Assalamu’alaikum
wr wb…
Sungguh sangat
bersyukur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip akhirnya bisa
memiliki tiang baliho setelah menunggu cukup lama. Tiang baliho ini letaknya
terbilang cukup strategis, berada di jalan utama di tengah-tengah kampus yang
menjadi hilir mudik dan lalu lintas mahasiswa. Tepatnya di samping selatan
Gedung E Jurusan Kelautan FPIK Undip.
Awalnya, saya
berpendapat dengan keberadaan tiang baliho ini membuat Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) di fakultas berjuluk Kampus Biru ini bernafas lega karena
apabila mereka ingin memasang spanduk acara UPK, tidak perlu lagi capek-capek
memanjat pohon seperti saat tidak adanya fasilitas tiang baliho tersebut. Dan
yang pasti, penempatan spanduk akan terlihat lebih rapi. Itulah pemikiran yang
muncul saat awal-awal keberadaan tiang baliho ini dibangun sekitar kurang lebih
2 tahun silam.
Namun, sejak
tiang baliho ini berdiri, lambat laun sepertinya saya menemukan “kejanggalan”.
Entah itu benar atau tidak, yang jelas seperti inilah situasi yang saya
dapatkan setelah mengamati dan membandingkan lebih dari 2 tahun ketika sebelum
dan sesudah dibangunnya tiang baliho ini.
“Kejanggalan”
tersebut adalah intensitas pemasangan spanduk baliho di FPIK cenderung menurun
setelah adanya tiang baliho ini. Berdasarkan situasi yang saya amati, sebelum
adanya tiang baliho, mahasiswa di FPIK terbilang “rajin” memasang spanduk di
kampus untuk acara UPK mereka. Tempatnya sama seperti tempat tiang baliho
tersebut. Meskipun dulu mereka harus capek-capek memanjat pohon dan sebagainya.
Sempat ditemui dalam satu waktu, ada sekitar 3 spanduk sekaligus yang terpasang
secara bersamaan. Bahkan lebih dari 3 spanduk.
Saking
rajinnya, dulu sempat muncul ungkapan yang ditujukan ke Kampus Biru ini, bahwa
“FPIK nggak ada matinya” untuk urusan kegiatan kemahasiswaan. Di luar faktor
jumlah ormawa di FPIK yang konon katanya adalah terbanyak di Undip (28 atau 29), hal itu
dilihat dari selalu adanya spanduk yang terpasang di tempat strategis tersebut,
yang selalu dilihat oleh mahasiswa yang hilir mudik, baik dari FPIK sendiri
maupun luar fakultas. Setiap acara selesai dan spanduk dicopot, muncul lagi
spanduk acara lainnya. Hal itu berlangsung cukup lama dan terus menerus.
Sehingga soal kegiatan kemahasiswaan, dulu sempat muncul ungkapan “FPIK nggak
ada matinya”. Itulah yang terjadi sebelum adanya tiang baliho.
Situasi ini
cenderung berbalik 180 derajat setelah dibangunnya tiang baliho. Tanpa
mengurangi rasa syukur terhadap fasilitas yang sudah dibangun, intensitas
pemasangan spanduk justru cenderung menurun. Setidaknya, itulah yang saya amati
dalam kurun 2 tahun terakhir.
Jika sebelum
adanya tiang baliho, spanduk yang terpasang bisa mencapai 3 spanduk sekaligus
secara bersamaan (bahkan lebih), saat adanya tiang baliho ini lebih sering
terlihat hanya ada 1 atau 2 yang memasang spanduk di tempat tersebut. Itu pun
kebanyakan yang saya ketahui bukan dari UPK, melainkan dari pihak birokrasi
apabila ada info seperti pembayaran SPP, pengukuhan guru besar, akreditasi, dan
kebijakan yang berasal pihak birokrat lainnya. Sedangkan dari UPK, jarang. Bisa
dikatakan ada, tapi intensitasnya cenderung menurun.
