Home » Archives for August 2018
Menakjubkan, Ini Dia 4 Macam Bentuk Mozaik ODM Undip 2018
SEMARANG, KampusUndip.com – Ribuan Mahasiswa Baru (Maba)
Universitas Diponegoro (Undip) 2018 akhirnya membentuk formasi koreografi
mozaik dalam closing Orientasi Diponegoro Muda (ODM) di Stadion Undip
Tembalang, Semarang, Minggu (12/8).
Bentuk mozaik kali ini terdiri
dari 4 macam. Dilansir Official Account ODM Undip, keempat bentuk tersebut
adalah Logo Undip, Lawang Sewu, Candi Gedong Songo, dan Lambang Garuda yang
melambangkan Harmoni Indonesia.
Mozaik yang dibentuk pada ODM
2018 ini merupakan yang terbanyak dibandingkan edisi sebelumnya. Berikut
foto-foto bentuk mozaik ODM Undip 2018:
(Sumber : Official Account ODM
Undip)
Update Pembangunan Gedung Baru Fakultas Psikologi Undip
SEMARANG, KampusUndip.com – Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro (Undip) dipastikan akan segera memiliki gedung baru di kampus
Tembalang.
Lokasi pembangunan gedung baru
Fakultas Psikologi ini berada di belakang perpustakaan pusat Widya Puraya atau
sebelah barat daya Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB).
Sebagaimana diberitakan
sebelumnya, pembangunan gedung baru Fakultas Psikologi senilai Rp 120 Milyar resmi
dimulai dengan “groundbreaking” oleh Rektor Undip Prof Yos Johan Utama pada
Jumat 12 Desember 2017 lalu.
[Baca juga: Keren! Begini Indahnya Desain Gedung Baru Fakultas Psikologi Undip]
[Baca juga: Keren! Begini Indahnya Desain Gedung Baru Fakultas Psikologi Undip]
Gedung baru Fakultas Psikologi setinggi
54 meter yang disebut bakal menjadi “Undip’s First Bioclimatic and Biophilic
Green Building” ini akan dilengkapi ruang kelas, laboratorium S1, gedung
pascasarjana, perpustakaan, taman publik, hingga plaza.
Berikut update foto gedung baru
Fakultas Psikologi Undip Tembalang per 7 Agustus 2018:
Undip Membangun
KAMPUSUNDIP.COM
- Ringan Mencerdaskan –
Makin Memukau, FPIK Undip Bangun Tugu Ikan Laut di Kampus Tembalang
SEMARANG, KampusUndip.com – Pemandangan berbeda tampak tersaji di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Kampus Undip Tembalang.
Adalah Tugu Ikan Laut yang
dibangun ditengah-tengah kampus, tepatnya disebelah selatan Gedung E atau timur
laut Dekanat FPIK. Tugu ini juga tepat berada di belakang tulisan “FPIK”
berwarna putih yang sudah ada sebelumnya.
Tugu Ikan Laut dengan tinggi
sekitar 8 meter ini sangat jelas dilihat. Bahkan dari luar jalan utama sebelum masuk
gerbang FPIK arah barat.
Keberadaan Tugu Ikan Laut ini
makin memukau dengan ditambah taman baru di depannya.
Berikut adalah foto-foto Tugu
Ikan Laut FPIK Undip yang masih dalam tahap finishing per 7 Agustus 2018:
KAMPUSUNDIP.COM
- Ringan Mencerdaskan -
PMB 2018, Undip Terima Lebih dari 11 Ribu Mahasiswa Baru
SEMARANG, KampusUndip.com – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang
secara resmi menerima sebanyak 11.381 mahasiswa baru dalam Upacara Penerimaan
Mahasiswa Baru (PMB) yang digelar di Stadion Undip Tembalang (6/7/2018).
Sebagaimana dilansir situs resmi
Undip, 11.381 terdiri dari 8.239 Program Sarjana, 1.896 Program Vokasi, 964
Program Magister, 142 Program Spesialis, 140 Program Doktor, dan 16 Program
Profesi.
Rektor Prof Yos Johan Utama menyatakan,
Undip telah menerima 30% mahasiswa kurang mampu yang terakomodir melalui
program Bidikmisi maupun UKT Golongan 1,2 dan 3. Ini lebih dari kuota minimal 20%
yang dicanangkan pemerintah.
Selain itu, dalam PMB ini juga
terdapat 8 warga negara asing dari Senegal, Timor Leste, Uganda, Sudan, Libya
dan Nigeria.
Pasca upacara PMB di Stadion,
para mahasiswa baru mengikuti program Orientasi Diponegoro Muda (ODM) di
fakultasnya masing-masing selama sepekan, sebelum akhirnya resmi mengikuti
kegiatan perkuliahan (sumber: undip.ac.id).
Undip 3 Besar, Ini Peringkat Perguruan Tinggi Lolos PIMNAS 2018
SEMARANG,
KampusUndip.com
– Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menduduki peringkat ke-3 jumlah tim
yang lolos ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 yang akan
digelar di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mendatang.
