PEGOLE
merupakan permainan yang dapat dijadikan suatu bentuk terapi, digagas oleh tim
PKM-PSH (Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian Sosial Humaniora) Universitas
Diponegoro (Undip) yang beranggotakan Tiara Herindita Prastanti, Rohmatus
Solikhah, Isnaeni Anggun Sari, Sarah Sakinatus Sya’adah, dan Candra. Permainan
PEGOLE, singkatan dari Perpaduan Lego Puzzle, bertujuan
untuk membantu meningkatkan konsentrasi pada anak dengan ADHD.
Apa
itu ADHD? ADHD singkatan dari Attention
Deficit Hyperactivity Disorder, merupakan gangguan pada individu yang
meliputi sulitnya memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsivitas. Terdapat perilaku
sulit memusatkan perhatian pada anak dengan ADHD dapat berupa tindakan sulit
berkonsentrasi, seperti sulit untuk berkomunikasi, gagal menyelesaikan tugas,
sulit mengatur aktivitas, menghindari tugas yang memerlukan pemikiran,
perhatian mudah teralih.
Anak
dengan ADHD di Indonesia itu sendiri mencapai 26,4%, namun prevalensi anak dengan
ADHD di
seluruh dunia sebesar
3,4%. Memang bukan suatu jumlah yang banyak, karena berdasarkan survey lapangan
masih banyak orang tua terkadang tidak mengerti tentang gangguan tersebut bahwa
anaknya memiliki gangguan ADHD. Bahkan ada pula orang tua yang terlambat mengetahui anaknya
ADHD. Meski dengan prevalensi yang kecil, kita tetap harus memperhatikannya
agar tercipta perkembangan anak yang baik.
Tim PKM-PSH melakukan penelitian mengenai Efektivitas
PEGOLE (Perpaduan Lego Puzzle) untuk meningkatkan konsentrasi pada anak dengan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) selama 1 bulan di dua tempat yaitu di Sekolah Anargya dan Pusat Terapi Anargya Semarang.
Pada masing-masing anak akan dihadapkan dengan 5x
permainan yang berarti 5 set permainan yang terdiri dari gambar-gambar yang
berbeda dan dengan tingkat kesulitan yang berbeda pula. Satu set permainan akan
terdiri dari 4 gambar yang masing-masing mengelilingi 4 sisi kubus yang nampak.
Melalui terapi permainan PEGOLE (Perpaduan Lego
Puzzle) ini diharapkan konsentrasi pada anak-anak dengan ADHD dapat menjadi
lebih baik. Dengan konsentrasi yang membaik diharapkan pula mereka dapat
melakukan aktivitasnya, baik aktivitas saat
belajar maupun bermain dengan lancar tanpa adanya kendala atau kendala seperti
gagal menyelesaikan tugas dan kesulitan dalam mengatur aktivitas, dimana
kesulitan tersebut merupakan hasil dari
tindakan sulit berkonsentrasi.