Kabar
cukup menghebohkan datang dari penyedia aplikasi pesan singkat Line@ (Line). Pengguna
sosial media dibuat resah lantaran beredar kabar bahwa tahun depan (2017-red) Line@ sudah
berbayar US$ 50 (sekitar Rp700.000-red) per bulan jika ingin menikmati layanan Line@
secara utuh. Jika tidak, hanya bisa posting di timeline 4x dalam sebulan.
Beredarnya kabar ini mulai santer pada Rabu, 13 Juli 2016 oleh para pengguna Line, khususnya
yang memiliki Official Account (OA).
![]() |
Kabar yang beredar Line@ akan berbayar |
Belakangan,
ditemukan berita bahwa pihak Line akan melakukan dua Initial Public Offering (IPO) di bursa saham New York dan Tokyo. Dan
untuk meyakinkan investor, Line harus menaikkan nilai perusahaannya sebesar USD
1 Milliar agar bisa terdaftar.
Meski kabar
Line@ berbayar baru santer pada Juli 2016, ternyata berita terkait IPO dari
pihak Line sudah ada sejak bulan Juni 2016. Berikut berita yang dimaksud :
Menuju IPO, Line Sulit Yakinkan
Investor
Line
dijadwalkan melakukan dua Initial Public Offering (IPO) dalam tiga pekan lagi.
Kesulitan meyakinkan investor, jalan Line untuk melantai di bursa saham tidak
mulus.
Perusahaan
yang dikenal dengan karakter stikernya yang imut-imut ini harus menaikkan nilai
perusahaannya sebesar USD 1 miliar untuk terdaftar di bursa saham New York dan
Tokyo bulan depan, sehingga valuasi Line bisa lebih dari USD 5 miliar.
Jika
berhasil mencapai valuasi sebesar itu, Line akan menorehkan sejarah IPO
perusahaan teknologi terbesar di 2016. Namun para manager pendanaan dan
investor agaknya skeptis dengan pasar Line dan prospek ekspansinya.
Mereka
juga mempertanyakan apakah strategi iklan yang dijalankan Line akan bekerja
dengan baik. Dalam pengajuan IPO-nya, Line menyebutkan akan memanfaatkan empat
pasar utamanya, yakni Jepang, Thailand, Indonesia dan Taiwan.
"Line
berupaya menghasilkan lebih banyak pendapatan dari layanan seperti iklan dan
menawarkan lebih banyak produk yang disesuaikan dengan rasa lokal," tulis
Line, seperti dilansir Fortune, Senin (27/6/2016).
Jelang
IPO, Line memang mulai membuka sejumlah informasi keuangan yang sebelumnya
dijaga ketat dari publik, salah satunya mengenai keuntungan yang diperolehnya
dari berjualan stiker.
Brown,
Moon, Cony, James dan Sally tak hanya menggemaskan, tetap juga membantu Line
mendulang untung triliunan setiap tahunnya. Line bisa menghasilkan lebih dari
USD 20 juta per bulan dari berjualan sticker karakter.
Stiker
bukan satu-satunya ladang uang bagi Line. Dalam pengajuan IPO-nya, Line juga
mengungkap USD 18,8 juta didapatnya dari penjualan merchandise dan kesepakatan
lisensi karakter-karakternya tersebut. Angka ini naik dua kali lipat dari
pencapaian di 2014.
"Penyesuaian
layanan sesuai dengan 'rasa' lokal dan pemasaran stiker yang kami lakukan
sangat penting," kata CEO Line Takeshi Idezawa.
Meski
pendapatan Line dari Brown cs menggembirakan, nyatanya tak cukup membuat para
manager pemodal luluh. Berdasarkan pengawasan mereka, pertumbuhan Line di pasar
aplikasi messaging global terbilang lambat.
"Saya
tidak tertarik. Pertumbuhannya ke depan sangat buruk," kata Yasuo Sakuma,
Portfolio Manager dari perusahaan investasi Bayview Asset Management.
"Di
antara empat negara yang menjadi fokusnya, hanya Indonesia yang punya ruang
besar bagi pertumbuhannya. Meski demikian, prospek bisnisnya pun tak semudah
itu," sambungnya. (Detik.com, diterbitkan Senin, 27/06/2016 Pukul 16:00
WIB/Via Info3sma)
Jika memang kabar ini benar dan seperti ini adanya, bagaimana “nasib” OA yang selama ini
sudah ngeksis di dunia maya dan
memiliki followers banyak hingga hitungan jutaan jumlahnya? Seperti OA kampus,
portal berita, online shop, dan
lain-lain?
Menanggapi
hal ini, pengguna Line pun tak tinggal diam dan membuat petisi untuk
ditandatangani agar kebijakan berbayar Line@ ditinjau kembali jika benar demikian. Berikut link petisinya
:
(Sumber : Detik/Info3sma)
KAMPUSUNDIP.COM
- Ringan Mencerdaskan -