Dewasa ini, salah satu krisis yang harus dihadapi oleh dunia adalah
krisis energi non-terbarukan. Begitu pula di Indonesia. Bahkan kebutuhan bahan
bakar minyak di Indonesia mencapai 1.300.000 barel/hari melebihi kemampuan
produksinya sendiri yaitu hanya 900.000 barel/hari.
Sedangkan energi baru dari gas yang tengah diperbincangkan pun
merupakan energi non-terbarukan yang sangat akrab berada di sekeliling kita
sebagai pemenuh alat transportasi, kebutuhan industri, hingga rumah tangga. Dan
akan menimbulkan krisis di kemudian hari. Sehingga akan lebih baik bila
mengembangkan energi terbarukan yang mudah untuk didapatkan serta melimpah
bahan bakunya.
Enegi alternatif terbarukan yang telah lama dikembangkan di
Indonesia adalah biodiesel. Biodiesel ini menggunakan bahan baku seperti
jagung, tebu, kelapa sawit, biji jarak, dan kedelai. Namun, masih ditemukan
kekurangan yang dirasa cukup mengganggu proses pemeliharaan proses biodiesel
ini. Dari mulai membutuhkan lahan yang besar, tingkat pertumbuhan tanaman yang
mulai menurun. Maka dibutuhkan sumber pembuatan biodiesel yang lebih unggul
dari tanaman tersebut yang telah dipakai.
Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) mencoba menjawab tantangan
ini. Kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) Undip 2017 yang diketuai oleh Fredy Arief Senjaya ini mengaku awalnya hanya
iseng saja merealisasikan inovasi yang telah lama didiskusikannya bersama 4
teman lainnya di salah satu Departemen Fakultas Teknik, yakni Departemen Teknik
Kimia di tengah padatnya perkuliahan kala itu.
Kelima inovator dari Undip ini mencetuskan sumber energi biodiesel yang
bisa didapatkan dari tanaman yang akrab disebut sebagai mikroalga. Tentu tidak
semua jenis mikroalga dapat mereka gunakan sebagai bahan baku, namun jenis yang
mereka pakai adalah Chlorella sp. Jenis mikroalga ini telah dikembangkan
di Pantai Porok dengan mudah untuk pengembangan sumberdaya laut pada bulan
Maret 2017 sehingga akan lebih menguntungkan untuk negara apabila bisa juga digunakan
sebagai sumber biodiesel.
Mikroalga ini merupakan salah satu yang memiliki potensi penghasil
lipid yang akan dijadikan biodiesel dan mudah untuk dikembangbiakkan. Dan
mikroalga jenis ini mengandung lipid sebesar 28% - 32% dari berat kering. Berat sebesar
itu pun diangggap masih lebih kecil dari mikroalga jenis yang lainnya, sehingga
dibutuhkan suatu treatment agar Chlorella sp mampu menghasilkan
biodiesel dalam jumlah banyak.
Metode treatment yang digunakan sebagai pengolahan untuk
mendapatkan biodiesel dari tanaman jenis ini adalah starvasi nitrogen. Apa itu
starvasi nitrogen? Tentu asing bagi orang awam mengenai starvai nitrogen ini.
Metode ini adalah pengurangan jumlah nitrogen yang diserap oleh mikroalga untuk
berkembangbiak. Sehingga jumlah nitrogen yang didapatkan oleh mikroalga tidak
seperti pada umumnya.
Mengapa dikurangi? Karena nitrogen merupakan kebutuhan makronutrient
suatu tanaman dan segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik sehingga
metode ini dipakai untuk menemukan jumlah optimum mikroalga membutuhkan nitrogen
untuk memperkaya lipid pada mikroalga. Sehingga hasil biodiesel yang didapatkan
akan lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat.
Maka didapatkan beragam kuantitas dari mikroalga yang akan
dikembangkan untuk memperkaya lipid untuk dijadikan biodiesel. Kemudian dari
beragam kuantitas nitrogen tersebut, penghasil lipid terbanyaklah yang akan
diaplikasikan untuk pembuatan biodiesel.
Sebelum melakukan starvasi dibutuhkan kembangbiakan dan kondisi
terbaik dari mikroalga agar siap untuk menghasilkan lipid. Konsentrasi dari
mikroalga optimum yang diperoleh adalah sebesar 60% di dalam komposisi larutan
air aquadest dan air laut masing-masing adalah 50:50. Dengan demikian untuk
menghasilkan kembangbiakan dari mikroalga yang bagus memakai perbandingan
tersebut.
Hasil itu dapat diperoleh dari proses pengamatan absorbansi dari
sampel yang memiliki konsentrasi bervariasi dari mikroalga yang diuji secara
rutin tiap harinya, kemudian disusunlah data-data yang diperoleh dalam bentuk
grafik sebagai interpretasi dari pengamatan sampel dengan konsentrasi yang
beragam selama 7 hari masa pengamatan. Dan diambil kurva terbaik yang
menggambarkan hasil terbaik, yakni kurva yang menunjukkan kenaikan konstan
diantara kurva-kurva sampel yang lain.
Sama halnya, dilakukan hal serupa untuk mendapatkan komposisi
campuran air aquadest dan air laut yang optimum sebagai tempat yang memiliki
kondisi operasi optimum bagi mikroalga untuk
berkembangbiak dengan baik yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk
grafik yang serupa dengan grafik untuk menarik konsentrasi optimum.
Pengamatan untuk metode inti yaitu starvasi nitrogen tak jauh
berbeda yaitu memvariasikan kuantitas nitrogen yang dimasukkan pada setiap
sampel. Sehingga terdapat beberapa sampel berbeda dan diamati hingga jangka
waktu tertentu. Hasil terbaik adalah penghasil lipid terbanyak yang kini masih
berada dalam proses pengamatan rutin dan segera ditemui hasil utama.
Hasil dari biodiesel ini akan memudahkan pemerintah dimana kondisi
jumlah sumber minyak Indonesia tidak lebih banyak dari beberapa negara lain
seperti Arab Saudi dan Iraq. Terlebih lagi jumlah kebutuhan masyarakat
Indonesia yang akan semakin meningkat.
“Oleh karena itu, temuan segelintir mahasiswa inilah yang akan
menggencarkan dunia sumber energi terbarukan dan diharapkan dapat menjadi pintu
bagi Bangsa Indonesia untuk melangkah lebih maju dan lebih mengapresiasi
kemampuan internal yang masih tersembunyi baik sumberdaya alam maupun manusia
yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia,” ucap Fredy Senjaya.
Fredy mengaku tidak mudah membawa konsistensi proses ini
diakibatkan perbedaan kegiatan dari masing-masing temannya, terlebih ada dari
mereka yang telah menginjak semester akhir perkuliahan. Namun harapannya tak
lekas putus asa agar karya dan inovasi ini dapat berguna bagi bangsa dan negara
yang telah membawanya hingga saat ini dan menginspirasi teman-temannya lain. (Inga Laira)