SEMARANG (Kampusundip.com) - Pohon
ketapang merupakan pohon yang lazim ditemui sebagai peneduh di kanan kiri jalan
protokol, lahan kosong, atau di tempat parkir. Keberadaan pohon ini memberikan manfaat
karena mampu menyerap CO2 sekaligus meneduhkan lingkungan sekitar.
Tak banyak orang tahu bahwa pohon ketapang memiliki potensi lebih dari sekadar
peneduh. Biji dari buahnya ternyata memiliki rasa yang unik dan mirip dengan
kacang almond. Tak heran, biji buah ketapang ini sering disebut sebagai tropical almond. Belum termanfaatkannya
buah ketapang beserta bijinya ini menyebabkan potensi ini terbuang begitu saja.
Sering kali karena produksinya yang begitu melimpah, buah yang berjatuhan
justru mengotori lingkungan.
Empat mahasiswa
Ilmu Gizi Universitas Diponegoro Semarang, Rr. Annisa Ayuningtyas, Zahra
Maharani, Ratih Wijayanti, dan Vivilia Niken melirik potensi ini untuk
dikembangkan menjadi jajanan yang unik. “Kami memanfaatkan biji buah ketapang
sebagai bahan baku pembuatan cookies
kami,” Terang Annisa. Produk dengan brand
KUKIKATA ini menjadi salah satu penerima dana hibah bersaing Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2016. Di bawah asuhan Ninik Rustanti, STP.,
M.Si., keempat mahasiswa ini mengembangkan KUKIKATA sebagai produk oleh-oleh
khas Semarang.
“Selama ini produk
oleh-oleh yang terkenal dari Semarang masih seputar bandeng presto, wingko
babat, moaci, dan lumpia. Kami ingin menciptakan jajanan yang tahan lama, unik,
dan praktis dibawa sebagai oleh-oleh, kemudian tercetuslah KUKIKATA.” Kata
Annisa selaku ketua PKM.
Produk ini saat ini
masih diproduksi dalam skala rumah tangga, namun harapan lebih lanjut dapat
diproduksi dalam skala yang lebih besar. Keempat mahasiswa ini optimis bahwa
kelak KUKIKATA dapat menjadi oleh-oleh khas Kota Semarang yang dikenal di
kancah nasional. Hal ini karena Kota Semarang merupakan gerbang pariwisata
Provinsi Jawa Tengah yang trend kunjungannya meningkat dari tahun ke tahun,
sehingga apabila dikombinasikan dengan pemasaran yang baik, KUKIKATA dapat
dikenal wisatawan dan menjadi oleh-oleh khas yang lebih variatif di samping
bandeng presto, lunpia, dan wingko babat. (KUC/Tim PKM Undip)