Sebuah peradaban yang baik akan
terlahir dari tempat dan lingkungan yang baik pula. Masjid memiliki banyak nilai
religius dan prestisius bagi bangkitnya peradaban suatu bangsa dan negara.
Turki telah mampu membuktikannya, bagaimana saat ini Turki bisa bangkit kembali
setelah cukup lama terapung-apung dalam lingkaran sekuler dan liberalisasi yang
digembar-gemborkan oleh para pemimpin sekuler. Masjid-masjid dilarang untuk
dimasuki, pendidikan-pendidikan Islam dilarang untuk diajarkan dan berbagai hal
lainnya yang menghalang-halangi syariat Islam ditegakkan.
Kemudian, semasa Presiden
Erdogan menjabat. Beliau merubah semua budaya itu. Akhirnya, masjid dijadikan
sebagai pusat pergerakan dan kebangkitan umat Islam. Seluruh rakyat diserukan
untuk memenuhi panggilan Allah dari masjid-masjid terdekat setiap subuh,
sehingga masjid-masjid di Turki di kala subuh sesak dengan ratusan orang yang
berbondong-bondong pergi ke masjid untuk menunaikan solat jamaah shubuh.
Inilah rahasia kenapa saat ini
Turki bisa kuat dari berbagai aspek, karena rakyatnya bisa bersatu dan kuat
memegang bara keislamannya. Ratusan tahun sebelumnya, Rasulullah telah
mencontohkan lebih dahulu bagaimana masjid dijadikan sebagai pusat ekonomi,
politik bahkan militer. Begitu dahsyatnya peran dari sebuah masjid. Selain
tempat peribadatan, ia juga memiliki fungsi sebagai lahirnya sebuah peradaban
kebaikan.
Pada tanggal 14 Oktober 2015,
menjadi sejarah yang tak terlupakan. Tercetuslah sebuah Gerakan Shubuh Jama’ah Nasional (GSJN) yang
diinisiasi oleh gabungan mahasiswa muslim yang tergabung dalam Forum
Silaturahin Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) yang saat itu dikomandoi
oleh Muhammad Syukri sebagai Ketua FSLDKN. Saat itu tagline yang diangkat
adalah Dari Masjid Indonesia Bangkit. Deklarasi itu terpusat di
Universitas Sebelas Maret sebagai markas komando FSLDKN saat itu. Universitas
Diponegoro pun salah satu yang terlibat dalam pendiriannya.
Gerakan Subuh Jamaah Nasional (GSJN)
terbentuk atas dasar keinginan untuk menumbuhkan kebiasaan solat subuh
berjamaah di masjid bagi kalangan pemuda-pemuda Islam masa kini khususnya para
pemuda intelektual (mahasiswa-red). Sejarah telah membuktikan, bahwa sejatinya masjid
memiliki peran penting dalam menciptakan suatu peradaban yang baik bagi bangsa
dan negara.
Tepat 1 Muharram 1437 H yang
jatuh pada tanggal 14 Oktober 2015, dilaksanakanlah secara serentak Gerakan Shubuh Jama’ah Nasional yang terpusat di
masjid-masjid kampus diseluruh Indonesia. Tercatat ada sekitar 25 Masjid Kampus
yang terlibat dalam deklarasi ini, yang tersebar di kota-kota besar di
Indonesia. Meliputi, Aceh, Semarang, Bandung, Jakarta, Pontianak, Solo,
Surabaya, Lampung dan kota-kota lainnya.
Di Universitas Diponegoro
sendiri saat itu pelaksanaannya terpusat di Masjid Kampus Undip. Hampir 1000
jamaah memenuhi masjid kampus untuk melaksanakan solat subuh jamaah. Acara itupun
dihadiri langsung oleh Wakil Rektor III Bapak Budi Setyono yang mewakili Rektor
yang saat itu berhalangan hadir untuk memberikan sambutan dan siraman ruhani
kepada seluruh jamaah solat subuh. Setelah deklarasi ini, selanjutnya gerakan shubuh jama’ah nasional rutin
dilaksanakan satu bulan sekali di Masjid Kampus Undip dan masjid-masjid kampus
lainnya di seluruh Indonesia.
Dalam hitungan hari ke
depan, Gerakan
Shubuh
Jama’ah
Nasional ke-13 akan kembali dilaksanakan di Masjid Kampus Universitas
Diponegoro tepatnya pada tanggal 1-2 Oktober 2016 bersamaan dengan rangkaian
milad GSJN yang pertama. Akan diawali dengan kajian di malam harinya tanggal 1
Oktober 2016 dan dilanjutkan solat shubuh berjama’ah di pagi harinya tanggal 2 Oktober 2016.
Adapun tema yang diangkat pada
GSJN ke 13 adalah Bangkit Untuk Berjaya, Membangun Peradaban Indonesia. Dan pelaksanaannya
pun akan serentak diseluruh masjid-masjid kampus di Indonesia. Jika tidak ada
halangan akan hadir pula Rektor Universitas Diponegoro. Mari ajak kawan, teman,
sahabat dan keluarga untuk hadir bersama-sama dalam gerakan subuh jamaah
nasional ini. (Ikhwan/Mahasiswa)