Surat Terbuka Untuk Menristekdikti : Usulan MTQMN
Digelar Rutin 1 Tahun Sekali
Kepada Yth.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Menristekdikti) Republik Indonesia
di Tempat
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala
atas rahmat dan karunia-Nya kita masih diberi nikmat Islam, iman dan ihsan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.
Bapak/ibu di jajaran Kemenristekdikti
yang terhormat, mohon izin melalui surat ini, saya bermaksud ingin menyampaikan
sebuah usulan untuk penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa
Nasional (MTQMN), sebuah ajang kompetisi resmi yang berada di bawah naungan
Kemenristekdikti RI.
Sebagaimana yang diketahui bersama, MTQMN
merupakan event lomba antar mahasiswa muslim perguruan tinggi se-Indonesia.
MTQMN lebih dari sekedar kompetisi. Meski dikemas dalam bentuk lomba, tujuan
yang lebih utama dari MTQMN adalah menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran,
khususnya di lingkungan pendidikan tinggi dan akademisi.
Sejauh ini, ajang MTQMN digelar tiap 2
tahun sekali. Hingga surat ini ditulis, setidaknya sudah 15 kali MTQMN digelar.
Misalnya saja MTQMN XIII tahun 2013 di Universitas Andalas & Universitas
Negeri Padang, MTQMN XIV tahun 2015 di Universitas Indonesia, serta MTQMN XV
tahun 2017 di Universitas Brawijaya & Universitas Negeri Malang.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat
kepada Menristekdikti beserta jajarannya, izinkan saya melalui surat ini untuk menyampaikan
sebuah usulan, bagaimana jika MTQMN digelar rutin dari yang sebelumnya 2 tahun
sekali, menjadi 1 tahun sekali?
Melalui surat ini pula, saya sampaikan
beberapa pertimbangan yang mendasari usulan MTQMN digelar 1 tahun sekali :
1. MTQMN Ajang Yang Sangat Positif
Hal pertama dan pasti yang tidak bisa
dipungkiri adalah MTQMN merupakan ajang yang sangat bermanfaat. Karena selain
perlombaan untuk menguji kualitas dan kompetensi mahasiswa, MTQMN juga menjadi
sarana untuk belajar agama, mentadaburi & lebih dekat dengan Al-Qur’an, memenuhi
kebutuhan ruhiyahnya dan masih banyak lagi. Sehingga semakin sering dan
istiqomah digelar, tentu manfaatnya akan semakin besar.
2. MTQMN Sangat Prospektif Sebagai Negara Muslim Terbesar Dunia
Fakta bicara, Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Sehingga banyak mahasiswa muslim,
dan banyak pula perguruan tinggi Islamnya. Tentu dengan modal ini, MTQMN bisa
menjadi kompetisi yang sangat prospektif untuk dikembangkan dengan menjadi
ajang rutin tahunan.
Ibarat event olahraga besar dunia,
banyaknya mahasiswa dari penjuru Tanah Air yang berbondong-bondong menuju
lokasi kampus tuan rumah, maka bisa saja bakal mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat
di sekitar kampus. Bahkan bisa dimanfaatkan untuk membantu mempromosikan
potensi daerah (pariwisata, oleh-oleh khas, kuliner, dan lain-lain), dan masih
banyak lagi.
3. Daya Tarik MTQMN Yang Tinggi
MTQMN bisa menjadi ajang yang banyak diminati
oleh para mahasiswa muslim karena ajang ini digelar tanpa seleksi dari Dikti.
Inilah salah satu keistimewaan MTQMN. Berbeda dengan ajang lain dari Dikti
seperti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang harus melalui berbagai
macam seleksi ketat. Sehingga, setiap mahasiswa yang ingin ikut dan punya
kompetensi, asalkan disetujui atau lolos seleksi di kampusnya, siapapun bisa
menjadi peserta MTQMN. Apalagi, saat ini sudah banyak kampus yang memberikan
jalur masuk dan beasiswa khusus bagi para penghafal qur’an.
4. MTQMN Selevel Dengan PIMNAS
Ada 4 hal kenapa saya menyebut demikian.
Pertama, karena MTQMN & PIMNAS adalah sama-sama ajang resmi berskala
nasional dari Dikti. Kedua, MTQMN & PIMNAS sama-sama melombakan berbagai
macam kategori lomba. Ketiga, MTQMN & PIMNAS sama-sama digelar dalam rentang
waktu yang cukup panjang (kurang lebih sepekan). Dan keempat, MTQMN &
PIMNAS sama-sama ada juara umum dan pialanya. Hanya satu perbedaan spesifik,
yakni MTQMN tidak ada seleksi peserta dari Dikti, sedangkan PIMNAS ada
(sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya).
