAT Karya Mahasiswa Undip Bantu Produsen Batik Mengolah Limbah


PEKALONGAN, KampusUndip.com - Batik telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia sejak 9 Januari 2009. Hal tersebut membuat setiap sudut kota Pekalongan dipenuhi oleh pabrik produksi batik, mulai dari skala rumahan hingga pabrik skala besar. Namun, masalah terbesar dari banyaknya tempat produksi adalah semakin banyaknya limbah batik yang ikut dihasilkan. Akibatnya, sungai – sungai yang ada di Pekalongan mulai terlihat keruh dan menghitam.

Sangat jarang dijumpai adanya instalansi pengolahan limbah di tempat produksi skala menengah kebawah sebelum nantinya limbah tersebut dibuang ke sungai. Limbah yang langsung dibuang ke sungai tanpa adanya pengolah tentunya masih mengandung logam berat dengan konsentrasi tinggi hingga kadar COD dan BOD yang tinggi.

Menjawab permasalahan tersebut mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang tergabung dalam sebuah kelompok PKM-T membuat sebuah inovasi berupa alat yang diberi nama KOMBAT “Koagulasi Elektrolit dan Ozonasi Limbah Batik”.  Kelompok yang terdiri dari Bimo Bagaskoro, Muhammad Alvin, Ro’ad Baladi, Wirda Nabilla dan Monica Yulfarida membantu produsen batik khususnya pada skala produksi menengah kebawah dalam mengolah limbah batik yang dihasilkan. Pabrik skala menengah ke bawah menjadi sasaran utama karena jarang dijumpai adanya instalasi pengolahan air limbah pada tempat produksi.


Bimo sebagai ketua kelompok menyampaikan bahwa “KOMBAT mampu mengolah limbah batik melalui 3 tahapan utama yaitu elektrokoagulasi, ozonasi dan filter bertahap sehingga nantinya limbah yang dihasilkan dapat dibuang ke sungai dengan baku mutu yang telah ditetapkan”. Penggabungan proses elektrokoagulasi ozonasi serta filter bertahap menjadi solusi dibandingkan harus mengolah limbah dengan koagulan kimia ataupun cara yang lain.


Tiga tahapan utama ini dapat mempersingkat waktu pengolahan dan mampu mengolah limbah batik hingga mencapi baku mutu yang telah ditetapkan.  Saat ini, aplikasi KOMBAT pada tempat produksi batik terus dimaksimalkan sehingga tingkat pencemaran pada sungai – sungai di Kota Pekalongan dapat berkurang. 

PKM Undip: PESAN ALADIN, Sex Education for Kids with Fun Way


SEMARANG, KampusUndip.com - Di Indonesia, menurut data Komnas Perlindungan Anak Indonesia, Komisioner KPAI Jasra Putra mengungkapkan bahwa pihaknya menemukan 116 kasus kekerasan seksual pada anak di tahun 2017. Kemudian pada tahun 2018 hingga bulan Februari, KPAI telah menerima 223 aduan kekerasan seksual. Di sisi lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada tahun 2016 telah menyampaikan bahwa Kota Semarang menjadi salah satu wilayah zona merah, artinya memiliki angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang tinggi.

Menurut Lyness (Maslihah, 2006) kekerasan seksual terhadap anak meliputi tindakan menyentuh atau mencium organ seksual anak, tindakan seksual atau pemerkosaan terhadap anak, memperlihatkan media atau benda porno, menunjukkan alat kelamin pada anak dan sebagainya. Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti keluarga, ayah kandung, ayah tiri, paman, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kekerasan seksual yang terjadi pada anak memberikan efek trauma jangka panjang yang akan mempengaruhi kehidupan anak hingga usia dewasa.

Berdasarkan data diatas menunjukkan angka kekerasan seksual pada anak masih tergolong tinnggi. Hal ini dikarenakan anak merupakan pribadi yang sangat rentan atau lemah posisinya. Maka edukasi dini mengenai kekerasan seksual merupakan hal yang penting.

