SEMARANG (Kampusundip.com) –
Masjid Kampus Undip kembali menggelar kajian rutin Wisata Qur’an edisi Kamis,
28 April 2016 dengan tema seputar “6T” (Tartil, Tajwid, Tilawah, Tahfidz,
Tahsin & Tadabbur) dengan pemateri Ustadz Rusmanto.
Secara bahasa, kata 'tahsin'
artinya memperbaiki, atau menghiasi, atau membaguskan, atau memperindah, atau
membuat lebih baik dari semula Lalu kata 'tilawah' artinya membaca atau bacaan.
Adapun tilawah secara istilah
adalah membaca Al Qur'an dengan bacaan yang menampakkan huruf-hurufnya dan
berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih mudah untuk memahani makna-makna yang
terkandung di dalamnya.
Dari dua definisi tersebut, bisa
disimpulkan bahwa makna tahsin tilawah adalah upaya memperbaiki atau
membaguskan bacaan Al Qur'an dengan baik dan benar sebagai realisasi dari
firman Allah Ta'ala dalam surah Al Muzzammil ayat 4 yang artinya :
"...Dan bacalah (olehmu) Al
Qur'an dengan tartil (yang sebenar-benarnya). (QS. Al Muzzammil : 4)
Berdasarkan ayat di atas, Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk membaca Al Qur'an dengan tartil yang
sebenar-benarnya, tidak membaca Al Qur'an dengan asal-asalan, dan agar bisa
membaca Al Qur'an dengan tartil yang sebenar-benarnya seorang muslim dituntut
untuk mempelajari bacaan Al Qur'an dengan baik dan benar yang dalam ini diistilahkan
dengan 'tahsin tilawah Al Qur'an' [4]
Lalu tajwid bermakna memperbagus
atau memperbaiki. Secara istilah, tajwid menurut para ulama ahli Al Qur'an
adalah mengucapkan setiap huruf dari makhraj (tempat keluarnya huruf) dengan
benar, dengan menunaikan seluruh hak-nya (sifat absolut huruf yang selalu
menempel misalnya hams, jahr, isti'la, dll) dan menunaikan seluruh mustahak-nya
(sifat kondisonal huruf yang sewaktu-waktu ada semisal idzhar, iqlab, ikhfa',
dll) dengan tanpa berlebihan dan tanpa takalluf (mempersulit diri) serta tanpa
ta'assuf (semaunya sendiri).
Ada pula tahfidz yang bemakna
menghafal dan tadabbur (mendalami, memahami). Sehingga seorang muslim tidak
hanya sekedar membaca Al Qur’an saja, tapi juga menghafal dan memahaminya.
Dalam tanya jawab kajian, Ustadz
Rusmanto sedikit menyinggung dengan perbedaan makna Al Qur’an dengan Mushaf.
Beliau mengatakan kenapa disebut Al Qur’an karena sudah bunyi, itu artinya
seseorang harus membaca dan melafadzkannya (membunyikan). Ini juga yang menjadi
perintah kenapa Al Qur’an harus dibaca atau dibunyikan. Karena jika tidak
bunyi, namanya Mushaf (lembaran).
Disesi akhir kajian, beliau juga
menambahkan bahwa orang yang rajin berinteraksi dengan Al Qur’an maka Al Qur’an
nanti akan menjadi “pengawal” manusia di alam ghoib (kubur). (KUC)
- Ringan Mencerdaskan -