Undip berhasil meloloskan
sebanyak 17 tim dalam PIMNAS 2018. Hal tersebut sebagaimana pengumuman dari
Dikti pada Kamis, 2 Agustus 2018 melalui situs resminya.
Dilansir OA BEM Undip, 17 tim
tersebut tersebar di 5 fakultas, yakni Fakultas Teknik (8 tim), Fakultas Sains
danMatematika (4 tim), Fakultas Peternakan dan Pertanian (2 tim), Fakultas
Kedokteran (2 tim), dan Fakultas Ilmu Budaya (1 tim).
Berikut adalah peringkat
Perguruan Tinggi lolos PIMNAS 2018 berdasarkan pengumuman dari Dikti:
Sumber :
belmawa.ristekdikti.go.id
[ Kawal PIMNAS |
KampusUndip.com ]
Melalui "Kreta Bunga", Mahasiswa Undip Ajak Masyarakat Atasi Pencemaran
SEMARANG, KampusUndip.com - Tim Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro (Undip)
yang terdiri dari Pebriana Yuni Chinantya Nainggoan (FKM 2015) sebagai ketua,
Anisa Fathurohma (FKM 2017), dan Sintia Mashitoh (FKM 2017) dibawah bimbingan
Dr. H. Nurjazuli, SKM, M,Kes memiliki sebuah ide untuk mengatasi pencemaran
lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga di Kampung Pelangi kota
Semarang yang berada di Jl. Dr. Sutomo IV No.89, Kelurahan Randusari, Kecamatan
Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Ibu-ibu rumah tangga di kampung Gunung Brintik ini
didorong untuk dapat mengolah sampah yang selama ini belum diolah secara
maksimal yang selama ini hanya dibiarkan menggunung sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Saat ini, Kampung Pelangi merupakan salah salah satu destinasi
wisata di Kota Semarang yang sebelumnya merupakan kampung kumuh yang tak
tertata. Banyak wisatawan asing maupun lokal datang ke
kampung ini terutama pagi dan menjelang sore. Sehingga semakin banyak akumulasi
sampah yang tertinggal di Kampung Pelangi
yang berasal dari para wisatawan yang berkunjung
Selama ini sampah di Kampung Pelangi belum dimanfaatkan dengan
optimal. Sampah khususnya kardus, kertas dan plastik langsung dibuang ke TPS
(Tempat Pembuangan Sementara) yang terletak di belakang perkampungan kemudian
berserakan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar.
Pengolahan sampah di Kampung Pelangi belum optimal. Apabila pengelolaan
sampah yang tidak dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
maka akan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif.
Dengan adanya program Kreta Bunga harapannya sampah dapat dimanfaatkan menjadi produk yang kreatif,
unik dan bernilai tinggi, kemudian meningkatkan kreativitas serta produktifitas
ibu-ibu Kampung Pelangi dengan membuat produk kerajinan secara mandiri dan
lebih beragam, kemudian mendirikan "Kampung Pelangi Art Gallery
Corner" yang sekaligus dapat menjadi ikon tersendiri dari tempat wisata
Kampung Pelangi, selain itu produk dapat dimanfaatkan sebagai cenderamata unik
yang khas dari Kampung Pelangi sekaligus dapat meningkatkan perekonomian.
Kreatif, Mahasiswa Undip Temukan Pengganti LPG dari Limbah Rajungan
REMBANG,
KampusUndip.com
- Melimpahnya limbah rajungan di mitra miniplan Putra Mandiri, Lasem menyebabkan pencemaran lingkungan. TIM BIGAS berhasil memanfaatkan limbah hasil pengupasan rajungan di miniplan Putra Mandiri, Lasem,
Rembang.
TIM BIGAS yang terdiri dari Arief Andika Dewantoro (Teknologi Hasil Perikanan 2015), Ilham Safikri (Oseanografi 2015), Bayu Aji Pratama (Teknik Kimia 2015), Nur Fadilah (Teknologi Hasil Perikanan 2015) dan Nanik Nurhana
(Teknologi Hasil
Perikanan 2015) dibawah bimbingan Ibu Retno Ayu Kurniasih, S.Pi., M.Sc.
Limbah tersebut dapat diproses menjadi biogas alami melalui proses fermentasi anaerob, biogas yang terdiri dari limbah sisa pengupasan rajungan dengan penambahan molase dan bahan fermentor rumen sapi mampu menghasilkan gas metan. Melalui penemuan ini diharapkan mampu membantu miniplan Putra Mandiri untuk mengatasi gas yang digunakan dalam proses perebusan rajungan.
