Mahasiswa Undip Kembangkan Sel Surya DSSC Sebagai Energi Alternatif


SEMARANG (Kampusundip.com) - Di era teknologi maju dan canggih ini, kebutuhan energi di segala bidang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Data dari International Energy Agency tahun 2013 menjelaskan bahwa kebutuhan energi meningkat rata-rata 1.6% per tahun hingga tahun 2020 dan diperkirakan akan meningkat cukup tinggi seiring dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi dunia. Ironisnya, persediaan energi fosil berkurang drastis dari tahun ke tahun dan diprediksi akan habis pada tahun 2050.

Untuk itu, industri energi dan para ilmuwan berlomba-lomba untuk mengembangkan energi alternatif terbarukan untuk menggantikan energi primer yang sering digunakan. Dari sekian banyak energi alternatif terbarukan, sel surya merupakan salah satu yang paling potensial karena daya radiasi matahari yang menyinari bumi sekitar 165.000 terawatt/hari sehingga mampu menghasilkan energi yang cukup baik.

Berdasarkan data tersebut, para mahasiswa Fisika Universitas Diponegoro tengah mengembangkan sel surya tersensitasi pewarna atau yang dikenal dengan Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan. Mereka adalah Alvin Muhammad Habieb, Adi Prasetio, dan Ilham Alkian. Di bawah bimbingan dosen Fisika UNDIP Dr. Eng. Hendri Widiyandari M.Si.

Mereka mengembangkan DSSC berbasis bahan semikonduktor Titanium dioksida (TiO2) dan Mangan oksida (MnO2) yang dibiayai oleh DIKTI melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta 2016.

“Kami mengembangkan DSSC berbasis material semikonduktor Titanium dioksida karena senyawa tersebut memiliki sifat fotovoltaik yang tidak kalah dengan silikon yang selama ini dipakai industri pembuatan sel surya. Material MnO2 berfungsi untuk menurunkan celah pita energi dari TiO2 ” ujar Alvin sebagai ketua tim penelitian DSSC.

Menurutnya, silikon memiliki efisiensi yang tinggi dalam pembuatan sel surya. Tetapi di sisi lain, silikon merupakan bahan kimia yang cukup berbahaya bagi kesehatan dan biaya produksinya tergolong mahal. “Maka dari itu, kami memakai kedua senyawa tersebut karena tergolong ramah lingkungan dan berbiaya murah,” ujar Alvin menambahkan. Pembuatan DSSC ini hanya memakan waktu sekitar satu minggu di laboratorium Fisika Material Universitas Diponegoro.

Pembuatan ini dimulai dari mensintesis senyawa Titanium dioksida dan Mangan oksida hingga memfabrikasi menjadi DSSC. “Kami telah menguji hasil DSSC kami di berbagai tempat, seperti laboratorium Teknik mesin UNS, ITB, ayam dan Laboratorium Terpadu. Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan sebagai studi awal pembuatan DSSC,” ujar Adi.

Diharapkan melalui pembuatan DSSC ini, dapat memberikan manfaat bagi pengembangan energi terbarukan bagi masyarakat. (KUC/Tim PKM Undip)

#FisikaJuara
#FisikaDiHatiSemangatPenuhAspirasi

- Ringan Mencerdaskan -
LINE : 
https://line.me/ti/p/%40mfz4715g