Keprihatinan karena masih maraknya kejadian kekerasan seksual pada anak membuat mahasiswi Psikologi Universitas Diponegoro (Undip) yang terdiri dari Yoan Angeline, Laras Ramadhani, Rahma Zahidah, Ariqoh Nadia, dan Herning Widhiastri menciptakan suatu buku edukatif  “PESAN ALADIN’ sebagai media untuk penegahan kekerasan seksual pada anak usia dini. Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk memberikan pendidikan dan pembentukan tingkah laku karena masa-masa usia dini disebut dengan istilah golden age, dimana seorang anak memiliki potensi yang luar biasa dalam perkembangannya.


Buku edukatif seksualitas PESAN ALADIN bertujuan untuk membantu anak-anak pada usia dini di usia 2-6 tahun dalam mengetahui seluruh anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain serta untuk mengenal berbagai bentuk kekerasan seksual. Selain itu, anak-anak juga diajarkan perilaku yang harus diterapkan jika kekerasan seksual terjadi pada dirinya.

“Buku PESAN ALADIN kami buat semenarik mungkin dimana Aladin sebagai maskot yang membawakan pesan berupa informasi mengenai kekerasan seksual. Buku ini memuat gambar-gambar visual yang menarik yang disertakan halaman untuk mewarnai supaya anak-anak mudah membayangkan penampilan objek dan informasi yang akan disampaikan. Selain itu kami mengajarkan gerakan 3T+C (TOLAK, TERIAK, TOLONG dan CERITA) sebagai upaya penolakan jika kekerasan seksual terjadi.” Tutur Yoan.


Kepala sekolah, guru dan orang tua siswa tempat dimana tim melaksanakan program menyatakan bahwa anak-anak bisa jaga diri bila orang lain menyentuh hal hal yang tidak diperbolehkan dari gambar yang diwarnai merah mereka bisa mengantisipasinya. Kemudian anak-anak menjadi tahu nama-nama anggota tubuhnya, bagian mana yag boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain serta anak sekarang sudah bisa mengingat gerakan 3T+C ( (TOLAK, TERIAK, TOLONG dan CERITA). 

Hair Tonic Carles Karya Mahasiswa Undip Solusi Baru Atasi Kerontokan Rambut


SEMARANG, KampusUndip.com - Rambut merupakan bagian tubuh yang memiliki peran penting, baik bagi pria maupun wanita jika tidak dirawat maka rambut dapat rusak. Berbagai cara di lakukan untuk mencegah kerusakan rambut, seperti menggunakan produk kosmetika yang beredar di pasaran. Akan tetapi, banyak produk kosmetika yang mengandung berbagai macam bahan kimia, yang justru menambah potensi kerusakan pada rambut.

Kadar polusi yang cukup tinggi dan suhu udara yang panas mengakibatkan rambut menjadi tidak sehat, mudah patah bahkan menjadi rontok. Paparan sinar ultraviolet merusak pigmen rambut, membuat warna rambut tampak kusam kemerahan, sehingga rambut membutuhkan perlindungan lebih. Pengaplikasian hair tonic merupakan langkah yang sangat efektif untuk mengatasi kerusakan rambut dan mengurangi rambut rontok.

Tim PKM-K Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (Undip) yang beranggotakan Irmayanti, Nurul Balqis Shofiana, Zahrotun Hasanah, Farah Nadiyah dan Ayu Puspitasari dengan Dosen Pembimbing Ibu Lintang Dian Saraswati SKM,M.Epid membuat Produk Hair Tonic “CARLES” yang terdiri dari Ekstrak Cabai (Capsium annum L) dan Lidah Buaya (Aloe Barbadensis Leaf).



Salah satu kandungan yang ada pada cabai yaitu Capsaicin selain memberikan rasa pedas yang kuat juga berfungsi untuk melancarkan peredaran aliran darah, sedangkan tanaman lidah buaya biasa digunakan sebagai penyubur rambut. Hair Tonic “CARLES” ini dibuat dengan beberapa aroma yaitu Bubble Gum, Mint, dan Green Tea.

TOP, Terobosan Penanganan Pasca Panen Karya Mahasiswa Undip


SEMARANG, KampusUndip.com - Sebagai negara agraris, Indonesia memang tidak dapat dipisahkan dari produk-produk hortikultura. Hortikultura menjadi komoditas penting karena kebutuhan masyarakat akan produk ini terhitung besar, diiringi dengan peningkatan produksi setiap tahunnya. Hal ini harus dibarengi dengan teknologi penanganan pasca panen yang memadai agar produk hortikultura tetap terjaga mutunya hingga ke tangan para konsumen.

Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) ikut menjawab tantangan penanganan pasca panen di masa modern ini melalui TOP (Thermodynamic Ozon Preservation), alat pengawet sayuran portabel yang digunakan untuk menjaga kesegaran produk hortikultura setelah dipanen, terutama pada saat proses pengiriman jarak jauh.

Ferisa Lestari Nugrahayu dari Departemen Biologi, Kadarisman dari Departemen Fisika dan Wahyu Fadhil Mauladin dari Departemen Teknik Elektro di bawah bimbingan Prof. Dr. Heri Sutanto, S.Si, berhasil merampungkan prototipe alat ini pada awal Juli kemarin.

Inovasi apa yang ditawarkan karya putra putri bangsa ini? Jawabannya terletak pada bentuk portable, teknologi antibakteri berbasis ozon dalam bentuk mist (kabut) dan teknologi pelacakan berbasis androidnya.

Kadarisman, salah satu anggota tim menguraikan, “TOP memanfaatkan kemampuan teknologi Ozon (O3) dalam menghasilkan radikal hidroksil (OH*) ketika bereaksi dengan air. Radikal hidroksil ini lah yang membunuh bakteri. TOP juga menawarkan teknologi mist (kabut) berbasis gelombang ultrasonik sebagai penghasilnya. Teknologi mist memiliki keunggulan ukuran partikel lebih kecil dibandingkan dengan teknologi spray (semprot). Dengan ukuran lebih kecil, luas permukaan yang bereaksi denga ozon semakin besar, dan distribusi partikel akan lebih merata. TOP juga menggunakan teknologi peltier sebagai pendingin air untuk mengurangi hot spot effect yang ditimbulkan gelombang ultrasonik mist, agar suhu tetap dingin dan kesegaran bahan terjaga dalam waktu yang lama. Teknologi ini dikombinasikan dengan sensor suhu untuk memantau suhu di dalam TOP dengan arduino mega sebagai pengontrol.”

Praktis, TOP tak hanya memberikan fungsi pendinginan, tetapi juga secara simultan membunuh bakteri patogen maupun pembusuk.

Mahasiswa angkatan 2014 ini juga menambahkan, “Gebrakan lain yang kami buat adalah dengan menyematkan web view dan GPS yang terintegrasi dengan aplikasi android yang memungkinkan TOP dapat dipantau lokasi dan tempatur dari jarak jauh menggunakan smartphone.

Fitur berupa monitoring lokasi berbasis Android ini berguna terutama pada proses pengiriman jarak jauh, agar posisi alat dapat dipantau. Tak perlu hardware tambahan, karena seluruh kegiatan pemantauan dapat langsung dilakukan dari ponsel pintar yang kita pakai sehari-hari.

Wahyu Fadhil, anggota tim yang lain mengutarakan, “Pemantauan ini bermanfaat untuk melacak lokasi mobil pengirim buah dan sayur selama perjalanan, serta antispasi terhadap hal-hal di luar rencana seperti kemacetan, problem lalu lintas yang sering terjadi di kota besar.”

Pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa sayuran yang disimpan di dalam TOP dalam waktu tertentu secara fisik terlihat lebih segar dibandingkan yang tidak, ditandai dengan warna hijau tua, tidak ada kelayuan pada daun-daun, tidak terjadi pelunakan pada batang dan tidak terjadi penyusutan bobot yang besar.

Saat ini, TOP sedang dalam perjalanan mengajukan paten dan perhitungan harga jual, karena tidak menutup kemungkinan kelak TOP hadir secara komersil. Ketua tim, Ferisa Lestari, menyampaikan pentingnya teknologi pasca panen yang tepat, terutama karena Indonesia banyak melakukan kegiatan pengiriman produk hortikultura ke luar daerah bahkan ke luar negeri.


“Kesegaran dari sayur dan buah adalah salah satu penentu harga dan daya saing pasar. Biasanya selama proses pengiriman, kesegaran ini rawan berkurang. Kami sangat berharap alat ini dapat membantu mempertahankan kualitas dari produk hortikultura sampai ke tangan konsumen, sekaligus mempermudah pengiriman dengan adanya teknologi pelacakan yang inovatif, Semoga ke depannya tidak hanya bermanfaat untuk sayur dan buah tetapi juga untuk produk hortikultura lain seperti tanaman hias dan biofarmaka.”