Tunanetra adalah suatu
kondisi penglihatan
seseorang yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kerusakan pada
mata, saraf optik dan atau bagian otak yang mengolah stimulus visual. Penglihatan
sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari seseorang, sehingga kebutaan
menjadi suatu masalah dan bahkan bisa menjadikan seseorang kesulitan
menjalankan aktivitasnya.
Berdasarkan hasil
survei nasional tahun 1993-1996, angka kebutaan
di Indonesia mencapai 1,5%. Angka ini menempatkan Indonesia pada peringkat
pertama di Asia dan nomor dua di dunia setelah negara-negara di Afrika Tengah
sekitar Gurun Sahara untuk masalah kebutaan.
Sebagai
perbandingan, di Bangladesh, angka kebutaan
mencapai 1%, di India 0,7%, di Thailand 0,3%, Jepang dan Amerika Serikat
berkisar 0,1% sampai 0,3%. Jika ada 12 penduduk dunia yang buta dalam setiap 1
jam, empat di antaranya berasal dari Asia Tenggara dan dipastikan 1 orang dari
Indonesia.
Sampai saat ini
mayoritas penyandang tunanetra hanya menggunakan tongkat bantu untuk membantu
mereka berjalan. Hal tersebut tentunya kurang efisien dikarenakan kemampuan
tongkat yang hanya mampu mengetahui objek yang ada di depan penggunanya, ditambah lagi dengan keharusan
dari pengguna tongkat untuk terus mengayunkan tongkatnya berpotensi mengenai
hal – hal yang tidak diinginkan.
Berdasarkan
permasalahan tersebut muncullah ide kreatif dari mahasiswa Undip untuk
mengembangkan alat bantu tunanetra. Gagasan yang berjudul JETNET (Jaket
Tunanetra) dengan sensor jarak HC-SR04 dan Gyroscope untuk mendeteksi objek sekitar pengguna yang
diketuai oleh Teguh Kurniawan (T. Elektro 2015) dan beranggotakan Krismon
Budiono (T. Elektro 2016), Rose Mutiara Suin (T. Elektro 2017), dan Yuni
Prihatin Ningtyas (Kesehatan Masyarakat 2015) bersama dosen pembimbing Dr. Aris
Triwiyatno, S.T., M.T. tersebut
berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia melalui Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2017.
Prototipe yang
sedang dikembangkan ini terdiri dari dua jenis sensor, yaitu delapan sensor jarak HC-SR04 dan dua sensor
sudut Gyroscope yang dikendalikan oleh 2 buah Arduino Uno dan memiliki output berupa suara dari earphone
yang tersambung dengan modul MP3 dengan sumber tenaga baterai 7,2 V berkapasitas 1800 mAh. Semua sensor ditanamkan di
prototipe JETNET langsung dan untuk sistem kendali serta baterainya dimasukan
ke dalam kotak kecil yang diselipkan di belakang celana sehingga sangat praktis
dalam pemakaiannya.
JETNET pada
dasarnya berfungsi untuk mendeteksi objek sekitar pengguna dengan memanfaatkan kedua jenis sensor
tersebut. JETNET dapat mendeteksi objek – objek yang berada di
depan, serong kanan, serong kiri, kanan, dan kiri yang berjarak 3 meter, sehingga radius deteksinya mencapai 180º dan juga lubang yang
berada di depan penggunanya serta pengguna juga dapat mengetahui elevasi
kemiringan jalan. Dengan alat ini,
penyandang tunanetra seakan dapat melihat keadaan sekitar yang diinformasikan dengan
suara dari earphone yang mengindikasikan adanya objek.
Alat ini memiliki beberapa keunggulan
diantaranya (1) Adanya sistem kendali mikrokontroler berupa Arduino Uno. (2)
Waktu deteksi yang cepat sekitar 1 detik. (3) Bisa digunakan siapa saja. (4)
Praktis dalam penggunaannya. (5) Output berupa suara. (6) Harganya yang
ekonomis.
Tim JETNET berharap karyanya dapat
diaplikasikan dan berguna bagi penyandang tunanetra yang ada di Indonesia.
Sehingga dapat membantu mobilitas pengguna dan mengurangi angka kecelakaan yang
dialami penyandang tunanetra.