Permasalahan Sampah di Indonesia saat ini masih belum
terselesaikan. Hampir semua daerah di Indonesia
mengalami hambatan yang
sama
dalam pengelolaan sampah
karena lemahnya sistem
manajemen, kelembagaan, dukungan
biaya, sarana/
prasarana dan peran serta
masyarakat sehingga
perlu ada inovasi yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sampah
merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, karena setiap aktifitas
manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/ material yang
kita gunakan sehari-hari. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
sisa makanan dan
bahan sisa
proses pengolahan makanan atau
sampah basah, sampah kering,
perabotan rumah
tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun.
(Dainur, 1995). Biasanya jenis sampah
ini langsung dibuang pada tempat pembuangan sampah, yaitu TPA.
TPA di daerah wilayah Indonesia masih tergolong banyak yang tidak memiliki
sistem pendaur ulangan
sampah yang efektif.
Salah
satu solusi dalam mengatasi permasalahan sampah tersebut adalah pemanfaatan pembakaran
sampah
sebagai
sumber energi
panas
yang ramah
lingkungan sehingga diperlukan suatu energi
terbarukan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, melalui program kreativitas
mahasiswa (PKM), lima mahasiswa Undip dari Jurusan Teknik Elektro dan Fisika yakni Muhammad Alfin, Arif Muslih Jainudin, Aprilia Ayu Andariny, Salsabila Naqiyah, serta Bimo
Bagaskoro menciptakan prototype “Palapa Energi : Pembangkit
Listrik Portable Tenaga
Panas Sampah.”
Palapa Energi merupakan teknologi
portable pengkonversi energi panas hasil pembakaran sampah menjadi energi
listrik. Menggunakan susunan seri modul Termoelektrik, alat ini mampu
mengasilkan listrik berskala rumah tangga yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk
desa untuk penerangan serta keperluan rumah tangga lainnya. Alat ini terdiri
dari pembakaran sampah, peralatan pengkonversi energi yaitu termoelektrik serta
baterai sebagai tempat penyimpanan listrik sementara.
“Harapan dari inovasi alat ini
dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan satu
desa
di Indonesia khususnya di Kabupaten Semarang seperti penerangan,
penggunaan
mesin listrik dan peralatan listrik
lain. Serta dapat
mengurangi tingkat ketimpangan rasio elektrifikasi antara perkotaan dan
pedesaan,“ ujar Ketua dari Tim PKM dari Palapa Energi, Muhammad Alfin A
dari Jurusan Teknik Elektro.
(KUC/Salsabila)
- Ringan Mencerdaskan-