SEMARANG,
KampusUndip.com - Saat
ini, frekuensi kejadian penyakit tidak menular pada masyarakat semakin
meningkat. Salah satunya adalah penyakit Diabetes Melitus (DM). WHO
memperkirakan kasus DM akan meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000
menjadi 366 juta tahun 2030 di dunia. Indonesia sendiri berada pada peringkat
ke-4 terbanyak kasus DM di dunia dan diperkirakan penderitanya akan meningkat
menjadi 8,2 juta orang pada tahun 2020.
Salah
satu cara menekan tingginya angka penderita Diabetes Mellitus adalah dengan
pemanfaatan bahan pangan lokal yang mampu menurunkan kadar glukosa darah
penderita Diabetes Mellitus. Sejumlah mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip)
Semarang yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
menciptakan sebuah alternatif pengobatan DM dari ekstrak biji koro benguk yang
bernama BIKBENG ANDI ”Biji Koro Benguk Anti Diabetes”. Mereka adalah Rezka
Rahmadhana dari Kesehatan Masyarakat, FKM (2016), Galih Ricci Muchamad dari
Kedokteran, FK (2015), dan Kartika Dian Elliana dari D3 Teknik Kimia, SV (2015)
di bawah bimbingan dr. Sri Winarni, M.Kes.
Biji
koro benguk (Mucuna pruriens)
termasuk salah satu komoditas kacang lokal yang belum banyak dimanfaatkan dan
bersifat adaptif. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian
Pertanian pada tahun 2016 menyebutkan produksi koro benguk dapat mencapai 4 ton
per hektar. Salah satu daerah yang mengembangkan pertanian dan melakukan
pemanfaatan pada biji koro benguk adalah Kabupaten Wonogiri.
Akan
tetapi, pemanfaatan biji koro benguk yang masih sangat minim, biasanya hanya
dibuat tempe dengan tekstur yg lebih keras dari tempe biasanya atau kripik
tempe koro benguk, sehingga tidak banyak orang yang berminat untuk membelinya. Padahal,
berdasarkan penelitian sebelumnya, biji koro benguk mengandung senyawa
antioksidan berupa flavonoid kelompok fenolik yang memiliki potensi memperbaiki
kerusakan sel-β pankreas yang menghasilkan hormon insulin. Kandungan
superoksida yang tinggi menyamai aktivitas antioksidan quercetin yang berfungsi
dalam penurunan kadar glukosa darah. Sifat penurunan kadar glukosa darah pada
biji koro benguk juga disebabkan karena adanya senyawa D-chiroinositol.
Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimental yang diujicobakan pada hewan coba mencit
dengan ekstrak biji koro benguk. Biji koro benguk langsung didatangkan dari
Kabupaten Wonogiri dengan harga 10.000/Kg. Biji koro benguk dicuci hingga bersih,
kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 50oc sampai kadar
airnya kurang dari 10%, kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortar. 500 gr
bubuk biji koro benguk direndam menggunakan 1500 ml aseton pro analisis selama
2 hari pada suhu kamar, kemudian disaring. Ampas diambil dan dianginkan pada
suhu kamar sampai bau aseton hilang. Selanjutnya, dilakukan perendaman kembali
dengan aquades dan etonal 96% dengan perbandingan (1:1) (1250 ml aquadest : 1250
ml etanol 96%) ditambah dengan 2,5 gr asam askorbat. Ampas direndam selama 24
jam,kemudian disaring dan fitrat diambil. Ampas direndam kembali hingga 3 kali
pengulangan. Kemudian diekstrak hingga menjadi bentuk pasta.
Rencana
selanjutnya dari penelitian ini akan diikutkan ke beberapa konferensi ilmiah
tingkat Internasional yaitu International Conference on Public Health Tropical
and Coastal Development (ICOPH-TCD) 2018 yang diadakan oleh Fakultas Kesehatan
Masyarakat Undip dan International Conference on Translational Medicine and
Health Sciences yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Undip. Selain itu,
penelitian ini sedang diajukan untuk memperoleh hak paten melalui Universitas
Diponegoro.