SEMARANG (Kampusundip.com) – Massa
yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Undip menggelar aksi menolak kenaikan
Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan pengadaan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI)
pada Selasa sore, 5 April 2016.
Aksi ini berpusat di depan lapangan
Widya Puraya yang diikuti oleh Aliansi Mahasiswa Undip dari 11 fakultas yang
sebelumnya melakukan longmarch dari fakultasnya masing-masing. Aksi ini
menyerukan tentang penolakan kenaikan UKT dan diberlakukannya SPI bagi mahasiswa baru Ujian Mandiri (UM) 2016.
Selain itu, peserta aksi juga menginginkan adanya transparansi dana dari pihak
rektorat.
Menurut mayoritas mahasiswa yang
diwawancarai KAMPUSUNDIP.COM di lapangan, seruan aksi mahasiswa ini dinilai
efektif karena mereka mengaku sudah mencoba mendiskusikan aspirasi dengan pihak
terkait tentang kenaikan UKT dan pemberlakuan SPI ini. Tetapi aspirasi mereka
hanya dianggap sebelah mata. Maka dari
itu mahasiswa undip merasa harus turun ke jalan karena tidak adanya kejelasan.
“Kami butuh kejelasan dan
transparansi!” Teriak salah satu mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK).
“Katanya Undip kampus rakyat
tetapi mengapa tidak merakyat? UKT dinaikkan dan SPI diberlakukan? Apakah itu
adil untuk calon mahasiswa yang secara ekonomi bisa dibilang kurang tetapi
ingin berkuliah disini?” Lanjut salah satu aktivis BEM FPIK Undip lainnya.
“Jika SPI diberlakukan ditambah
dengan UKT dinaikkan apakah tidak merugikan? Lagipula kami hanya perlu
penjelasan dari rektor tentang kenaikan UKT dan diberlakukannya SPI,” Ujar
salah seorang aktivis dari BEM Fakultas Sains dan Matematika (FSM).
Setelah menunggu cukup lama,
pihak rektorat akhirnya mau menemui para mahasiswa. Diantaranya adalah Kepala
Biro Administrasi Kemahasiswaan, Kepala Biro BAPSI, Kepala Biro Akademik,
Kepala Biro Bagian Keuangan, Pembantu Dekan III FT dan FPP, serta anggota MWA
Undip.
Perwakilan pihak rektorat menyampaikan
bahwa mereka tidak bisa memutuskan karena Rektor Undip Prof. Yos Johan Utama
selaku pengambil kebijakan sedang di luar negeri. Menanggapi hal ini,
perwakilan rektorat bersedia menampung aspirasi mahasiswa dan akan
menyampaikannya kepada Rektor pada Senin (11/4).
Aksi ini tidak hanya dihadiri
oleh mahasiswa yang kontra dengan kenaikan UKT dan pemberlakuan SPI, tetapi
juga ada salah satu mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) yang pro
dengan kebijakan ini.
“Menurut saya rektor tidak akan
main-main dengan keputusannya. Hal ini pasti sudah dikaji ulang dan dengan
adanya kenaikan ini pasti sarana dan prasarana akan lebih memadai,” Ujar mahasiswa FPP yang tidak ingin
disebutkan namanya.
Aksi ini sempat ricuh karena
adanya salah seorang mahasiswa yang mengeluarkan pernyataan menyimpang dari
tujuan aksi. Rencananya, aksi akan kembali dilaksanakan pada Selasa, 12 April
2016. (KUC/Aufa)
- Ringan Mencerdaskan -