MAGELANG (Kampusundip.com) - MEA akan dan sedang
dihadapi oleh masyarakat ASEAN, termasuk masyrakat Indonesia. Untuk menghadapi
persaingan global maka diperlukan suatu jiwa kemandirian dan daya saing agar
bisa bertahan dalam era ini. Jiwa
kemandirian dalam berwirausaha merupakan hal yang sangat penting untuk
ditanamkan sedini mungkin. Khususnya bagi mereka yang secara ekonomi belum
beruntung secara agar kemandirian dalam berwirausaha tersebut menjadi jalan untuk
memperbaiki hidup dalam hal ekonomi. Namun, gerakan entrepreneurship ini belum banyak yang menjadikan anak-anak usia
dini yang menjadi objek.
Dalam berwirausaha tentunya anak-anak dididik untuk menjadi seorang yang
inovatif, kreatif dan mampu merealisasikan ide-idenya tersebut di tengah segala
keterbatasan yang ada pada dirinya serta mampu mewujudkan kreatifitasnya
tersebut agar kesejahteraan diri di lingkungan dan masyarakatnya meningkat.
Dengan diberikannya skill kemandirian
dalam berwirausaha ini maka anak-anak
yang menjadi generasi muda Indonesia memiliki mental pengusaha dan siap untuk
mengarungi kehidupan ini.
Untuk itu, mahasiswa
Undip yang tergabung dalam tim PKMM melakukan pengabdian kepada anak-anak panti
lewat kegiatan bernama Gerakan PASOPATI. Tim PKMM Gearakan Pasopati terdiri
dari Adita Estiawan (FIB), Ari ndesfi (FIB), M Faqih Abdul Karim (FIB), Umar
Syafiq (FEB), dan Muhammad (FPIK). Gerakan PASOPATI ini akronim dari “Produksi Olahan Perikanan Anak Panti”. Gerakan
ini bertujuan untuk membantu dan melatih jiwa kemandirian dalam berwirausaha
kepada anak-anak panti asuhan, yaitu panti asuhan Usman bin Affan yang berada
di Desa Babadan, Ngluwar, Kabupaten Magelang.
Gerakan ini merupakan wujud nyata dari kami untuk menanamkan jiwa
wirausaha pada anak-anak panti, bukan hanya jiwa wirausaha yang berusaha kami
tanamkan namun juga memanfaatkan apa-apa yang ada di sekitar kita. Dengan
potensi ikan yang melimpah pada panti asuhan tersebut, kami mencoba membantu
untuk mengangkat potensi tersebut. Karena selama ini, ikan-ikan tersebut hanya
dijual mentah saja dan itu tentu sangat rendah dalam hal pendapatan, berbeda
ketika kita menjualnya dalam bentuk olahan. Oleh karena itu, kami mencoba masuk
untuk memberikan pelatihan serta pendampingan untuk pembuatan olahan ikan.
Kami berharap dengan ini bisa untuk membantu dan meningkatkan pendapatan
panti serta kedepannya semoga bisa menjadi usaha inti panti sehingga tidak
selalu mengharapkan dari donator ketika ada kebutuhan-kebutuhan yang harus
dibeli atau dipenuhi. Menilik dari semua potensi-potensi yang dimiliki oleh
panti tersebut ini sangat mungkin untuk dilakukan dan ini sangat prospektif
kedepannya demi pengembangan panti tersebut. (KUC/Tim PKM Undip)