Semakin
tingginya distribusi barang dari satu tempat ke tempat yang lain menyebabkan
banyaknya armada angkutan barang yang overload
atau mengangkut muatan melebihi beban tonase yang ditetapkan. Akibatnya, pengawasan kontrol muatan
angkutan barang pada jembatan kurang optimal karena masih melakukan pencatatan
muatan secara manual. Pencatatan secara manual ini berdampak pada kemacetan
yang panjang disekitar jembatan timbang sehingga mengganggu lalu lintas.
Pencatatan
secara manual juga dapat menyebabkan pemalsuan data yang mendorong adanya pungutan liar di jembatan
timbang karena tindakan curang oknum jembatan timbang yang mencatat tidak
sesuai dengan timbangan asli. Truk-truk yang memiliki tonase berlebih juga
mengakibatkan jalanan cepat rusak.
Menurut hasil
survei The Asia Fundation, truk-truk yang beroperasi sepanjang sembilan rute
survei pada umumnya kelebihan muat sebesar 45%, atau 4 ton di atas berat beban
maksimal yang mendapatkan izin dari pihak jembatan timbang. Tak hanya itu,
pungutan liar juga terjadi di jembatan timbang dengan data sebesar 22% biaya
total transportasi yang dikeluarkan oleh supir truk merupakan pungutan liar.
Akibat dari
tiga permasalahan jembatan timbang ini, pada tanggal 1 Januari 2017 pengelolaan Jembatan Timbang
beralih ke Pemerintah Pusat yaitu Kementerian Perhubungan. Jembatan timbang di
Indonesia mulai beroperasi pada 21 April 2017. Pengoperasian kembali ini
hanya pada 25 jembatan timbang di Indonesia dan belum beroperasi secara
maksimal sampai saat ini.
Melihat permasalahan
tersebut, lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip), yaitu Gilang Dhimas Yurista Nugraha
(Sistem Komputer 2013), Rofiq Cahyo Prayogo (Teknik Elektro 2013), Ajeng
Kartika Nugraheni Syafitri (Teknik Geodesi 2013), Ismulia Nur Berlian (Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota 2015), dan Rio Julian Azis Pratama (Sistem
Komputer 2016) bersama dosen pembimbing Eko Didik Widianto, S.T., M.T. mengembangkan
alat untuk mengidentifikasi beban angkutan barang yang terintegrasi melalui
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2017 yang berjudul SWIFT (Smart
Weigh Identification System Of Freight Transport) Sistem Monitoring Beban
Angkutan Barang untuk Mencegah Kelebihan Muatan dan Pungutan Liar pada Jembatan
Timbang Berbasis SMS Kontroler dan Mikrokontroler.
Secara umum, komponen
SWIFT terdiri dari Mikrokontroler Arduino
Mega sebagai kontroler prosesor sistem,
SMS Controller SIM 900 sebagai modul pengiriman informasi melewati SMS, Loadcell sebagai sensor berat, LCD 20x4
sebagai tampilan output data, kartu RFID sebagai kartu identitas masing-masing
truk, dan NodeMCU ESP8266 sebagai modul yang menghubungkan dengan sistem
informasi global dari internet. Komponen tersebut dirakit sehingga menghasilkan
proses berupa coding algoritma sehingga alat akan bisa menjalankan perintah
sesuai yang diatur.
Selanjutnya
perancangan sistem informasi untuk monitoring jembatan timbang dilakukan
memasukkan pada sebuah website agar integrasi jadi lebih mudah.
Proses
selanjutnya menghubungkan sistem informasi dengan proses jembatan timbang.
Proses ini menghubungkan jembatan timbang dengan sistem informasi sehingga data
timbangan dan data identifikasi truk tersimpan pada sistem informasi yang
berada pada kartu RFID.
Jika nanti di
perjalanan kartu RFID terbaca maka di sistem informasi akan memperbarui lokasi
yang truk lewati dan teridentifikasi sampai tujuan akhir perjalanan. Lokasi
truk dapat jadi acuan analisa juga untuk bahan evaluasi apakah truk berlaku
curang di jalan atau tidak.
Pada proses di
jembatan timbang tempat keberangkatan, truk akan melakukan penimbangan pada
load cell. Sebelum truk menimbang di load cell palang pintu akan berada
posisi menutup. Apabila beban melebihi ambang batas, maka palang pintu akan
tetap tertutup, hasil kelebihan akan digudangkan dan akan mengirimkan
notifikasi ke perusahaan pemilik truk untuk selanjutnya akan diambil.
Apabila beban
kurang dari ambang batas tonase maka palang pintu akan terbuka. Selanjutnya
data truk dicatatkan pada sistem informasi pada kartu RFID yang sudah berada
pada truk sebelumnya untuk mengidentifikasi truk pada jembatan timbang
selanjutnya. Pada jembatan timbang selanjutnya kartu RFID akan di baca oleh
reader. Lokasi di mana scanner di dekat
jembatan timbang akan membaca kartu RFID yang kemudian dikirim ke database
untuk dianalisis oleh sistem apakah terdapat kecurangan.
Kecurangan ini
berdasar apakah truk melakukan perjalanan sesuai jalurnya sehingga bila kembali
pada jalur sebelum dia menimbang otomatis akan terbaca bahwa truk melakukan
kecurangan. Apabila terjadi kecurangan, pegemudi truk akan dikirim sms
notifikasi bahwa truk harus menimbang ulang. Apabila jalur perjalanan truk
terbaca sesuai jalurnya maka truk akan mendapatkan notifikasi sms bahwa truk
tidak perlu melakukan penimbangan dan dapat melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Kelima
mahasiswa Universitas Diponegoro berharap adanya publikasi pengembangan alat
ini dapat diterapkan oleh Kementrian Dinas Perhubungan untuk memecahkan
permasalahan di jembatan timbang sehingga penimbangan pada jembatan timbang
dapat lebih efektif dan efisien dari sebelumnya.