SEMARANG (Kampusundip.com) – Pembantu
Rektor III Undip Budi Setiyono akhirnya memberikan penjelasan panjang persoalan UKT dan SPI kepada pejabat dan
mahasiswa saat kembali dari Jakarta pasca aksi demo mahasiswanya (5/4).
Penjelasan ini disampaikan ketika
memberi sambutan dalam acara Senam Bersama di Fakultas Kesehatan Masyarakat
(FKM) pada Jum’at, 8 April 2016. Berikut isi sambutannya :
Anak-anakku sekalian, pagi ini pak Rektor mohon maaf tidak bisa hadir
secara langsung menemui kalian bersama Pembantu Rektor yang lain. Pak Rektor
sekarang sedang berada di Perancis untuk mengadakan kerjasama dengan berbagai
universitas di Eropa, di dalam rangka mengembangkan Undip ya. Kita memiliki
tugas dari pemerintah untuk bisa menjadi universitas bertaraf internasional.
Dan salah satu kriteria yang ada di dalam universitas bertaraf internasional
itu adalah banyaknya kerjasama dengan network di dunia internasional. Sehingga
beliau sekarang berada disana untuk menggali kerjasama itu.
Beliau berpesan bahwa kita semua di Undip hendaknya senantiasa menjaga
kehidupan yang harmonis, yang sehat, hangat, dinamis dan saling tolong-menolong.
Kita mengetahui hari Selasa kemarin itu terjadi demonstrasi besar-besaran. Ada
nggak yang ikut demonstrasi kemarin?
Ya, saya kebetulan ada di Jakarta pada saat itu untuk juga menjalin
kerjasama dengan Kemenpora. Jadi Kemenpora itu berjanji, Pak Menpora kebetulan
saya bertemu sendiri hari Selasa itu, untuk membantu Undip membangun Indoor
Stadion. Jadi kita akan juga dibantu oleh Kemenpora untuk membangun auditorium
atau Indoor Stadion yang letaknya nanti di deketnya GSG sana. Ya!
Pada saat kalian demo itu ada wartawan yang SMS, telpon, juga ada
temen-temen kalian yang memberi tahu, “Pak, di Undip ada demo mahasiswa
besar-besaran!” Saya bilang, “Bagus!” “Dimana pak bagusnya?” “Ndak papa.
Mahasiswa itu memang harus peka terhadap persoalan-persoalan sosial.” Tidak
hanya yang ada diluar, tetapi justru yang juga menyangkut terhadap kepentingan
kalian. Sehingga kalian demonstrasi berdasarkan intuisi untuk membela
kepentingan masyarakat itu hal yang bagus.
Saya sering mengatakan kepada kalian bahwa, mahasiswa paling tidak
sekali dalam seumur mereka menjadi mahasiswa itu memang harus pernah
demonstrasi. Kalau mahasiswa belum pernah demonstrasi itu ibaratnya sayur nggak
pake garam. Nggak enak itu ya!
Dulu saya itu juga ketua Senat Mahasiswa Undip, dan berkali-kali saya
demonstrasi. Sekitar dua tiga kali saya itu ditangkap sama polisi. Kalau
kemudian ditahan di depan Kariadi itu Kalisari, Poltabes selama beberapa jam
karena demonstrasi ini dan itu. Nggak papa itu jadi kenangan yang indah.
Asalkan tentu saja kita melaksanakan itu dengan hati yang tulus. Memang ada
sesuatu yang ingin kita suarakan, ingin kita perjuangkan. Bukan asal-asal untuk
demo saja. Dan itu bagus-bagus saja ndak papa.
