Banjir
dan rob merupakan bencana yang sering terjadi di wilayah Semarang dan masih
menjadi ancaman bagi warga kota Semarang. Kondisi tersebut diperparah dengan
adanya penurunan muka tanah seperti yang
terjadi di daerah Kaligawe, bagian Timur Semarang, Jawa Tengah.
Kepala desa Kaligawe Bapak Parno,
mengatakan penurunan permukaan tanah semakin terasa sejak 15 tahun
yang lalu. Tidak hanya itu saja, air sumur warga pun sudah terkontaminasi oleh
air laut sehingga rasanya menjadi asin dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Oleh karena itu, lima mahasiswa
Universitas Diponegoro (Undip), yang terdiri dari Fitra Ramdhani, Fajar
Waskito, Dhana Hastuti, Ganap Yuliana Febrika, dan Galang Virgiawan melakukan penelitian
penurunan muka tanah dan intrusi air laut di Kaligawe dengan metode gayaberat
4D dan geolistrik.
“Terjadinya penurunan muka tanah dan intrusi
air laut disebabkan oleh pengambilan air tanah secara berlebihan. Hal ini sesuai
dengan banyaknya jumlah penduduk Kaligawe dan diperparah dengan adanya kawasan
Industri di daerah tersebut”, jelas Fitra selaku ketua tim
Data penelitian lima mahasiswa Undip
ini menunjukkan, dalam rentang 6 tahun (tahun 2009-2015) terjadi penurunan muka
tanah sebesar 0.64 meter di daerah tersebut. Sedangkan masuknya air laut ke
dalam sumur warga sudah mencapai hingga kedalaman 35 meter dari permukaan
tanah.
Langkah antisipasi yang bisa
dilakukan, antara lain Pemerintah Kota Semarang memperketat regulasi penggunaan
air tanah di Kaligawe dan mendistribusikan air bersih (PAM) kepada warga
Kaligawe. (KUC/Dhana Hastuti)
#KawalPIMNAS Untuk Undip Raih
Emas..!
- Ringan Mencerdaskan -