Sudah
menjadi permasalahan umum, bahwa sumur masyarakat di pesisir pantai mengandung
garam dari interusi air laut yang menyerap ke dalam tanah ketika banjir rob
terjadi dari laut.
Banjir rob yang terjadi akibat adanya peningkatan permukaan air
dari cairnya es di kutub utara dan selatan karena pemanasan global. Akibatnya,
masyarakat pesisir pantai krisis air bersih untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK).
Dari permasalahan tersebut, tim PKM Undip yang terdiri dari Titik
Tiyas Nofanda (Fisika 2014), Yoyon Wahyono (Fisika 2013), Hafidz Nugroho
(Fisika 2014), dan Istiqomah Budiyanto (Matematika 2014) di bawah bimbingan Dr.
Heri Sutanto, M.Si., Dosen S1 Fisika Undip menciptakan sebuah sistem pengolah
air sumur pesisir pantai menjadi air bersih untuk memenuhi kebutuhan mandi dan
cuci.
Alat yang dikembangkan untuk mengolah air sumur masyarakat pesisir
yang mengandung garam ini menggunakan metode elektrolisis filtrasi dan ozonasi
sehingga kandungan garam, kandungan partikel pengotor, dan bakteri berkurang.
Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5% yang artinya dalam 1
liter air laut terdapat 35 gram garam. Namun tidak seluruhnya NaCl
(Burhanuddin, 2001). Sedangkan proses elektrolisis mampu memisahkan kandungan
garam dari air pada fase ion menggunakan arus listrik yang dialirkan pada dua
elektroda (katoda dan anoda).
Dari proses elektrolisis ini, akan terlihat adanya garam yang
memisah dan menjadi butiran kristal garam yang menempel pada katoda yang
menggunakan bahan dari alumunium.
Adapun garam yang mengendap akan difiltrasi menggunakan lapisan
filtrasi dari batu dan pasir yang berukuran berbeda. Diantaranya batuan kecil,
pasir silika dan pasir pantai yang digunakan untuk memfilter dengan aliran dari
atas dan dari bawah untuk memaksimalkan proses filtrasi.
Dari hasil elektrolisis dan filtrasi, air akan di ozon untuk
mengurangi kandungan bakteri yang dimusnahkan oleh O* yang merupakan atom tidak
stabil dari molekul ozon yang mempunyai rumus kimia O3. Pada hasil
uji pH, uji TDS, dan uji daya hantar listrik, air yang telah diolah menggunakan
teknologi ini mengalami perubahan berupa peningkatan kualitas air.
Kelompok yang tergabung dalam Tim WEFO ini berharap, karya mereka ke
depannya dapat diaplikasikan di masyarakat pesisir sehingga dapat membantu
mengatasi permasalahan krisis air bersih di kawasan tersebut.