Lantas, faktor
apa yang sebenarnya memicu itu semua? Bukankah adanya tiang baliho tersebut dulunya
dibangun untuk memfasilitasi mahasiswa dan UPK? Tapi kenapa justru pemasangan
spanduk kegiatan semakin sepi? Apakah dari UPK sendiri yang kurang berminat?
Soal aturan perizinan? Atau faktor lainnya?
Terlepas dari
itu semua, tanpa mengurangi rasa syukur dan hormat, melalui tulisan ini izinkan
saya memberikan opini, gagasan dan kajian terkait situasi tersebut. Bukan dari
segi minat tidaknya UPK untuk memasang, bukan juga dari regulasi aturan yang
diterapkan, tapi dari segi kondisi fisik tiang balihonya.
FAKTOR SEPINYA PEMASANGAN
Pertama, soal
sepinya pemasangan spanduk di tiang baliho. Jika boleh berpendapat, sepinya
pemasangan spanduk mungkin disebabkan kondisi fisik dari tiang baliho tersebut.
1. Kontur Halus
Mari kita amati
seksama. Bagi Anda mahasiswa FPIK Undip pasti sudah tahu, kontruksi tiang
baliho memiliki kontur luar yang halus, tanpa adanya bagian pijakan kaki (tidak
seperti yang ada di FPP). Saking halusnya bisa menjadi licin jika basah.
Sehingga jika ingin memasang spanduk, terlebih di tempat yang paling tinggi,
mahasiswa harus menempuh segala macam cara untuk bisa mencapainya. Beda saat
dulunya spanduk di pasang di pohon. Mahasiswa bisa memanjat pohon.
Memang sudah
ada fasilitas tambahan katrol dan tali untuk memasang spanduk di tiangnya, tapi
hal itu belum efektif.
2. Sistem Katrol Tali
Keberadaan
katrol dan tali sepintas mungkin saja memudahkan seseorang untuk memasang
baliho, terlebih di tempat yang tinggi. Tapi jika kita memandang jauh ke depan,
sistem katrol ini cenderung “membatasi” yang lain untuk memasang spanduk dalam
waktu yang sama jika sudah terpasang 1 spanduk yang memakai katrol.
Karena jika
sudah ada 1 spanduk yang dipasang pakai tali katrol tersebut, otomatis spanduk
lain yang ingin dipasang harus menunggu spanduk pertama dicopot. Atau kalau
mau, spanduk kedua dan seterusnya dipasang sendiri dengan menaiki tiang yang
konturnya halus. Jika itu mau dan tidak kesulitan.
Sistem katrol tali
ini, menurut saya sepertinya tidak begitu efektif jika diterapkan di tiang baliho. Akan tetapi
cocoknya adalah untuk pemasangan backdrop acara seperti yang ada di Auditorium
FPIK Undip yang waktu pemasangan sekali pakai selesai.
3. Di Area Tanaman
Keberadaan
tiang baliho di area taman mungkin tidak berhubungan langsung dengan kondisi
fisik tiang baliho. Tapi faktor lokasi ini bagi saya sedikit banyak punya
pengaruh.
Coba kita kaji
dan amati, ideal kah sebuah tiang baliho
menempati area yang dibawahnya terdapat tanaman? Apakah hal itu aman bagi tanaman
dibawahnya? Adakah jaminan bahwa tanaman tersebut akan bebas dari injakan kaki
saat pemasangan dan penurunan spanduk?
Dan satu pertanyaan
yang pasti, tanaman tersebut akan tumbuh ke mana jika diatasnya terdapat
spanduk yang terpasang dan menghalangi tanaman untuk tumbuh ke atas? Karena
faktanya, silahkan chek langsung di lapangan, bahwa di bawah bangunan tiang
spanduk di FPIK Undip terdapat 1 tanaman berukuran cukup besar yang tumbuh ke
atas.