Walaupun ada juga yang berkata, kemarin, “Pak, itu mahasiswa Undip sukanya
kok demo di “dalam negeri” sendiri ndak pernah keluar?” Saya bilang, “Itu
mereka sedang belajar. Jadi mereka sedang demonstrasi di dalam itu latihan
demo. Nanti suatu ketika, kalau ada masalah sosial di luaran Undip sana, pasti
mahasiswa Undip itu akan keluar kandang. Sehingga kalian nanti silahkan kalau
ada masalah sosial di tempat lain juga demo semeriah yang kemarin. Kalau perlu
lebih meriah lagi. Sehingga dari luar Undip itu tidak terkenal sebagai “Jago
Kandang”.
Tentang substansi yang kalian persoalkan, masalah UKT dan SPI saya kira
itu nanti ranahnya pak PR III, pak PD II untuk menjelaskan, ya. Tapi saya kira
sudah beberapa kali juga, pak PR I, PR II, itu menjelaskan kepada temen-temen
kalian fungsionaris organisasi kemahasiswaan, bahwa UKT dan SPI itu tidak
dimaksud, sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyengsarakan kalian atau
adek-adek kalian kelak.
UKT dan SPI itu justru diberlakukan karena adanya peraturan Menteri
yang memungkinkan untuk dilakukan. Walaupun nanti detailnya, kalian nanti akan
bisa berdialog dengan pak Rektor, PR I, PR II, dan kita semua pada hari Selasa.
Kita memastikan, Undip tidak akan menjadi universitas kapitalis. Kita
memastikan, bahwa mahasiswa miskin itu tetep akan bisa kuliah di Undip, ya.
Selama ini, universitas kita itu, menyediakan beasiswa Bidikmisi dan juga
beasiswa lain bagi kalian semua. Jumlahnya setiap tahun dari beasiswa saja itu
sekitar 66 Milyar. Bayangkan. Dan 66 Milyar itu bukan jatuh dari langit! Ada
orang baik hati datang ke Undip, “Pak, ini ada uang untuk beasiswa!” Tidak
seperti itu. Tetapi uang 66 Milyar itu kita cari dengan darah dan keringat air
mata. Kita presentasi ke sana kemari. Kita ajak stakeholder datang ke Undip.
Kita berikan data bahwa banyak mahasiswa yang kekurangan. Lalu mereka tersentuh
dengan paparan kita dan bersedia memberikan beasiswa itu.
Sehingga kalau di total dari Bidikmisi dan beasiswa yang 66 Milyar itu
setiap tahun sebenarnya itu, lebih kurang 28-30 persen mahasiswa kita itu bisa
dibilang kuliah di Undip dengan gratis. Jadi 30 persen tidak main-main angka
itu, ya!
Nah, persoalannya ada yang bertanya juga dari temen-temen kalian, “Pak,
nanti kalau UKT SPI diberlakukan di 2016, banyak mahasiswa miskin tidak bisa
kuliah di Undip.” Nah, ini pertanyaan yang bagus dan kritis. Tetapi kalau kita
telaah lebih lanjut, anak-anakku sekalian, anak-anak miskin, orang miskin,
mahasiswa miskin itu, bisa kuliah di Undip itu dari mana asalnya? Apakah mereka
kuliah di Undip itu gratisan begitu saja? Tentu saja tidak.
Mahasiswa miskin itu bisa kuliah di tempat kita, karena yang pertama,
itu ada bantuan subsidi dari pemerintah, ya. Karena ada BOPTN. Yang nanti
setelah kita PTN-PH, BOPTN itu akan di stop diganti dengan skema yang lain,
yang jumlahnya justru lebih kecil, ya. Itu yang pertama, yang memastikan,
mahasiswa miskin bisa kuliah itu kalau ada bantuan dari pemerintah.
Nah, masalahnya bantuan pemerintah ini tentu saja jumlahnya terbatas.
Oleh karena itu kita membutuhkan beasiswa, ya. Untuk menopang kekurangan yang
lain. Oleh karena itu, ada 66 Milyar itu yang kita dapatkan dari stakeholder
kita, mitra kita untuk berikan bantuan.