SISALAM, Inovasi Mahasiswa Undip Atasi Diare dengan Daun Salam
SEMARANG,
KampusUndip.com
- Kasus diare terjadi sebanyak 1,7 juta kasus setiap tahunnya dan merupakan
penyebab kedua tertinggi kematian anak di bawah usia lima tahun di seluruh
dunia. Menurut data dari World Health
Organization (WHO) tahun 2006, setiap 1 dari 5 kematian anak di bawah usia
lima tahun di seluruh dunia meninggal karena diare dengan jumlah kematian
sekitar 760.000 kasus setiap tahun. Penyakit diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena
morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 menyatakan, angka prevalensi nasional untuk diare adalah
sebesar 3,5%. Beberapa provinsi dilaporkan memiliki prevalensi diare di atas
prevalensi nasional dengan prevalensi tertinggi di Papua sebesar 14,7% dan Nusa
Tenggara Timur dengan prevalensi 10,9% dan terendah adalah Bangka Belitung
dengan prevalensi 3,4%.
Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh bakteri salah
satunya yaitu bakteri Salmonella thypi,
Shigella flexneri dan Escherichia coli. Tanaman telah
diketahui merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pengobatan
dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah tanaman
daun salam. Tanaman daun salam secara
tradisional telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi masalah
penyakit diare. Kandungan kimia utama tanaman daun salam meliputi saponin, triterpen,
flavonoid, tanin, polifenol, alkaloid, dan minyak atsiri yang terdiri dari
seskuiterpen, lakton, dan fenol (Sudarsono, 2002). Menurut WHO, 80%
penduduk dunia masih bergantung pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan
obat dari tanaman. Namun penggunaan tanaman
daun salam secara terus-menerus sebagai obat diare dapat menyebabkan
eksploitasi karena untuk mendapatkan ekstrak tanaman daun salam membutuhkan
tanaman dalam jumlah yang banyak.
Oleh karena itu, dilakukan isolasi bakteri endofit tanaman
daun salam yang dilakukan oleh tiga mahasiswa UNDIP yaitu Anggistina Wulansari
(Biologi/2015), Maulida Aqlinia (Biologi/2015) dan Ema Nuzula Fathmah
(Biologi/2014) yang telah bergabung dalam PKM PE dengan Dosen Pembimbing Dr.
Drs. Wijanarka M.Si dengan judul PKM “Sisalam : Skrining dan Identifikasi
Bakteri Endofit Tanaman Daun Salam (Syzygium
polyanthum) sebagai Agen Antibakteri Penyebab Penyakit Diare”. Bakteri
endofit merupakan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada jaringan
tanaman dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman yang menjadi
inangnya. Bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman obat dapat menghasilkan
senyawa metabolit sekunder yang sama seperti tanaman inangnya. Keuntungan dari
isolasi bakteri endofit ini adalah kita tidak perlu menebang tanaman untuk
dijadikan simplisia.
Hasil isolasi bakteri endofit tanaman salam (Syzygium polyanthum Weight) pada bagian
akar, batang dan daun diperoleh sebanyak 12 isolat bakteri endofit murni yang
tumbuh pada medium nutrient agar
(NA). Empat isolat bakteri diperoleh dari organ akar dengan kode A1, A2, A3 dan
A4. Empat isolat lainnya diperoleh dari organ batang dengan kode B1, B2, B3 dan
B4. Selain itu, diperoleh empat isolat dari organ daun dengan kode D1, D2, D3
dan D4. Seluruh isolat tersebut merupakan bakteri basil gram positif.
Hasil uji antagonisme bakteri endofit tanaman daun salam
terhadap bakteri penyebab penyakit diare menunjukkan adanya aktivitas antibakteri
dari metabolit sekunder bakteri endofit tanaman daun salam. Isolat bakteri D4
potensial menghambat bakteri uji Salmonella
typhi ATCC dengan besar zona hambat
8,75 mm yang dapat dikategorikan sedang dan potensial menghambat bakteri uji MRSA dengan besar zona hambat 1,25 mm
yang dikategorikan lemah. Isolat bakteri B1 potensial menghambat bakteri uji Shigella flexneri ATCC dengan besar zona
hambat 19,5 mm yang dapat dikategorikan kuat dan isolat B2 potensial menghambat
bakteri uji Escherichia coli EPEC
dengan besar zona hambat 13,5 mm yang dapat dikategorikan kuat pula.
Berdasarkan
hasil uji antagonisme tersebut diambil 6 isolat potensial yang selanjutnya
dilakukan uji biokimia untuk mengetahui sifat fisiologis bakteri endofit
tanaman daun salam dan hasil uji biokimia tersebut disesuaikan dengan Bergey's Manual of Determinative Bacteriology
sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri endofit tanaman daun salam yang telah
berhasil diisolasi dan potensial sebagai antibakteri mirip dengan genus Bacillus sp. Hal ini membuktikan bahwa
benar metabolit sekunder dari bakteri endofit tanaman daun salam mampu
menghambat bakteri uji penyebab diare sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif obat diare. Penelitian
ini merupakan upaya eksplorasi botani tanpa eksploitasi untuk mewujudkan
Indonesia sehat.
