TK Shofa Marwah yang berada di
daerah Meteseh, Semarang nampak lebih ramai dari biasanya. Setelah diselidiki,
ternyata di TK tersebut sedang berlangsung Program Kreativitas Mahasiwa Pengabdian
Masyarakat (PKM-M) mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) mengenai pencegahan
kekerasan Seksual pada anak lewat program ”Sketsa! Stop kekerasan seksual pada
anak”, yang beranggotakan lima mahasiswa Psikologi Universitas Diponegoro yang terdiri dari Iftah Nur Indah Khikmatin,
Ferlana Altinuari Ruben, Ifti Aisha, Nenis Digdiyani serta Krisdianti Adinda pada
hari Sabtu tangal 29 April 2017.
Berdasarkan FGD yang telah
dilakukan sebelumnya kepada pihak orang tua dan guru diketahui bahwa mayoritas
orang tua masih beranggapan bahwa edukasi seksual merupakan hal yang tabu untuk
dibicarakkan, orang tua juga tidak tahu bagaimana cara menyampaikan edukasi
seksual kepada anak. Padahal fakta dilapangan, kekerasan seksual selalu
meningkat setiap tahunnya..
Kekerasan seksual pada anak
pelakunya tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, belakangan bahkan ditemukan
sesama anak-anak melakukan hubungan
seksual, selain itu ditemukan komunitas pedofil di facebook dengan nama “Official Candy's
Groups" yang saling berbagi konten pelecehan dan pencabulan terhadap
anak-anak. Hal itu tentunya sangat meresahkan orang tua.
Salah
satu penyebab banyak anak menjadi korban yaitu karena anak ini mudah di bujuk, dirayu, serta
ditakut-takuti. Anak juga belum tahu dampak perilaku yang dilakukannya. Padahal
dampak dari kekerasan seksual sangat banyak baik fisik maupun psikologis. Oleh sebab itu, tim PKM ini mencoba untuk
membuat program edukasi kepada anak yang mengajarkan bagaimana cara anak
menjaga dirinya sendiri dan peka terhadap situasi berbahaya sehingga anak tahu
apa yang harus dilakukan.
Berdasarkan
wawancara dengan Iftah selaku ketua PKM, acara hari Sabtu kemarin sempat
mengalami kendala.
“Kami
sempat panik karena keterlambatan pengiriman kostum untuk maskot hingga hari H.
Tapi kami tetap berusaha melakukan yang terbaik. Kami berhasil mencari
alternatif kostum dalam waktu yang sangat mepet, dan alhamdulillah masalah
kostum dapat teratasi, acara berjalan lancar, anak-anak juga antusias dengan
program kami,” ujarnya.
Rangkaian
program yang akan diberikan ini diharapkan dapat membuat anak bisa menjaga diri
sendiri sehingga dapat mengurangi angka kekerasan seksual pada anak.