Saran dan Masukan, BRT Undip-Unnes Perlu (Segera) Dibenahi


Bus Rapid Transit (BRT) Koridor 5 dan 6 telah resmi diluncurkan, Jumat (31/3) di Kampus Undip Tembalang. Peluncuran ini disambut gembira oleh masyarakat, khususnya mahasiswa setelah sempat tertunda cukup lama.

Di awal peluncurannya, koridor ini langsung diminati masyarakat. Apalagi ada promo gratis naik 3 hari pertamanya. Terlebih momentnya bertepatan saat akhir pekan. Rasanya sangat tepat untuk jalan-jalan sekaligus berpetualang bersama rekan dan keluarga.

Terbukti, banyak warga dan mahasiswa yang naik BRT koridor 6 pada weekend tersebut. Apalagi saat siang hari, BRT tampak penuh oleh para penumpang yang ingin mencoba sarana transportasi baru ini, khususnya warga Tembalang.

Di pintu masuk Waduk Pendidikan Diponegoro (Waduk Undip-red) misalkan, banyak sekali warga dan calon penumpang yang silih berganti naik turun mencoba BRT di halte/shelter yang ditempatkan di dekat Rusunawa Undip tersebut.

Ini menunjukkan minat masyarakat yang tinggi akan kehadiran BRT di awal peluncurannya.

Saya pribadi bersama beberapa teman termasuk penumpang yang menjajal BRT ini ke Unnes saat promo gratis naik 3 hari. Karena memang sudah sangat lama tidak berkunjung ke Unnes. Kami berangkat pada hari Sabtu, (1/4).

Terakhir kali saya ke Unnes pada 2013 lalu. Sehingga kehadiran BRT pada akhir Maret 2017 ini membuat saya ingin bernostalgia kembali merasakan kunjungan 4 tahun sebelumnya dengan suasana yang lain.

Ada 3 tujuan utama saya naik BRT ini saat promo gratis naik 3 hari pertama ini.

Pertama, karena saya belum pernah naik BRT. Maka ‘wajar’ promo ini saya manfaatkan. Kedua, ingin jalan-jalan bersama teman-teman saya tadi. Karena sudah lama juga tidak jalan-jalan bareng teman. Dan ketiga, ingin sekaligus menengok kembali kampus yang beberapa waktu lalu merubah logo universitasnya itu. Ingin melihat perkembangannya secara langsung disana. Apa saja yang sama, dan apa yang sudah berubah.

Setidaknya lumayan 3 hal itu dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas BRT yang sedang promo gratis. Karena cukup memakai 1 armada transportasi saja. Tidak perlu ganti-ganti armada.

BRT VS PICKUP, SEBUAH PERINGATAN DINI

Ditengah suasana senang adanya BRT, Minggu, (2/4), terjadi insiden kecelakaan yang melibatkan BRT jurusan Undip-Unnes dengan mobil pickup di Jalan Pawiyatan Luhur dekat Kampus Unika.

Usut punya usut, ternyata insiden ini terjadi karena bus berusaha menghindari kabel yang melintang di atas jalan (Tribunnews). Dari arah yang berlawanan sebuah pickup tengah melaju. Bus tak sempat mengerem, sehingga tabrakan pun tak terhindarkan. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam insiden ini.

Saat pertama kali mengetahui peristiwa ini, saya cukup kaget karena terjadi belum lama setelah diluncurkan. Apalagi termasuk orang yang menjajal naik BRT saat promo. Beberapa netizen di dunia maya juga turut memberikan responnya terkait hal ini.

Dari pengalaman naik BRT, medan di dekat Kampus Unika memang ekstrem untuk dilalui. Pengendara motor saja perlu berhati-hati. Apalagi bus. Tanjakannya curam dan ada jalan yang relatif sempit, serta minimnya marka jalan dan rambu-rambu membuat supir seperti bus BRT harus ekstra hati-hati.

Kalau dari Jembatan Besi ke Kampus Unnes, tanjakannya sangat panjang. Belum lagi kontur tanah yang bergelombang serta ranting dan dahan pohon yang mengarah ke jalan di beberapa lokasi.

Jika dibandingkan tahun 2013, kondisi jalan di sekitar Kampus Unika tidak berbeda jauh. Menanjak dan curam. Sedangkan dari Jembatan Besi sampai Kampus Unnes, setidaknya sudah ada peningkatan adanya betonisasi jalan sehingga lebih mulus dan tahan lama. Berbeda pada 2013 yang sebagian besar beraspal.

Insiden BRT vs Pickup dekat Kampus Unika setidaknya menjadi alarm sekaligus peringatan dini untuk kita semua bahwa jalur koridor 6 masih perlu dikaji dan dibenahi lebih matang.

Masih bisa bersyukur karena kejadian ini tidak sampai memakan korban jiwa. Sehingga minat dan kepercayaan masyarakat, khususnya mahasiswa kepada BRT ini masih ada melalui harapan akan adanya perbaikan kinerja ke depannya.

Jelas, akan jauh berbeda ceritanya jika sampai memakan korban jiwa. Apalagi diawal-awal peluncuran.

PERLU (SEGERA) DIBENAHI

Insiden BRT vs Pickup jelas menjadi alarm peringatan dini bagi kita semua. Baik dari segi infrastruktur, pengelola/penyedia BRT, sopir, maupun penumpang itu sendiri.