Mahasiswa Undip Ciptakan PELANTAS, Pendeteksi Pelanggar Lampu Lalu Lintas
SEMARANG,
KampusUndip.com - Selama ini sudah banyak terjadi kasus pelanggaran lampu lalu lintas
oleh para pengendara. Banyak dari kasus yang terjadi dilakukan ketika pengendara sedang terburu-buru
mengejar waktu. Perilaku yang dilakukan pengendara pun semakin lama semakin terbiasa bahkan yang lebih bahaya
dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas . Untuk mengurangi tindak pelanggaran seperti ini diperlukan sebuah
alat yang dapat memberi peringatan saat terjadi pelanggaran.
Keprihatinan terhadap tingginya tindak pelanggaran
pada lampu lalu lintas oleh pengendara mendorong munculnya inovasi baru melalui
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro, Rivaldi
Juswan, Ikbal Yuwandra, dan Syuja Risqullah menciptakan Prototipe
PELANTAS (Pendeteksi Pelanggar Lampu Lalu Lintas).
Inovasi alat ini bertujuan agar bisa
menjadi bahan pembelajaran untuk simulasi pendeteksi pelanggar lampu lalu
lintas. Dengan adanya prototype ini diharapkan nantinya bisa di terapkan ke
dunia nyata atau ke jalan raya yang sesungguhnya agar dapat mengurangi
pelanggar dan dapat meminimalisir angka kecelakaan di jalan raya.
PELANTAS memiliki rangkaian
elektronik yang diletakkan di bagian kotak kiri dan kotak kanan, dimana pada
kotak kiri terdapat
Arduino beserta Laser sedangkan pada kotak kanan terdapat sensor LDR (Light
Dependent Resistor) beserta buzzer yang
bertujuan untuk mendeteksi adanya pelanggar atau tidak
Pada prinsip dari PELANTAS , yang mana nantinya
laser tersebut aktif dan sensor LDR menangkap cahaya dari laser tersebut maka
yang terjadi adalah buzzer tidak aktif, yang berarti tidak adanya yang
terindikasi pelanggar. Sedangkan apabila cahaya laser itu dihambat atau
terhalangi oleh suatu benda maka buzzer akan aktif yang menunjukkan bahwa
terindikasi adanya pelanggar.
Mahasiswa Undip Ciptakan “CARA” Case Anti Radiasi dari Ekstrak Lidah Mertua
SEMARANG,
KampusUndip.com
– Satu lagi prestasi dan kreativitas mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang
patut mendapat apresiasi. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan
(PKMK), mahasiswa Undip berhasil menciptakan “CARA”, inovasi case handphone
bermotif kebudayaan Indonesia dari ekstrak lidah mertua (sansevieria) sebagai penyerap radiasi.
Tim CARA beranggotakan lima
mahasiswa Undip (Susi Susanti, Umi Khulsum, Marchelina One, Heva Nofi, Dian
Rosiana) dan dibawah bimbingan Ibu Astiwi Indriani, SE., MM menggagas suatu
inovasi case handphone yang cantik, sehat, dan mendidik yaitu CARA.
Inovasi ini dilatarbelakangi
oleh banyaknya pengguna handphone di
dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan berdasarkan data statistik, pengguna hp di
dunia mencapai 4,92 miliar pada tahun 2018, dan diperkirakan akan terus
meningkat pesat setiap tahunnya.
Namun, hal ini jugalah yang
membuat tim CARA risau. Hal ini karena adanya dampak radiasi handphone yang mengancam kesehatan.
Berdasarkan penelitian, radiasi handphone
dapat menyebabkan kerusakan sel, otak mengecil, kanker, hingga menghambat
pertumbuhan anak.
Untuk itu, tim CARA memikirkan
cara menangkal bahaya radiasi hp yang murah dan efektif yaitu lidah mertua (sansevieria). Hal ini karena lidah
mertua sering disepelekan dan penggunaannya tidak optimal. Padahal, berdasarkan
jurnal yang dimuat dalam seminar nasional fisika tahun 2012 di Jakarta, lidah
mertua mengandung berbagai kandungan antioksidan yang dapat menangkal radikal
bebas.
Dilatarbelakangi hal tersebut,
maka tim CARA menciptakan inovasi case
anti radiasi dari ekstrak sansevieria.
Selain itu, CARA juga mengangkat tema kebudayaan Indonesia dengan tujuan
mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta kebudayaan di masyarakat, terutama
pemuda yang menjadi target pasar utama.
Saat ini tim CARA telah menjual
berbagai jenis case hp, antara lain flip case, hard case, dan soft case.
Case anti radiasi CARA sendiri telah
mendapat sambutan positif di berbagai kalangan masyarakat.
Narahubung :
Line : susi_chans (Susi Susanti)
Mahasiswa Undip Ciptakan Betarice, Beras Analog Pengendali Anemia
SEMARANG,
KampusUndip.com -
Masalah kesehatan mengenai penyakit defisiensi anemia menjadi salah satu
penyakit yang ramai diperbicangkan saat ini. Data menunjukkan defisiensi
mengenai zat besi menjadi prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia serkisar 40-88% (WHO, 2013).