Nah, beasiswa pun itu jumlahnya terbatas, ya. Sehingga kemudian kita
bisa memastikan temen-temen kita yang miskin itu bisa kuliah, kalau ada subsidi
silang antara mahasiswa yang kaya dengan mahasiswa yang miskin. Karena kalau
kita melihat UKT itu kan ada 1, golongan 1, 2 sampai 7. Kebanyakan mahasiswa
kita itu di golongan 1, 2, 3. Yang ngambil 7 itu sangat sedikit.
Sehingga itu bisa memungkinkan, kalau ada yang ngambil 7, ada yang
ngambil 2, ada yang ngambil 1, yang dari 7 bisa dialokasikan untuk membantu
mereka yang di golongan 1 atau golongan 2, ya. Kalau kemudian ditambah SPI,
tentu lebih banyak lagi mahasiswa miskin yang bisa kita tolong. Kalau tidak ada
subsidi silang seperti itu, bisa dipastikan, ya, jumlah mahasiswa miskin yang
kuliah di Undip tidak mungkin akan bisa bertambah. Dengan demikian,
Proportiunity For Education bagi mereka itu menjadi tertutup. Lah, ini
barangkali yang kalian belum banyak mendapatkan informasi.
Oleh karena itu silahkan nanti didialogkan ini dengan baik, ya. Dengan
pimpinan dengan pak Rektor, PR I, PR II dan seterusnya supaya kalian
mendapatkan penjelasan yang lebih komprehensif. Tidak ada maksud sedikit pun
dari pimpinan Undip itu untuk membuat beban bagi kalian atau adek-adek kalian
ya, besok, dan juga tidak mungkin kita menutup diri dari mahasiswa-mahasiswa
yang kurang mampu untuk kuliah di Universitas Diponegoro tercinta.
Kalau bisa sebanyak mungkin, ya, mahasiswa yang kurang mampu akan bisa
kita bantu dan kita tampung sehingga mereka bisa mendapatkan kesempatan yang
sama, mendapatkan pendidikan yang terbaik di universitas kita tercinta, ya.
Saya kita begitu, sementara nanti detail dan seterusnya pak Rektor
telah memerintahkan kepada para Dekan, PD II, PD III, untuk menjelaskan kepada
kalian sejelas-jelasnya, ya. Dan tujuan semua itu, kita ingin supaya Undip
dimasa yang akan datang bisa memenuhi berbagai macam rancangan program yang
sudah kita susun. Kita sudah menyusun langkah-langkah strategis untuk bisa
memastikan kesuksesan Undip sebagai PTN-BH dan masuk minimal ke level 500 besar
dunia. Paling tidak. Tidak hanya di level 500, tetapi level 300. Kita sedang
mencari universitas-universitas yang berada di level 300 ke atas. Sehingga itu
yang nanti akan kita copy-paste. Dalam pelayanan mahasiswa bagaimana, dalam
pelayanan perpustakaan bagaimana, fasilitas insfrastruktur bagaimana, kecepatan
internet bagaimana dan seterusnya.
Sehingga ketika kita dibebani level 500, maka akan bisa kita mudah
lewati mudah-mudahan. Kami harap kalian bisa meneliti, wawasan dan penelitian komprehensif
itu, lalu silahkan kalian melakukan demonstrasi boleh, asal dilakukan secara
tertib, secara terhormat, dan beradab, tidak melakukan perusakan, mengeluarkan
kata-kata yang kotor, kasar, dan seterusnya.
Kami merasa senang kalian tetep memiliki idealitas dan daya kritis pada
satu sisi. Tapi pada sisi yang lain kalian juga harus bisa menunjukkan bahwa
Undip adalah kampus yang memiliki integritas, moralitas, dan sportivitas yang
tinggi.
[Pembantu Rektor III Undip Budi
Setiyono | FKM, Jum’at 8 April 2016]
(KUC)
- Ringan Mencerdaskan -