Industri yang belakangan
berkembang pesat di Indonesia adalah industri batik. Selain itu, Indonesia
merupakan negara penghasil batik terbesar di dunia. Tercatat mulai tahun
2008-2013 ekspor batik mengalami peningkatan dari US$32 juta menjadi US$300
juta.
Oleh karena itu, melalui Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang di danai DIKTI pada tahun 2015. Kelima mahasiswa
Universitas Diponegoro (Undip) yaitu Yunita Indriyani, Alfin Darari, Rizki
Januarita, Yoyon Wahyono dan Budi Cahyo Suryo Putro bekerjasama untuk
menciptakan prototype “JONSER” (Joglo Water
With Solar Radiation).
Tercetusnya ide ini dikarenakan
keprihatinan kelima mahasiswa ini mengenai banyaknya sungai kota-kota besar yang
telah tercemar dengan limbah batik. Masalah yang sering timbul akibat limbah
cair industri batik yaitu pencemaran air dan tanah. Dalam proses produksinya,
industri batik banyak menggunakan bahan-bahan kimia dan air yang biasa
digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan.
JONSER merupakan alat penjernih
limbah cair industri batik yang ramah lingkungan dan hemat energi. Karena hanya
memanfaatkan cahaya matahari dan sel elektrokoagulasi sebagai energi aktivasi.
Alat ini berbentuk rumah adat Jawa Tengah yakni joglo, yang atapnya diberi pipa
yang telah dilapisi oleh material fotokatalis ZnO. Material
ZnO telah terbukti mampu mendegradasi pewarna limbah tekstil seperti metylen
blue. Sedangkan sel
elektrokoagulasi dengan elektroda berupa plat alumunium yang terbukti mampu
memisahkan logam berat pada limbah batik.
“Alat ini dilengkapi dengan
sensor otomatis TDS (Total Dissolved
Solid) yang akan mendeteksi apabila limbah cair batik sudah menjadi air,
dengan baku mutu layak pakai sehingga layak untuk digunakan oleh masyarakat,”
jelas Budi.
Proses awal dari studi
literature hingga pembuatan alat ini memakan waktu 5 bulan sejak Maret lalu dan
menghabiskan biaya sekitar 8 juta
rupiah.
“Teknologi JONSER dapat menjadi solusi dalam pengolahan
limbah cair industri batik di indonesia. Harapannya JONSER dapat dikembangkan lebih lanjut untuk
aplikasi yang lebih besar, Sehingga jumlah limbah cair industri batik dapat
dikurangi dan tidak mencemari lingkungan,” tambah Yunita selaku ketua tim.
Sasaran dari program ini yaitu alat penjernih limbah cair
batik ini dapat diterapkan di industri batik skala rumah tangga maupun industri
yang lebih besar seperti UKM yang ada di daerah Meteseh. (KUC)
#KawalPIMNAS Untuk Undip Raih Emas..!
- Ringan Mencerdaskan -