Anemia defisiensi zat besi
merupakan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh besi terlalu
sedikit. Penyebabnya dikarenakan jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Dimana kondisi tersebut dapat diatasi
dengan cara mengkonsumsi suplemen penambah zat besi atau dengan mengkonsumsi
pangan yang terfortifikaasi dengan zat besi.
Selain permasalahan mengenai
masalah anemia, import beras di Indonesia saat ini juga masih menjadi salah
satu permasalahan di Indonesia. Hal ini dikarenakan beras merupakan salah satu
kebutuhan pokok 95% masyarakat di Indonesia. Jumlah penduduk yang terus
meningkat setiap tahunnya membuat kebutuhan masyarakat akan beras juga semakin
meningkat.
Menurunnya jumlah lahan
pertanian menyebabkan penyediaan beras semakin rendah sehingga untuk memenuhi
kebutuhan nasional pemerintah melakukan impor beras. Impor beras dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan nasional yaitu dengan jumlah rata-rata per tahun meningkat
sekitar 4,7% dari pasokan beras nasional.
Berawal dari latar belakang
tersebut, tim PKM-PE dari Universitas Diponegoro (Undip) yang terdiri dari
Hanifah Mustika Wahda (Teknologi Pangan, 2015), Hidayatul Munawaroh (2015) dan
Febryan Taufiq (Agroekoteknologi, 2016) dengan dosen pembimbing Dr. Nurwantoro
berinovasi dengan menciptakan produk “Betarice : Beras Analog Uwi
Ungu (Dioscorea alata l.) dengan penambahan Umbi Bit sebagai
Pengendali Anemia”.
Penggunaan
bahan baku berupa uwi
ungu dan buah bit merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang masih jarang
digunakan dalam pengolahan pangan. Uwi ungu dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu komoditas diversifikasi pangan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
kandungan
dalam umbi uwi ungu memiliki daya serat 0,67% dan kandungan pati sebesar 10,93%
(Lubag, 2008).
Selain itu, buah bit juga memiliki kandungan zat besi dan mikronutrien yang
cukup tinggi seperti vitamin dan mineral dapat
digunakan sebagai penambah nutrisi untuk mencegah anemia.
Harapannya, penelitian yang
dilakukan ini dapat memberikan kontribusi berupa data-data teknis untuk
nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut mengenai produk beras analog dan ikut
berperan andil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan diera saat ini.
Daroveka, Bedak Alami Anti Gatal dari Mangrove Karya Mahasiswa Undip
PEMALANG,
KampusUndip.com
- Universitas Diponegoro (Undip) tidak hanya menghasilkan lulusan yang
berkompeten di bidangnya, tetapi juga memberikan manfaat yang besar pada
masyarakat indonesia pada bidang pengabdiannya.
Kali ini karya mahasiswa Undip
Semarang patut mendapat apresiasi, karena inovasinya dalam menghasilkan produk
kesehatan yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi pohon mangrove yang
ada di salah satu desa di kabupaten pemalang.
Salah satu contoh kreasi
mahasiswa Undip Semarang adalah Bedak mangrove “Daroveka”. Dalam kurun waktu
kurang dari setahun, 5 mahasiswanya yakni, Safira Khanza, Rizki Aji Pangestu,
Omnia Sungkar, Achmad Putra, dan Muhammad Ivan Hanif mampu membuat inovasi
bedak anti gatal dengan bahan-bahan natural yaitu daun mangrove.
Berawal dari ide omnia, melihat
potensi mangrove di desa kaliprau, Mereka mencoba cara memanfaatkan buah
mangrove menjadi bedak dan melihat potensi pasar untuk penjualan bedak alami di
Indonesia. Setelah mengetahui peluang pasar yang belum banyak kompetitor yang
bermain di bagian itu, mulailah mereka mencoba memproduksi hingga memasarkan
bedak buatannya. Awalnya hal ini dilakukan melalui pengedaran tester dan
penjualan satuan untuk mengetahui reaksi pasar.
Salah satu hal mendasar yang
memotivasi mereka untuk mengembangkan produk ini adalah dampak positif atau
testimonial positif yang telah diterima dari pelanggan, teman dan keluarga yang
memakai bedak alami tersebut.
Mereka berkeinginan untuk
menggantikan produk bedak gatal komersial yang biasa dipakai dengan bedak alami
ini. Karena mereka menyadari bahwa bahan kimia yang terdapat dalam bedak dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada
kulit pada bedak komersil akan
menyebabkan iritasi, kulit kering, hingga mengganggu sistem hormon tubuh selain
itu limbahnya dapat mencemari lingkungan karena membutuhkan waktu lama untuk
dapat terurai serta dapat menyebabkan
kanker apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Mereka menggunakan senyawa
flavonoid, fenol dan tannin yang memiliki fungsi antibakteri namun aman
digunakan dalam jangka waktu panjang. Sehingga mereka memformulasikan bedak
dengan bahan aktif dari buah mangrove. Dimana buah mangrove memiliki kandungan
flavonoid cukup tinggi yaitu 28,86 mg/l.9
Kepala desa kaliprau sangat
mengapresiasi inovasi mahasiswa Undip. "Bagus, sangat bagus, ini yang
dibutuhkan masyarakat. Sinergi antara dunia kampus dan masyarakat. Dimana
masyarakat punya potensi sumber daya alamnya, sementara dunia kampus punya
teknologinya punya ilmunya. Saya sangat mengapresiasi inovasi ini. Kedepan saya
ingin terus terjadi kerjasama antara dunia kampus dan masyarakat. Tidak hanya
disini saja, tapi di daerah-daerah lain" pungkas Pak Casroni kepala desa
kaliprau saat di wawancarai soal kegiatan pengabdian tersebut.
Mereka juga telah mengajukan
ijin Di BPOM dan Izin Usaha Menengah Kecil (IUMK). Bedak ini telah teruji di
laboratorium Lab Terpadu Undip untuk memberikan jaminan atas kandungan produk organik,
sehingga produk dapat bersaing dengan produk dalam negeri lainnya.
KOMBAT Karya Mahasiswa Undip Bantu Produsen Batik Mengolah Limbah
PEKALONGAN, KampusUndip.com - Batik telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia sejak 9 Januari 2009. Hal tersebut
membuat setiap sudut kota Pekalongan dipenuhi oleh pabrik produksi batik, mulai
dari skala rumahan hingga pabrik skala besar. Namun, masalah terbesar dari
banyaknya tempat produksi adalah semakin banyaknya limbah batik yang ikut
dihasilkan. Akibatnya, sungai – sungai yang ada di Pekalongan mulai terlihat
keruh dan menghitam.
Sangat jarang dijumpai adanya
instalansi pengolahan limbah di tempat produksi skala menengah kebawah sebelum
nantinya limbah tersebut dibuang ke sungai. Limbah yang langsung dibuang ke
sungai tanpa adanya pengolah tentunya masih mengandung logam berat dengan
konsentrasi tinggi hingga kadar COD dan BOD yang tinggi.
Menjawab permasalahan tersebut
mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang tergabung dalam sebuah kelompok
PKM-T membuat sebuah inovasi berupa alat yang diberi nama KOMBAT “Koagulasi
Elektrolit dan Ozonasi Limbah Batik”.
Kelompok yang terdiri dari Bimo Bagaskoro, Muhammad Alvin, Ro’ad Baladi,
Wirda Nabilla dan Monica Yulfarida membantu produsen batik khususnya pada skala
produksi menengah kebawah dalam mengolah limbah batik yang dihasilkan. Pabrik
skala menengah ke bawah menjadi sasaran utama karena jarang dijumpai adanya
instalasi pengolahan air limbah pada tempat produksi.
Bimo sebagai ketua kelompok
menyampaikan bahwa “KOMBAT mampu mengolah limbah batik melalui 3 tahapan utama
yaitu elektrokoagulasi, ozonasi dan filter bertahap sehingga nantinya limbah
yang dihasilkan dapat dibuang ke sungai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan”. Penggabungan proses elektrokoagulasi ozonasi serta filter bertahap
menjadi solusi dibandingkan harus mengolah limbah dengan koagulan kimia ataupun
cara yang lain.
Tiga tahapan utama ini dapat
mempersingkat waktu pengolahan dan mampu mengolah limbah batik hingga mencapi
baku mutu yang telah ditetapkan. Saat
ini, aplikasi KOMBAT pada tempat produksi batik terus dimaksimalkan sehingga
tingkat pencemaran pada sungai – sungai di Kota Pekalongan dapat berkurang.
PKM Undip: PESAN ALADIN, Sex Education for Kids with Fun Way
SEMARANG,
KampusUndip.com - Di Indonesia, menurut data Komnas Perlindungan Anak
Indonesia, Komisioner KPAI Jasra Putra mengungkapkan bahwa pihaknya menemukan 116
kasus kekerasan seksual pada anak di tahun 2017. Kemudian pada tahun 2018 hingga bulan Februari, KPAI
telah menerima 223 aduan kekerasan seksual. Di sisi
lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada tahun 2016 telah menyampaikan bahwa Kota Semarang menjadi salah satu wilayah zona merah,
artinya memiliki angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang tinggi.
Menurut Lyness (Maslihah, 2006) kekerasan seksual terhadap anak
meliputi tindakan menyentuh atau mencium organ seksual anak, tindakan seksual
atau pemerkosaan terhadap anak, memperlihatkan media atau benda porno, menunjukkan
alat kelamin pada anak dan sebagainya. Bentuk kekerasan seperti ini
biasanya
dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti keluarga, ayah
kandung, ayah tiri, paman, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kekerasan
seksual yang terjadi pada anak memberikan efek trauma jangka panjang yang akan
mempengaruhi kehidupan anak hingga usia dewasa.
