Preview GSJN Undip #13 : Dari Masjid Indonesia Bangkit


Sebuah peradaban yang baik akan terlahir dari tempat dan lingkungan yang baik pula. Masjid memiliki banyak nilai religius dan prestisius bagi bangkitnya peradaban suatu bangsa dan negara. Turki telah mampu membuktikannya, bagaimana saat ini Turki bisa bangkit kembali setelah cukup lama terapung-apung dalam lingkaran sekuler dan liberalisasi yang digembar-gemborkan oleh para pemimpin sekuler. Masjid-masjid dilarang untuk dimasuki, pendidikan-pendidikan Islam dilarang untuk diajarkan dan berbagai hal lainnya yang menghalang-halangi syariat Islam ditegakkan.

Kemudian, semasa Presiden Erdogan menjabat. Beliau merubah semua budaya itu. Akhirnya, masjid dijadikan sebagai pusat pergerakan dan kebangkitan umat Islam. Seluruh rakyat diserukan untuk memenuhi panggilan Allah dari masjid-masjid terdekat setiap subuh, sehingga masjid-masjid di Turki di kala subuh sesak dengan ratusan orang yang berbondong-bondong pergi ke masjid untuk menunaikan solat jamaah shubuh.

Inilah rahasia kenapa saat ini Turki bisa kuat dari berbagai aspek, karena rakyatnya bisa bersatu dan kuat memegang bara keislamannya. Ratusan tahun sebelumnya, Rasulullah telah mencontohkan lebih dahulu bagaimana masjid dijadikan sebagai pusat ekonomi, politik bahkan militer. Begitu dahsyatnya peran dari sebuah masjid. Selain tempat peribadatan, ia juga memiliki fungsi sebagai lahirnya sebuah peradaban kebaikan.

Pada tanggal 14 Oktober 2015, menjadi sejarah yang tak terlupakan. Tercetuslah sebuah Gerakan Shubuh Jamaah Nasional (GSJN) yang diinisiasi oleh gabungan mahasiswa muslim yang tergabung dalam Forum Silaturahin Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) yang saat itu dikomandoi oleh Muhammad Syukri sebagai Ketua FSLDKN. Saat itu tagline yang diangkat adalah Dari Masjid Indonesia Bangkit. Deklarasi itu terpusat di Universitas Sebelas Maret sebagai markas komando FSLDKN saat itu. Universitas Diponegoro pun salah satu yang terlibat dalam pendiriannya.

Gerakan Subuh Jamaah Nasional (GSJN) terbentuk atas dasar keinginan untuk menumbuhkan kebiasaan solat subuh berjamaah di masjid bagi kalangan pemuda-pemuda Islam masa kini khususnya para pemuda intelektual (mahasiswa-red). Sejarah telah membuktikan, bahwa sejatinya masjid memiliki peran penting dalam menciptakan suatu peradaban yang baik bagi bangsa dan negara.

Tepat 1 Muharram 1437 H yang jatuh pada tanggal 14 Oktober 2015, dilaksanakanlah secara serentak Gerakan Shubuh Jamaah Nasional yang terpusat di masjid-masjid kampus diseluruh Indonesia. Tercatat ada sekitar 25 Masjid Kampus yang terlibat dalam deklarasi ini, yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Meliputi, Aceh, Semarang, Bandung, Jakarta, Pontianak, Solo, Surabaya, Lampung dan kota-kota lainnya.




Di Universitas Diponegoro sendiri saat itu pelaksanaannya terpusat di Masjid Kampus Undip. Hampir 1000 jamaah memenuhi masjid kampus untuk melaksanakan solat subuh jamaah. Acara itupun dihadiri langsung oleh Wakil Rektor III Bapak Budi Setyono yang mewakili Rektor yang saat itu berhalangan hadir untuk memberikan sambutan dan siraman ruhani kepada seluruh jamaah solat subuh. Setelah deklarasi ini, selanjutnya gerakan shubuh jamaah nasional rutin dilaksanakan satu bulan sekali di Masjid Kampus Undip dan masjid-masjid kampus lainnya di seluruh Indonesia.

Dalam hitungan hari ke depan, Gerakan Shubuh Jamaah Nasional ke-13 akan kembali dilaksanakan di Masjid Kampus Universitas Diponegoro tepatnya pada tanggal 1-2 Oktober 2016 bersamaan dengan rangkaian milad GSJN yang pertama. Akan diawali dengan kajian di malam harinya tanggal 1 Oktober 2016 dan dilanjutkan solat shubuh berjamaah di pagi harinya tanggal 2 Oktober 2016.


Adapun tema yang diangkat pada GSJN ke 13 adalah Bangkit Untuk Berjaya, Membangun Peradaban Indonesia. Dan pelaksanaannya pun akan serentak diseluruh masjid-masjid kampus di Indonesia. Jika tidak ada halangan akan hadir pula Rektor Universitas Diponegoro. Mari ajak kawan, teman, sahabat dan keluarga untuk hadir bersama-sama dalam gerakan subuh jamaah nasional ini. (Ikhwan/Mahasiswa)