Oleh : Roviqoh, S1 Teknik Kimia
Undip 2015
Tekonologi berkembang seiring
perkembangan zaman. Begitu juga dalam teknologi pangan, muncul istilah
nanomaterial. Lantas apa itu nanomaterial? Nanomaterial merupakan material yang
mempunyai ukuran dalam skala nanometer yaitu berkisar antara 1-100 nm.
Nanomaterial dibidang pangan
dapat meningkatkan nilai gizi dan digunakan sebagai pembungkus makanan atau
sering disebut smart packaging untuk optimasi daya tahan produk. Berdasarkan
studi yang dilakukan oleh Helmut Conculty dilapokan bahwa, pengaruh nano
teknologi meningkat pesat pada industry kemasan dalam beberapa tahun terakhir.
Aplikasi nanoteknologi pada
kemasan pangan antara lain :
1. Meningkatkan tampilan
(performance) bahan kemasan Dengan menambahkan partikel nano, dapat diperoleh
kemasan yang lebih ringan, lebih kuat, lebih kaku, tahan api, mempunyai sifat
mekanis dan ketahanan panas yang lebih baik.
2. Memperpanjang masa simpan
(shelf life) dari pangan yang dikemas Tujuan utama adalah untuk memperpanjang
masa simpan (shelf life) yang dilakukan dengan cara meningkatkan fungsi
hambatan (barrier) pertukaran gas, kelembaban, termasuk pengaruh dari paparan
sinar UV. Sebagai contoh adalah DuPont Light Stabilizer 1210 yaitu plastik yang
mengandung nano-TiO2 yang dapat mengurangi kerusakan pangan oleh sinar UV pada
kemasan transparan.
3. Nanopackaging yang dapat
melepaskan senyawa kimia (Chemical-release nanopackaging) Nanopackaging yang
dapat melepaskan bahan kimia memungkinkan kemasan pangan untuk berinteraksi
dengan pangan didalamnya. Pertukaran dapat terjadi pada kedua arah. Kemasan
dapat melepaskan antimikroba, antioksidan, rasa, aroma, atau neutracuetical
dalam skala nano ke dalam makanan atau minuman untuk memperpanjang masa simpan
atau untuk meningkatkan rasa atau aromanya.
4. Kemasan dan bahan kontak yang
berbahan antimikroba Berbeda dengan tipe sebelumnya, yang akan melepaskan
antimikroba berdasarkan pemicunya, tipe ini menggabungkan antimikroba nano ke
dalam kemasan pangan dan bahan kontak pangan, yang dirancang tidak untuk
terlepas, akan tetapi komponen dalam kemasan itu sendiri yang berperan sebagai
antimikroba. Produk ini umumnya menggunakan perak nanopartikel, nano seng
oksida atau nano klorin oksida.
5. Kemasan dengan nano-sensor dan
pelacak (track and trace) Kemasan dilengkapi dengan nanosensor yang didesain
untuk memantau kondisi produk pangan baik internal maupun eksternal, misalnya
memonitor temperature atau kelembaban dan memberikan informasi tentang kondisi
tersebut misalnya melalui perubahan warna. Contoh dari kemasan nanosensor
(masih dalam pengembangan) adalah karbon nanotube berdinding ganda
(multi-walled carbon nanotube) berbasis biosensor yang dapat digunakan untuk
mendeteksi mikroorganisme, protein beracun, atau kerusakan pada makanan dan
minuman.
6. Kemasan Nano biodegraable
Penggunaan nanometerial pada bioplastik (biodegradable) menjadikan kekuatan
boplastik meningkat dengan tetap bersifat ramah lingkungan. Salah satu aplikasi
lain dari nanoteknologi pada bahan kontak pangan yaitu pelapis nano yang dapat
dikonsumsi (edible), yang dapat digunakan pada daging, keju, buah dan sayuran,
permen, produk roti dan makanan saji. Saat ini nanoteknologi memungkinkan
pengembangan pelapis nano yang dapat dikonsumsi dengan tebal hanya 5 nm, yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pelapis ini dapat menahan (barier)
kelembaban dan pertukaran gas, berperan sebagai media penghantar warna, rasa,
antioksidan, enzim dan antibrowning agent, dan dapat meningkatkan masa simpan
(shelf life), walaupun kemasannya sudah dibuka.