Berdasarkan data diatas menunjukkan angka kekerasan seksual
pada anak masih tergolong tinnggi. Hal ini dikarenakan anak merupakan
pribadi yang sangat rentan atau lemah posisinya. Maka
edukasi dini mengenai
kekerasan seksual merupakan hal yang penting.
Keprihatinan karena masih maraknya kejadian kekerasan seksual
pada anak membuat
mahasiswi Psikologi Universitas Diponegoro (Undip) yang terdiri dari Yoan
Angeline, Laras Ramadhani, Rahma Zahidah, Ariqoh Nadia, dan Herning Widhiastri
menciptakan suatu buku edukatif “PESAN
ALADIN’ sebagai media untuk penegahan kekerasan seksual pada anak usia dini.
Anak usia dini
merupakan masa yang tepat untuk memberikan pendidikan dan pembentukan tingkah
laku karena
masa-masa usia dini disebut dengan istilah golden
age, dimana seorang anak memiliki potensi yang luar biasa dalam
perkembangannya.
Buku
edukatif seksualitas PESAN ALADIN bertujuan untuk membantu anak-anak pada usia
dini di usia 2-6 tahun dalam mengetahui seluruh anggota tubuh yang boleh dan
tidak boleh disentuh oleh orang lain serta untuk mengenal berbagai bentuk
kekerasan seksual. Selain itu, anak-anak juga diajarkan perilaku
yang harus diterapkan
jika kekerasan seksual terjadi pada dirinya.
“Buku
PESAN ALADIN kami buat semenarik mungkin dimana Aladin sebagai maskot yang
membawakan pesan berupa informasi mengenai kekerasan seksual. Buku ini memuat
gambar-gambar visual yang menarik yang disertakan halaman untuk mewarnai supaya
anak-anak mudah membayangkan penampilan objek dan informasi yang akan
disampaikan.
Selain itu
kami mengajarkan gerakan 3T+C (TOLAK, TERIAK, TOLONG dan CERITA)
sebagai upaya penolakan jika kekerasan seksual terjadi.” Tutur Yoan.
Kepala
sekolah, guru dan orang tua siswa tempat dimana tim melaksanakan program
menyatakan
bahwa anak-anak bisa jaga diri bila orang lain menyentuh hal hal yang tidak
diperbolehkan dari gambar yang diwarnai merah mereka bisa mengantisipasinya. Kemudian
anak-anak menjadi tahu nama-nama anggota tubuhnya, bagian mana yag boleh dan
tidak boleh disentuh oleh orang lain serta anak sekarang sudah bisa mengingat
gerakan 3T+C ( (TOLAK, TERIAK, TOLONG dan CERITA).
Hair Tonic Carles Karya Mahasiswa Undip Solusi Baru Atasi Kerontokan Rambut
SEMARANG,
KampusUndip.com
- Rambut merupakan bagian tubuh yang memiliki peran
penting, baik bagi pria maupun wanita jika tidak dirawat maka rambut dapat
rusak. Berbagai cara di lakukan untuk mencegah kerusakan rambut, seperti
menggunakan produk kosmetika yang beredar di pasaran. Akan tetapi, banyak
produk kosmetika yang mengandung berbagai macam bahan kimia, yang justru
menambah potensi kerusakan pada rambut.
Kadar polusi yang cukup tinggi dan suhu udara yang panas mengakibatkan
rambut menjadi tidak sehat, mudah patah bahkan menjadi rontok. Paparan sinar
ultraviolet merusak pigmen rambut, membuat warna rambut tampak kusam kemerahan,
sehingga rambut membutuhkan perlindungan lebih. Pengaplikasian hair tonic merupakan langkah yang sangat
efektif untuk mengatasi kerusakan rambut dan mengurangi rambut rontok.
Tim PKM-K
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (Undip) yang
beranggotakan Irmayanti, Nurul Balqis Shofiana, Zahrotun Hasanah, Farah Nadiyah
dan Ayu Puspitasari dengan Dosen Pembimbing Ibu Lintang Dian Saraswati
SKM,M.Epid membuat Produk Hair Tonic “CARLES” yang terdiri dari Ekstrak Cabai
(Capsium annum L) dan Lidah Buaya (Aloe Barbadensis Leaf).
Salah satu
kandungan yang ada pada cabai yaitu Capsaicin selain memberikan rasa pedas yang
kuat juga berfungsi untuk melancarkan peredaran aliran darah, sedangkan tanaman
lidah buaya biasa digunakan sebagai penyubur rambut. Hair Tonic “CARLES” ini
dibuat dengan beberapa aroma yaitu Bubble Gum, Mint, dan Green Tea.