Infrastruktur

Dari segi infrastruktur, jalur koridor 6 perlu segera dipasang rambu-rambu dan marka jalan. Ini dulu yang penting.

Disisi lain, di beberapa lokasi juga terdapat ranting dan dahan pohon yang melintang ke arah jalan.

Sedikit cerita, selain kabel melintang yang menyebabkan tabrakan BRT vs Pickup, pada tanjakan menuju Kampus Unnes juga ada insiden kecil yang menimpa BRT. Ini terjadi saat saya bersama teman saya naik BRT ke Unnes, Sabtu (1/4).

Kaca spion BRT saat itu menyenggol sebuah pelepah pisang yang telah matang dipinggir jalan lantaran pelepah pisang itu mengarah ke jalan raya ditanjakan menuju Kampus Unnes Sekaran.  Suara senggolan tersebut cukup keras sehingga terdengar oleh penumpang. Dan apa yang terjadi?

Ternyata, senggolan tersebut membuat kaca spion BRT sebelah kiri patah. BRT pun memberhentikan sejenak lajunya dan petugas BRT mengambil spion yang patah tersebut. Alhasil, setelah itu BRT melaju dalam keadaan spion patah.

Oleh karena itu, petugas terkait hendaknya segera melakukan survey lapangan untuk merapikan dahan pohon maupun ranting disepanjang jalur koridor 6 untuk memastikan keamanan.

Selain itu, hal yang tak kalah penting tentang infrastruktur adalah halte atau shelter BRT. Masih dimaklumi jika diawal-awal peluncuran kondisi halte dalam keadaan tanpa marka untuk tanda jalur bus. Karena masih portable, dalam uji coba penyesuaian untuk melihat antusiasme masyarakat.

Namun setelah masa penyesuaian, segera dibuat marka dan rambu-rambu BRT agar sekitar halte steril. Serta mengimbau kendaraan lain agar memprioritaskan jalan untuk BRT yang melayani masyarakat umum.

Halte hendaknya juga ditempatkan dengan adanya jalur pedestrian atau pejalan kaki. Terutama agar saat hujan tidak becek. Karena mayoritas pengguna BRT adalah masyarakat yang berjalan kaki ke halte.

Pengelola/penyedia BRT

Untuk pengelola BRT, hal yang utama adalah kelayakan bus. Terutama untuk medan menanjak yang banyak ditemui di koridor 6. Dipastikan bahwa BRT kuat untuk menanjak. Remnya berfungsi dengan baik. Jika lolos uji kelayakan, dipastikan pula validitasnya. Karena ini menyangkut nyawa penumpang.

Selain itu, kondisi dalam BRT juga perlu diperhatikan. Saat promo kemarin, masih didapati AC BRT yang bocor, sehingga penumpang yang duduk ‘ketrocohan’ air AC yang menetes. Bahkan ada yang tidak ingin duduk karena AC bocor tersebut.

Supir

Supir menjadi sangat penting karena yang memegang kendali bus. Keselamatan para penumpang berada di tangan supir. Supir BRT yang disiplin, tidak ugal-ugalan, tentu membuat penumpang merasa nyaman.

Hal yang tak kalah penting bagi supir adalah kemampuan mengendalikan bus di medan tanjakan koridor 6 yang banyak dijumpai. Jika perlu, sopir bisa diajak dan dilatih untuk mengenal medan terlebih dahulu di kawasan tersebut.

Selain itu, sopir juga hendaknya sadar akan kapasitas penumpang yang diangkutnya. Jika sekiranya sudah penuh meski belum kapasitas maksimum dari BRT, lebih baik memberi tahu calon penumpang agar naik BRT yang lain. Jika pengelola menjamin BRT “on time”, penumpang tidak perlu khawatir, karena kedatangan BRT sekitar 10 menit sekali.

Penumpang

Untuk penumpang juga diharapkan tertib saat naik BRT. Tidak membuang sampah sembarangan di dalam bus, dan sebagainya. Walaupun sebenarnya sudah ada petugas kebersihan. Namun alangkah baiknya penumpang juga memberi contoh dan kenyamanan kepada yang lain.

PENUTUP

Itu tadi sekilas cerita, pengalaman, dan masukan untuk BRT koridor 6. Karena memang jalur ini berbeda dengan yang lainnya. Penumpangnya pun ‘spesial’ karena koridor ini diprioritaskan untuk mahasiswa.

Sehingga, koridor 6 ini bisa dikatakan sebagai "jembatan penghubung" antara 2 perguruan tinggi bersaudara, Kampus Undip Tembalang dan Kampus Unnes Sekaran, yang selama ini keduanya dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh

Semoga dengan kehadiran BRT koridor 6 ini membuat masyarakat nyaman dalam melakukan perjalanan. Juga, tetap ramah dan bersahabat dengan angkot nantinya.

Dan bagi mahasiswa, selain untuk bepergian, semoga kehadiran BRT ini bisa menjadi sarana untuk mempermudah silaturahim dengan teman-temannya di tempat lain, di kampus lain, khususnya Kampus Unnes. Sehingga kehadiran BRT yang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat ini bisa dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa dan khalayak umum.

Demikian tulisan ini dibuat. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan, kekurangan, dan hal yang kurang berkenan. Semangat selalu untuk pengelola BRT dalam memberikan pelayanan. Semoga berkah dan bermanfaat. Aamiin…

Salam…
Semarang, 5 April 2017

Oleh:
Aji Kurniawan AP
S1 Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro