Mahasiswa Undip Kembangkan Character Building Melalui Pendekatan Budaya Lokal Indonesia


SEMARANG, KampusUndip.com - Dengan perkembangan teknologi yang pesat di era sekarang ini membuat perubahan karakter yang pesat pula pada generasi muda, atau yang biasa disebut generasi zaman now. Hal ini dikarenakan adanya perubahan pada sikap individu yang lebih suka menyendiri dengan gadget mereka daripada harus berkomunikasi pada sesama. Pola asuh yang diberikan oleh orang tua atau lingkungan khususnya sangat mempengaruhi perkembangan pada anak.

Berawal dari masalah tersebut, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) mencoba untuk mengembangkan metode pembangunan karakter pada anak menggunakan beberapa permainan tradisional dan cerita rakyat. Mahasiswa yang terdiri dari Ainil Faroh (Sastra Inggris), Amelia Noormalita Setyani (Ilmu Perpustakaan), Husnul Khosyiyatul Mazidah (Sastra Inggris), dan Juniar Chassy Ferrara (Sastra Inggris) dengan dosen pembimbing Dra. Rukiyah, M.Hum menganggap bahwa metode yang digunakan dapat mengembangkan karakter positif pada anak-anak di era serba digital ini.

"Dewasa ini banyak terjadi pembiaran anak-anak dalam bermain gadget oleh orang tua, berbeda dengan era sebelumnya dimana orang tua lebih menekankan anak-anak untuk bersosialisasi dengan sekitar. Hal ini membuat perbedaan karakter pada anak yang mana dulunya peka terhadap sosial, kini cenderung menjadi asosial. Yang mana dulunya menjunjung tinggi budaya nusantara, kini satu per satu budaya nusantara tersebut mulai luntur dan terkalahkan oleh budaya asing yang membuat manusia cenderung individual." ucap Amelia, salah seorang anggota tim.


"Metode yang kami gunakan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan pendekatan dan pelatihan terhadap anak-anak dengan cara menanamkan nilai-nilai moral dan dengan dibekali pemahaman sederhana yang dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam permainan tradisional congklak / dakon, awalnya anak-anak cenderung tidak sabar dan masih suka berebut satu sama lain, namun seiring berjalannya permainan, kami mulai menyisipkan nilai-nilai kesabaran dan tidak egois atau tidak mementingkan diri sendiri dengan menunggu giliran untuk memainkan dakon. Mereka sedikit demi sedikit memahami bahwa sikap tidak sabar dan egois itu bukan hal yang baik." ujar Ferrara menambahkan.

Selain itu, tim membuat modul pembelajaran yang nantinya akan berguna bagi masyarakat dan tenaga pendidik. Hal ini bisa menjadi salah satu metode pelestarian budaya lokal bangsa Indonesia.


Dari kegiatan ini, tim berharap dapat menumbuhkan lagi karakter luhur anak bangsa dan menghidupkan kembali warisan budaya lokal pada generasi muda agar mereka lebih merasa memiliki terhadap budaya yang ada.