Karena areanya
persis di bawah tiang baliho, pertumbuhan tanaman tersebut harus “berjibaku”
dengan spanduk yang terpasang diatasnya. Jika sudah seperti ini, muncul
pertanyaan. Tanamannya yang harus “dikorbankan” dengan cara dipotong? Atau
tiang balihonya yang harus dipindah agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu?
Meski hanya asumsi,
mungkin saja dari situasi inilah muncul rasa “sungkan” untuk memasang spanduk
di tiang baliho tersebut. “Untuk apa dipasang jika kena tanaman dan tidak
maksimal nantinya? Mau ke atas, manjatnya licin!” Ibaratnya seperti itu. Sekali lagi itu hanyalah asumsi. Soal
benar atau tidak, kembali lagi kepada masing-masing individu.
SOLUSI YANG DITAWARKAN
Kedua, dalam
tulisan ini, izinkan saya juga untuk memberikan beberapa penawaran solusi
menindaklanjuti sepinya pemasangan spanduk di tiang baliho FPIK Undip.
1. Penambahan Pijakan Kaki
Penambahan
pijakan kaki adalah cara ampuh untuk memudahkan seseorang menaiki tiang guna memasang
spanduk, terlebih di tempat yang tinggi (contohnya silahkan lihat yang ada di
FPP). Ibarat pohon kelapa, tentu akan lebih mudah dipanjat jika ada bagian batang
yang dibuat pijakan dibandingkan dengan batang yang halus.
Jika sudah ada
pijakan kaki, sistem katrol tali bisa dihilangkan untuk memberikan ruang lebih
banyak bagi banyak pihak untuk memasang spanduk dalam waktu yang bersamaan.
2. Penambahan Tiang Horizontal
Ini soal
pandangan jauh ke depan. Penambahan tiang horizontal yang menghubungkan kedua
tiang vertikal bagian atas tiang baliho berguna untuk memperkokoh kontruksi bangunan tiang baliho untuk
waktu bertahun-tahun ke depan (contohnya sama seperti yang ada di FPP atau
bundaran Undip). Tujuannya agar tiang bagian atas tidak mengerucut (mendekat)
diakibatkan tarikan saat mengencangkan ikatan spanduk atau beban orang yang memanjat.
3. Pemindahan Tiang Baliho
Point ke-3 ini
mungkin agak “berat”, yakni pemindahan lokasi tiang baliho. Usulan ini
sekaligus menyambung pertanyaan yang sempat saya tulis pada point ke-3 soal
faktor sepinya pemasangan spanduk karena lokasinya berada di area tanaman.
Ya, jika boleh
memberi saran, alangkah baiknya tiang baliho FPIK yang saat ini lokasinya ada
di area taman samping Gedung E Jurusan Ilmu Kelautan dipindah agar tidak
mengganggu tanaman yang tumbuh dibawahnya. Saya pun sudah punya rekomendasi
tempat, yakni disamping utara Gedung Dekanat. Menurut saya, lokasi tersebut
masih sangat strategis dan yang pasti, tidak akan mengganggu tanaman karena
memang area tersebut bukan area yang ditumbuhi tanaman.
PENUTUP
Begitulah
kajian yang saya sampaikan dan solusi yang saya tawarkan. Sekali lagi ini barulah
gagasan. Tanpa mengurangi rasa syukur dan hormat, diterima atau tidak itu
tergantung pihak birokrat sebagai pengambil kebijakan. Yang pasti, tujuan pemikiran
ini saya sampaikan agar fungsi dari keberadaan tiang baliho lebih optimal dan sebagai
bentuk kepedulian terhadap kampus tercinta.
Sekian dari
saya, mohon maaf jika ada tulisan yang kurang berkenan. Saya berharap dimaafkan
jika ada. Semoga gagasan ini bermanfaat untuk FPIK Undip ke depannya. Sukses
selalu untuk FPIK dan Undip. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr wb.
(Semarang, Jum’at 22 April 2016
Pkl 10.41 WIB)
Ditulis oleh :
Aji Kurniawan
AP
Jurusan Ilmu
Kelautan FPIK Undip
Orang Desa
Biasa