Sehingga, dengan banyaknya persamaan
tadi, jika PIMNAS dengan proses seleksi yang sangat ketat hingga Dikti harus
mengeluarkan “tenaga lebih” bisa digelar rutin 1 tahun sekali, kenapa MTQMN
yang proses keikutsertaannya sangat mudah, prospektif, daya tarik tinggi dengan
banyaknya penduduk muslim di Indonesia, tidak kemudian dirutinkan juga menjadi
1 tahun sekali? Ini yang patut untuk dipertimbangkan.
5. Memberikan Kesempatan Lebih Banyak Untuk Mengasah Potensi
Sejauh ini, MTQMN yang digelar 2 tahun
sekali, memungkinkan mahasiswa hanya bisa mengikuti sebagai peserta rata-rata hanya
1 atau 2 kali selama masa studinya. Berbeda dengan PIMNAS yang bisa diikuti sampai
3 kali apabila lolos. Dengan dirutinkan menjadi 1 tahun sekali, tentu akan
membuat mahasiswa bisa lebih banyak mendapatkan jam terbang untuk mengasah potensinya.
6. Agar Gaung MTQMN Lebih Terasa
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, sejauh
yang saya rasakan sebagai mahasiswa biasa, gaung MTQMN masih kurang jika dibandingkan
dengan kompetisi Dikti lainnya seperti PIMNAS. Misal tiba-tiba saja H-3 MTQMN baru
terdengar kembali kabarnya. Atau tiba-tiba langsung dapat info pemberangkatan
kafilah sehingga terkesan dadakan. Sangat berbeda dengan PIMNAS yang berbulan-bulan
sebelum digelar hingar-bingarnya sudah terasa dimana-mana. Mulai dari
karantina, persiapan dan lain-lain. Seolah-olah semua ingin ikut ambil bagian. Padahal,
PIMNAS & MTQMN punya banyak kesamaan.
Entah apa sebabnya, memang banyak faktor
kenapa hal itu terjadi. Namun saya menilai, periode MTQMN yang harus menunggu 2
tahun sekali baru digelar sedikit banyak punya pengaruh. Saya pernah mendapati,
ada kampus yang menggelar MTQ tingkat universitas bagi mahasiswanya hanya pada
tahun ketika MTQMN digelar. Karena MTQ universitas juga digunakan untuk
menyeleksi siapa yang mewakili kampusnya di MTQMN. Jadi, seolah-olah jika pada tahun tersebut tidak ada MTQMN, maka di kampus
pun juga tidak ada lomba MTQ tingkat universitas.
7. Untuk Lebih Membumikan Rasa Cinta Al-Qur’an di Perguruan Tinggi
Pada akhirnya, dari semua pertimbangan
yang disampaikan, usulan digelarnya MTQMN menjadi 1 tahun sekali juga untuk kembali
mencapai tujuan utama dari MTQMN itu sendiri, yakni agar kecintaan terhadap
Al-Qur’an di lingkungan perguruan tinggi dan akademisi lebih membumi, lebih dirasakan
oleh civitas akademikanya. Dan diharapkan dengan langkah ini, akan muncul banyak
lulusan perguruan tinggi yang tidak hanya cerdas intelektualnya, tapi juga sholeh
sholehah berakhlaq qur’ani.
Begitulah kurang lebih pertimbangan yang
saya berikan mengenai usulan MTQMN digelar 1 tahun sekali. Tentang kesanggupan tuan
rumah penyelenggara apakah mampu jika tiap 1 tahun sekali, kita bisa berkaca
dari ajang yang hampir sama dengan MTQMN, yakni PIMNAS yang bisa digelar rutin
tiap tahun.
Demikian usulan serta pertimbangan ini
saya sampaikan. Usulan ini dikembalikan sepenuhnya kepada Kemenristekdikti sebagai
pihak yang menaungi ajang MTQMN. Semoga bisa dipertimbangkan.
Tak lupa pula, kami juga mengucapkan
banyak terima kasih atas penyelenggaraan MTQMN yang sudah ada selama ini. Semoga
melalui ajang MTQMN kita bisa semakin cinta kepada Al-Qur’an dan mendekatkan
diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sekian surat ini saya tulis. Mohon maaf
jika ada kesalahan atau hal yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat. Aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Boyolali, 3 Agustus 2017
Hormat saya,
Aji Kurniawan AP
S1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhori)
(Ilustrasi foto:
Sindotrijaya)