TOP, Terobosan Penanganan Pasca Panen Karya Mahasiswa Undip
SEMARANG,
KampusUndip.com
- Sebagai negara agraris, Indonesia memang tidak dapat dipisahkan dari
produk-produk hortikultura. Hortikultura menjadi komoditas penting karena
kebutuhan masyarakat akan produk ini terhitung besar, diiringi dengan
peningkatan produksi setiap tahunnya. Hal ini harus dibarengi dengan teknologi
penanganan pasca panen yang memadai agar produk hortikultura tetap terjaga
mutunya hingga ke tangan para konsumen.
Tiga mahasiswa Universitas
Diponegoro (Undip) ikut menjawab tantangan penanganan pasca panen di masa
modern ini melalui TOP (Thermodynamic
Ozon Preservation), alat pengawet sayuran portabel yang digunakan untuk
menjaga kesegaran produk hortikultura setelah dipanen, terutama pada saat
proses pengiriman jarak jauh.
Ferisa Lestari Nugrahayu dari Departemen
Biologi, Kadarisman dari Departemen Fisika dan Wahyu Fadhil Mauladin dari Departemen
Teknik Elektro di bawah bimbingan Prof. Dr. Heri Sutanto, S.Si, berhasil merampungkan
prototipe alat ini pada awal Juli kemarin.
Inovasi apa yang ditawarkan
karya putra putri bangsa ini? Jawabannya terletak pada bentuk portable, teknologi
antibakteri berbasis ozon dalam bentuk mist (kabut) dan teknologi pelacakan
berbasis androidnya.
Kadarisman, salah satu anggota
tim menguraikan, “TOP memanfaatkan kemampuan teknologi Ozon (O3)
dalam menghasilkan radikal hidroksil (OH*) ketika bereaksi dengan
air. Radikal hidroksil ini lah yang membunuh bakteri. TOP juga menawarkan
teknologi mist (kabut) berbasis
gelombang ultrasonik sebagai penghasilnya. Teknologi mist memiliki keunggulan ukuran partikel lebih kecil dibandingkan
dengan teknologi spray (semprot).
Dengan ukuran lebih kecil, luas permukaan yang bereaksi denga ozon semakin
besar, dan distribusi partikel akan lebih merata. TOP juga menggunakan
teknologi peltier sebagai pendingin air untuk mengurangi hot spot effect yang ditimbulkan gelombang ultrasonik mist, agar suhu tetap dingin dan
kesegaran bahan terjaga dalam waktu yang lama. Teknologi ini dikombinasikan
dengan sensor suhu untuk memantau suhu di dalam TOP dengan arduino mega sebagai
pengontrol.”
Praktis, TOP tak hanya
memberikan fungsi pendinginan, tetapi juga secara simultan membunuh bakteri
patogen maupun pembusuk.
Mahasiswa angkatan 2014 ini juga
menambahkan, “Gebrakan lain yang kami buat adalah dengan menyematkan web view dan GPS yang terintegrasi
dengan aplikasi android yang memungkinkan TOP dapat dipantau lokasi dan
tempatur dari jarak jauh menggunakan smartphone.”
Fitur berupa monitoring lokasi
berbasis Android ini berguna terutama pada proses pengiriman jarak jauh, agar
posisi alat dapat dipantau. Tak perlu hardware
tambahan, karena seluruh kegiatan pemantauan dapat langsung dilakukan dari
ponsel pintar yang kita pakai sehari-hari.
Wahyu Fadhil, anggota tim yang
lain mengutarakan, “Pemantauan ini bermanfaat untuk melacak lokasi mobil
pengirim buah dan sayur selama perjalanan, serta antispasi terhadap hal-hal di
luar rencana seperti kemacetan, problem
lalu lintas yang sering terjadi di kota besar.”
Pengujian yang dilakukan
menunjukkan bahwa sayuran yang disimpan di dalam TOP dalam waktu tertentu
secara fisik terlihat lebih segar dibandingkan yang tidak, ditandai dengan
warna hijau tua, tidak ada kelayuan pada daun-daun, tidak terjadi pelunakan
pada batang dan tidak terjadi penyusutan bobot yang besar.
Saat ini, TOP sedang dalam
perjalanan mengajukan paten dan perhitungan harga jual, karena tidak menutup
kemungkinan kelak TOP hadir secara komersil. Ketua tim, Ferisa Lestari,
menyampaikan pentingnya teknologi pasca panen yang tepat, terutama karena
Indonesia banyak melakukan kegiatan pengiriman produk hortikultura ke luar
daerah bahkan ke luar negeri.
“Kesegaran dari sayur dan buah
adalah salah satu penentu harga dan daya saing pasar. Biasanya selama proses
pengiriman, kesegaran ini rawan berkurang. Kami sangat berharap alat ini dapat
membantu mempertahankan kualitas dari produk hortikultura sampai ke tangan
konsumen, sekaligus mempermudah pengiriman dengan adanya teknologi pelacakan
yang inovatif, Semoga ke depannya tidak hanya bermanfaat untuk sayur dan buah
tetapi juga untuk produk hortikultura lain seperti tanaman hias dan
biofarmaka.”